Friday, June 29, 2012

telor asin

Kimia terapan telor asin — Presentation Transcript

  • 1. Presentasi Tugas Kimia Terapan Membuat Telur AsinAnggota : 1. Abyan JK 2. M. Fadel 3. Marnala Samuel 4. Raka AFKelas : X-C
  • 2. Cara Membuat Telur AsinPembuatan atau proses membuat telur asin memang bisa dibilang cukup mudah krena siapa saja bisa membuatnya.Berikut adalah langkah-langkah membua telur asin: Alat dan Bahan : 1.Telur Bebek 5 buah 2.Abu Gosok 3.Garam 1 bungkus 4.Air secukupnya 5.Kardus 1 buah 6.Amplas 1 buah
  • 3. Cara Pembuatan :1. Amplaslah Telur bebek dengan hati-hati,jika cangkang sudah terlihat lebih putih maka proses pengamlassan dihentikan2. Campurlah abu gosok dengan air.3. Lalu carmpurkan garam pada abu gosok yang sudah diberi air.4. Setelah itu bungkuslah telur bebek dengan adonan abu gosok tadi tapi jangan terlalu banyak.5. Simpanlah semua telur yang telah dibungkus adonan abu gosok ke dalam kardus6. diamkanlah kardus tersebut selama kurang lebih 10 hari.7. Setelah 10 hari berlangsung ambillah telr dari kardus lalu cucillah hingga bersih setelah itu rebuslah dan telur asin siap dimakan.
  • 4. Arti dari setiap langkah peMbuatan1. Mengamplas dengan hati-hati akan menjaga agar telur tidak retak dan akhirnya pecah.2. Proses mengamplas dilakukan agar garam bisa lebih mudaha masuk melalui pori-pori cangkang telur.3. Penggunaan air Digunakan tidak terlalu banyak agar adonan tidak encer.4. Pembungkusan telur dengan adonan abu gosok jangan terlalu banyak agar rasa telur asin yang dihasilkan nanti tidak asin sekali.5. Telur disimpan kurang lebih 10 hari agar peresapan garam ke dalam telur lebih optimal
  • 5. Kandungan Pada Telur AsinTelur mengandung zat gizi yang diperlukantubuh, rasanya enak, mudah dicerna,menimbulkan rasa segar dan kuat pada tubuh,serta dapat diolah menjadi berbagai macamproduk makanan. Sebanyak 17% protein lebihbanyak terdapat pada kuning telur, sedangkan 11persen protein Telur itik segar pada bagianputihnya. Protein telur terdiri dari ovalbumin(putih telur) dan ovavitelin (kuning telur).Protein telur mengandung asam amino esensialyang dibutuhkan tubuh untuk hidup sehat.
  • 6. TELUR ASIN BAKAR?Komposisi dalam membuat telur asin bakarpada prinsipnya sama saja dengan telur asinrebus, hanya saja kondisi iklim selamapembuatan harus diperhatikan. Jika musimkemarau komposisi garam dan ketebalan adonanharus ditambah karena pada saat itu cuacakering sehingga daya serap garam ke dalamtelur berkurang, sebaliknya, saat musimpenghujan komposisi garam dan ketebalanadonan dikurangi karena udara lembabmenyebabkan garam terlalu cepat masuk kedalam telur, akibatnya, belum waktunya telursudah asin duluan.
  • 7. Cara membuat telur asin bakar :1. pilihlah telur yang segar, berukuran seragam dan tidak retak atau pecah, telur kemudian dicuci bersih/dilap dengan air hangat dan ditiriskan.2. Selanjutnya adonan yang terdiri dari campuran bata, abu, garam kristal dan air ditempelkan setebal kurang lebih 2 mm ketika kemarau dan 1 mm pada musim hujan. Telur disimpan selama 1 minggu untuk keasinan sedang, untuk keasinan tinggi (masir) simpan selama 2 minggu, setelah itu telur dibersihkan dari adonan garam dan dicuci3. selanjutnya direbus selama 6 jam. Untuk membuat telur asin bakar, telur di oven/dipanggang selama 2 jam.Telur asin memang terkenal enak dimakan. Selain lebih gurih, rasanya juga tidak terlalu asin. Bila ingin lebih awet dapat memilih telur asin bakar Yang bisa bertahan bisa bertahan hingga 12 hari
  • 8. Perbandingan Kandungan Gizi Zat gizi Telur puyuh Telur ayam Telur bebek Energi (kkal) 158 143 185 Protein (g) 13,05 12,58 12,81 Total lemak (g) 11,09 9,94 13,77 Karbohidrat (g) 0,41 0,77 1,45 Kalsium/Ca (mg) 64 53 64 Bes/Fe (mg) 3,65 1,83 3,85Magnesium/Mg (mg) 13 12 17 Fosfor/P (mg) 226 191 220 Kalium/K (mg) 132 134 222 Natrium/Na (mg) 141 140 146 Seng/Zn (mg) 1,47 1,11 1,41 Tembaga/Cu (mg) 0,062 0,102 0,062 Mangan/Mn (mg) 0,038 0,038 0,038Selenium/Se (mkg) 32,0 31,7 36,4
  • 9. Thiamin (mg) 0,069 0,069 0,156 Riboflavin (mg) 0,478 0,478 0,404 Niasin (mg) 0,070 0,070 0,200Asam Panthothenat (mg) 1,438 1,438 1,862 Vitamin B6 (mg) 0,143 0,143 0,250 Kolin (mg) 263,4 251,1 263,4 Vitamin B12 (mkg) 1,58 1,29 5,40 Vitamin A (IU) 543 487 674 Vitamin E (mg) 1,08 0,97 1,34 Vitamin K (mkg) 0,3 0,3 0,4 Kolesterol (mg) 844 423 884 Lutein+zeaksantin 369 331 459 (mkg)
  • 10. Ciri tanda telur asin yang baik?Banyak orang membeli telur asin matang di pasar ATAU Dijalan ATAU DIwarung MAUPUN DItoko. tetapi mereka banyak yang tidak mengetahui ciri telur asin yang baik?Tips telur asin yang baik:1.kulit telur asin bersih |kotoran yang menempel pada telur bebek bersih2.potonglah dan lihat warna putih telur asin? apakah putih bersih? keruh?bercampur dengan warna kuningnya? warna telur asin yang baik putih bersih tidak keruh3.pada potongan telur lihat apakah di bagian tengah telur ada kotoran seperti bintik hitam?4.bau telur asin yang putih bersih baunya tidak anyir,akan tetapi yang keruh|kotor baunya anyir |busuk.5.bagian kuning telur asin yang baik lembut dan masir|berminyak apabila kita memakannya,
  • 11. KESIMPULANJadi apabila kita ingin beli telur asin yang baik alangkah baiknya kita melihat ciri "telur asin yang baik" kulit luar bersih berarti kotoran yang menempel pada telur tidak akan masuk pada bagian putih telur asin, sehingga putih telur asin bersih tidak keruh tidak akan bau busuk, dan kuning telur asin yang lembut ,tanda proses "pengasinan"telah jadi masuk pada bagian kuning,tidak kasar yang menandakan proses asinnya belum waktunya, dan telur yang fresh/segar akan menghasilkan rasa yang gurih,tahan lama

Cara Pelapisan Logam Secara Listrik (Elektroplating)

elektroplatingPELAPISAN TEMBAGA
Dalam pelapisan tembaga digunakan bermacam-macan larutan elektrolit, yaitu :
1. Larutan asam
2. Larutan sianida
3. Larutan fluoborat
4. Larutan pyrophosphat
Diantara empat macam larutan di atas yang paling banyak digunakan adalah larutan asam dan larutan sianida
PELAPISAN TIMAH PUTIH
Pelapisan timah putih pada besi dengan cara listrik (elektroplating) sudah sangat lama dilakukan untuk kaleng-kaleng makanan, minuman dan sebagainya. Pelapisan secara listrik pada umumnya sudah menggantikan pelapisan secara celup panas, karena pelapisan secara celup panas menghasilkan lapisan yang tebal dan kurang merata (kurang halus) sedangkan pelapisan secara listrik dapat menghasilkan lapisan yang tipis dan lebih merata/halus. Dengan keuntungan tersebut pada saat ini lebih banyak industri yang melakukan pelapisan timah putih secara listrik dari pada secara celup panas (Hot Dip Galvanizing)..
PELAPISAN SENG
Seng sudah lama dikenal sebagai pelapis besi yang tahan korosi, murah harganya, dan mempunyai tampak permukaan yang cukup baik. Pelapisan senga pada besi dilaksanakan dengan beberapa cara seperti galvanizing, sherardizing, atau metal spraying. Namun pelapisan secara listrik (elektroplating) lebih disukai karena mempunyai beberapa keuntungan bila dibandingkan dengan cara-cara pelapisan yang lain, diantaranya :
a. Lapisan lebih merata
b. Daya rekat lapisan lebih baik
c. Tampak permukaan lebih baik
Karena beberapa keuntungan itulah maka lebih banyak dilaksanakan pelapisan secara listrik daripada cara-cara lainnya. Pelapisan seng secara listrik kadang juga disebut elektro-galvanizing. Larutan elektrolit yang sering digunakan ada dua macam yaitu larutan asam dan larutan sianida. Bila kedua larutan tersebut dibandingkan maka permukaan lapisan hasil dari penggunaan larutan sianida adalah lebih baik jika dibandingkan dengan larutan asam. Namun larutan asam digunakan bila dikehendaki kecepatan pelapisan yang tinggi dan biaya yang lebih murah.
Larutan lain yang sering digunakan pada pelapisan adalah larutan alkali zincat dan larutan pyrophosphat.
PELAPISAN NIKEL
Pada saat ini, pelapisan nikel pada besi banyak sekali dilaksanakan baik untuk tujuan pencegahan karat ataupun untuk menambah keindahan. Dengan hasil lapisannya yang mengkilap maka dari segi ini nikel adalah yang paling banyak diinginkan untuk melapis permukaan. Dalam pelapisan nikel selain dikenal lapisan mengkilap, terdapat juga jenis pelapisan yang buram hasilnya. Akan tetapi tampak permukaan yang buram inipun dapat juga digosok hingga halus dan mengkilap. Jenis lain dari pelapisan nikel adalah pelapisan yang berwarna hitam. Warna hitam inipun tampak menarik dan digunakan biasanya untuk melapis laras senapan dan lainnya.
PELAPISAN KHROM
Selain nikel, maka pelapisan khrom banyak dilaksanakan untuk mendapatkan permukaan yang menarik. Karena sifat khas khrom yang sangat tahan karat maka pelapisan khrom mempunyai kelebihaan tersendiri bila dibandingkan dengan pelapisan lainnya. Selain sifat dekoratif dan atraktif dari pelapisan khrom, keuntungan lain dari pelapisan khrom adalah dapat dicapainya hasil pelapisan yang keras. Sumber logam khrom didapat dari asam khrom, tapi dalam perdagangan yang tersedia adalah khrom oksida (Cr O3) sehingga terdapatnya asam khrom adalah pada waktu khrom oksida bercampur dengan air.

Proses Pengolahan Kayu Ramah Lingkungan

paperroll
Para ilmuwan dari Queen’s University (Belfast, UK) telah menemukan suatu cara ramah lingkungan untuk menguraikan kayu menggunakan larutan-larutan ion sehingga dapat dihasilkan produk yang bermanfaat dalam bidang tekstil, industri kertas dan pakaian, serta bahan bakar biologis. Dr Héctor Rodríguez dan Professor Robin Rogers dari Sekolah Kimia dan Teknik Kimia universitas tersebut bekerja sama dengan The University of Alabama (USA) untuk mengembangkan sistem yang lebih ekonomis dan efisien untuk mengolah kayu. Solusi yang mereka kembangkan dapat menjadi petunjuk baru bagi industri-industri yang berbahan baku biomassa.
Pada saat ini, kayu masih diolah dengan proses Kraft; sebuah sistem pengolahan kayu yang ditemukan pada abad ke-19. Pada dasarnya, proses tersebut mengandalkan sodium hidroksida dan sodium sulfida untuk menguraikan lignin (sel kayu) pada selulosa. Meskipun populer pada industri pulp dan kertas, proses Kraft masih tergolong boros energi dan tidak ramah lingkungan. Hal ini terbukti dari banyaknya limbah yang dihasilkan, baik berupa limbah cair maupun gas. Alasan mengapa proses kuno ini masih dipakai adalah karena sulitnya mencari metode yang efektif untuk menguraikan dan memisahkan komponen-komponen dalam kayu. Bahkan, proses-proses yang belakangan dikembangkan tetap menunjukkan kelemahan-kelemahan tersendiri dalam mengatasi hal tersebut.
Peneliti-peneliti Queen’s University menemukan bahwa bilah-bilah kayu lunak dan keras dapat larut dalam larutan ion pada kondisi temperatur dan tekanan yang sedang. Dengan mengontrol penambahan air dan campuran air-aseton pada sistem, kayu yang terlarut dapat dipisahkan secara parsial menjadi materi kaya selulosa dan lignin murni. Proses tersebut terbukti jauh lebih ramah lingkungan dibandingkan proses Kraft karena limbah yang dihasilkan tingkat toksisitasnya lebih rendah, serta lebih mudah dibiodegradasi.
Profesor Robin Rogers menjelaskan pentingnya penemuan ini karena selulosa dan lignin sendiri digunakan dalam berbagai bidang. Selulosa dapat dipakai untuk produksi kertas, bioenergi, katun dan linen, serta berbagai komoditas material dan kimiawi lainnya. Lignin biasa digunakan sebagai aditif yang memperkuat berbagai konstruksi, misalnya mobil dan pesawat terbang, tetapi dengan berat yang relatif lebih ringan dibanding materi penguat lainnya.
Pendekatan lainnya juga sedang dikembangkan oleh tim ilmuwan tersebut, meliputi penambahan beberapa zat aditif ramah lingkungan atau penggunaan katalis. Mereka berharap dapat dicapai tingkat kelarutan yang lebih tinggi pada kondisi fisik yang lebih halus, juga dengan hasil pemisahan yang lebih baik. Tidak sampai disitu, misi mereka selanjutnya akan berfokus pada biomasa yang kaya dengan minyak dan biasa digunakan dalam industri minyak wangi.

Teknologi Pemanfaatan Limbah Sekam Padi dan Gambut Untuk Pembangkit Listrik Dengan Diesel Genset - Gasifikasi

sekam-padiPendahuluan / Manfaat
Seperti diketahui bahwa sebagian besar desa-desa di Indonesia merupakan daerah penghasil padi, dimana limbah sekam padi atau gambut dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar pembangkit listrik dengan sistem gasifikasi. Selain berdasarkan ketersediaan sumberdaya energi di suatu daerah, pengembangan program listrik pedesaan ini harus pula memenuhi kriteria kehandalan yang tinggi baik dari segi kualitas, kuantitas, dan harga listrik yang layak.
Dengan program listrik pedesaan yang menggunakan gasifikasi limbah biomasa atau gambut ini diharapkan bisa memacu pertumbuhan ekonomi pedesaan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pengembangan industri kecil dan rumah tangga, dimana kaitannya bisa membantu program pemerintah untuk pengentasan kemiskinan.
Dari
Sampai
Penduduk
125 jiwa
2.000+ jiwa
Rumah Tangga
25 Rumah Tangga
400+ Rumah Tangga
Pemakaian Listrik per Rumah
150 Watt-jam/hari
1000 Watt-jam/hari
Penggunaan Listrik
Penerangan,Radio,TV
Pemakaian produktif
Sumber Energi Terbarukan
Tidak Ada
Matahari, Angin, Air, Biomasa, Gambut
Ekonomi
Miskin
Swasembada
Jarak dengan Jaringan PLN
Jauh, Terisolir
Dekat
Kondisi Lingkungan
Hutan Tropis
Pantai
Daerah
Berbukit
Datar
Jalur Perhubungan
Sangat Susah
Mudah Dicapai
Tabel 1. Tipikal Kondisi Pedesaan di Indonesia
PERALATANBioner - 1 terdiri dari tiga sistem utama yaitu sistem gasifikasi (gasifier/reaktor), sistem pembersihan dan pendinginan gas, dan sistem pembangkit tenaga listrik dan atau penggerak utama (tenaga pompa air, penggilingan padi, dll).
PERSIAPAN1. Isi bak air sampai tanda batas Max
2. Penuhi hopper dengan sekam
3. Isi tungku dengan sekam sampai sebelum lobang tertutup (± 30 cm dari lobang teratas)
4. Buka penuh kran A, B, dan C dengan memutar roda kran kekiri
5. Tutup saluran dari gasifikasi diesel dengan memutar roda kran D kekiri

PENGOPERASIAN
1. Set Diesel pada putaran 1500 RPM atau 50 Hz
2. Putarlah kran B kearah menutup (putar kanan) secara perlahan-lahan hingga beda tinggi air pada pipa E menunjuk 2 slip (± 5 cm)
3. Nyalakan sekam dalam tungku merata dengan kain bekas yang telah dibasahi dengan minyak solar.
4. Setelah nyala tekan hampir merata keseluruh permukaan, tambahkan sekam diatasnya setebal ± 5 cm merata dengan jalan membuka pintu hopper F dan menutupnya kembali
5. Tunggu hingga nyala sekam timbul dipermukaan, kemudian penuhi tungku dengan sekam dengan membuka pintu F penuh.
6. Masukkan gas ke Diesel

Pemanfaatan Woodchips dan Bahan Non Sumber Makanan Menjadi Bahan Bakar Hidrogen

woodchips
Sudah tahukah anda, bahwa sel bahan bakar kendaraan yang kita gunakan untuk kebutuhan sehari-hari teryata dapat dihasilkan juga oleh enzim yang mengkonsumsi selulosa dari rumput atau woodchips (potongan kayu kecil) dan hembusan hidrogen. Peneliti di Virginia Tech, Oak Ridge National Laboratory (ORNL), dan University of Georgia telah menghasilkan gas hidrogen murni dengan daya yang cukup baik untuk sebuah sel bahan bakar dengan melakukan proses pencampuran 14 enzymes, yaitu antara lain: satu coenzyme, cellulosic dari bahan bukan makanan, dan air dengan temperature sekitar (32 derajat Celcius).
Dan hasilnya Grup penelitian ini mengumumkan tiga kemajuan dari “satu panci” proses: 1) sebuah novel kombinasi enzim, 2) meningkatkan laju generasi hidrogen - untuk secepat proses fermentasi hidrogen, dan 3) dan dimana kimia energi output lebih besar dari energi kimia disimpan dalam gula - hidrogen tertinggi hasil laporan adalah dari material cellulosic. “Selain konversi energi kimia dari gula, proses juga mengubah suhu rendah menjadi energi panas berkualitas tinggi energi hidrogen - seperti Prometheus mencuri api,” kata Percival Zhang, asisten profesor dari biologi sistem rekayasa di College Pertanian dan Life Sciences di Virginia Tech.
“Hal ini menarik karena menggunakan selulosa pati yang dapat diperbaharui memperluas sumber daya yang ada untuk memproduksi hidrogen disertakan sebagai biomas,” kata Jonathan Mielenz, pemimpin dari Bioconversion Sains dan Teknologi di ORNL Group.
Para peneliti menggunakan cellulosic terisolasi dari bahan kayu chips, potongan rumput bekas dapat juga digunakan. “Jika pecahan kecil tersebut, 2 atau 3% dari biomas tahunan yang digunakan untuk produksi gula ke sel bahan bakar hidrogen digunakan untuk transportasi, maka kita bisa mencapai kebebasan transportasi untuk bahan bakar,” ujar Zhang. (Dia menambahkan bahwa 3 persen adalah angka global untuk kebutuhan transportasi. AS akan benar-benar perlu mengkonversi sekitar 10 persen dari biomassanya - yang akan menjadi 1,3 miliar ton biomassa yang akan bermanfaat).
Penelitian ini didukung oleh Air Force Office of Scientific Research; Zhang dari DuPont Profesor Young Award, dan Departemen Energi AS.

Reaktor Microchannel, Reaktor Apa Ini ?

microchannel_reaktorTeknologi proses “microchannel“, apa ya kira-kira istilah ini ?
Dalam skala laboratorium, kita dapat melakukan reaksi kontak misalnya gas dengan padatan dalam suatu reaktor berbentuk tubular berdiameter kurang dari satu sentimeter hingga ukuran mikrometer. Atau dalam teknologi katalis, kita menggunakan material pengemban (monolith), yang memiliki ratusan saluran-saluran kecil dengan dimensi seragam. Konsep reaktor microchannel kurang lebih serupa dengan kumpulan puluhan bahkan ratusan saluran mikro yang dimensi, keteraturan dan keterkaitan disetiap saluran tadi dirancang sedemikian rupa. Peningkatan proses menjadi skala pabrik sebenarnya hanyalah sekedar menambah jumlah saluran mikro.
Jika dinding microchannel dilapisi dengan katalis maka fluida reaktan yang mengalir akan kontak dengan dinding microchannel dan terjadilah reaksi. Dimensi mikroskopik saluran bisa meningkatkan luas permukaan kontak per unit volume dan secara tidak langsung meningkatkan pula produktifitas per unit volume. Keuntungan lain adalah berkurangnya waktu tinggal fluida dalam reaktor mikro tersebut.
Ada perbedaan mendasar antara teknologi proses “microchannel” dengan “microreactor“. Teknologi microreactor berarti menggunakan reaktor berukuran kecil yang seringkali dipakai dalam tes laboratorium. Sementara teknologi microchannel tetaplah dimaksudkan untuk produksi komersial. Termasuk pula misalnya reaktor, mixer, heat exchanger, yang memanfaatkan saluran mikro untuk menampung proses aliran dan meningkatkan kinerja. Dimensi diameter saluran bervariasi dari puluhan hingga seratusan mikrometer dan panjang bisa beberapa meter. Perbedaan mendasar adalah komponen microchannel tersebut terintegrasi ke dalam sistem yang mengandung puluhan hingga ribuan saluran. Mengurangi ukuran peralatan produksi konvensional dengan sistem yang lebih kompak seperti microchannel dikenal dengan istilah intensifikasi proses. Keuntungan yang didapat adalah turunnya biaya investasi dan efisiensi energi.
Menurut pakar dari R.C. Costello & Associates, sebuah konsultan teknik di Amerika, dengan peralatan microchannel, kita dapat mengontrol temperatur hingga 0.1 derajat Celcius, yang berarti reaksi benar-benar terkendali dan mencegah timbulnya “hot spot“. Demikian juga terjadi perbaikan mutu dalam distribusi panas dan proses transfer massa. Bahkan bulan April tahun 2004 ini perusahaan besar semacam Velocys, Dow Chemical maupun laboratorium ternama, Pacific Northwest National Laboratory akan menerapkannya dalam produksi etilen maupun senyawa olefin lain.
Velocys kini sedang mengembangkan teknologi microchannel untuk produksi hidrogen melalui pembentukan uap dari gas alam (metan). Reaktor tersebut menghasilkan syngas - suatu campuran karbon monoksida dan hidrogen. Produksi hidrogen dapat dimaksimalkan melalui “water gas shift reaction”, yaitu reaksi CO dengan uap air pada temperatur lebih rendah. Proses pembentukan uap bersifat endotermik sehingga diperlukan kalor. Velocys memanfaatkan panas yang terjadi dari pembakaran metan dan hidrogen berlebih yang terbentuk pada proses pembentukan uap. Proses endotermik maupun eksotermik kemudian digabungkan. Setiap saluran mikro pembentuk uap dalam reaktor dilewatkan pada tempat mengalirnya gas pembakaran yang panas. Waktu tinggal dalam reaktor yang singkat menyebabkan suhu reaksi pada proses pembentukan uap dan pendinginan produk cepat tercapai. Pemanasan dan pendinginan yang cepat memang dibutuhkan dalam proses ini demi mencegah terbentuknya karbon.
Kombinasi yang kompak antara proses pembentukan uap dan pembakaran dapat segera mencapai kesetimbangan pada suhu dan tekanan tinggi. Kedua hal tersebut menunjukkan kedapat-capaian fluks panas dan kinetika yang cepat pada reaktor microchannel. Waktu tinggal bisa berkurang hingga 10 milidetik - bandingkan dengan reaktor konvensional yang perlu waktu 10 detik. Sebagai akibatnya, volume sistem keseluruhan bisa jauh dikurangi demi efisiensi.
Penelitian lain yang memanfaatkan reaktor microchannel misalnya proses produksi metanol dari syngas, proses mengubah gas alam menjadi senyawa hidrokarbon cair, maupun pembuatan hidrogen peroksida. Semuanya berkaitan dengan proses yang menghasilkan atau membutuhkan suhu tinggi. Teknologi terkini yang mungkin dilibatkan adalah penggunaan nano katalis terintegrasi dalam saluran mikro. Sesungguhnya, yang kecil belum tentu lemah, karena gerombolan yang kecil-kecil juga akan sekuat bahkan lebih hebat dari yang besar, tantangan untuk para ahli teknik di Indonesia.

Teknologi Penjernihan Minyak Goreng Kelapa Dengan Bahan Galian (Bentonit)

bentonit
Bentonit merupakan salah satu bahan alternatif yang dapat dipergunakan untuk bahan penjernih (bleaching agent) minyak kelapa, dimana potensi industri ini sangat besar. Pemanfaatan bentonit ini akan memberikan nilai tambah yang cukup besar, dibandingkan jika dimanfaatkan hanya sebagai bahan pengganti batu bata atau batako.
Pengembangan usaha bahan galian industri yang berdaya saing kuat, sudah saatnya dikembangkan di propinsi-propinsi atau wilayah sesuai dengan potensi yang ada. Dari hasil pengkajian yang dilakukan oleh Departemen Perindustrian, jenis-jenis industri yang mengolah atau memanfaatkan sumber daya mineral non migas, khususnya bahan galian industri, merupakan jenis industri yang memiliki daya saing tinggi, andal dan mandiri bila dibina dan dikembangkan secara sungguh-sungguh, optimal dan terkoordinasi.
MANFAAT1. Meningkatkan nilai tambah dan optimalisasi pemanfaatan sumber daya alam mineral berupa bentonit.
2. Meningkatkan kualitas fisik dan kimia minyak goreng kelapa yang dihasilkan oleh masyarakat.
3. Meningkatkan diversifikasi produk yang berasal dari bahan galian industri penjernih minyak goreng.
4. Meningkatkan produktifitas UKMK yang memanfaatkan bahan galian industri sebagai bahan baku dan bahan penunjang kegiatan produksi.
5. Meningkatkan nilai tambah produk yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan masyarakat.
BAHAN1. Minyak Goreng Kresengan
2. Bentonit teraktivasi
3. Soda Api Teknis (NaOh)
4. Air
CARA PENGOLAHAN1. Bahan baku bentonit alam dikeringkan dengan cara dijemur untuk mengurangi kandungan airnya.
2. Proses pemecahan dan penggerusan dimana bentonit dipecah menjadi dua ukuran, masing-masing sebesar biji kacang tanah dan setengah dari ukuran biji kacang tanah. Hasil pecahan bentonit dicuci sampai bersih, lalu dikeringkan (dijemur atau di oven).
3. Bentonit kering masing-masing dimasukkan ke dalam tabung penyaring (1) untuk ukuran besar dan tabung penyaring (2) untuk ukuran kecil, dengan jumlah masing-masing sebanyak ½ kg (dapat digunakan untuk 20 liter minyak goreng).
4. Masukkan minyak goreng ke dalam tabung penyaring (1), tahan beberapa menit, buka kran dan dialirkan ke tabung penyaring(2), tahan beberapa menit, lalu ditampung di ember. Lakukan proses ini 3 kali.
5. Minyak yang sudah disaring, dicampur dengan larutan soda api (1 sendok the soda api ditambah 1 l air) dengan perbandingan 2 :1 ( 2 bagian minyak, 1 bagian larutan soda api). Aduk sampai merata sampai cairan agak mengental berwarna keputih-putihan.
6. Campuran (e) dimasukkan ke dalam tabung pemisah sabun (3), biarkan beberapa menit sampai air berpisah dengan minyak (air di bagian bawah dan minyak di bagian atas). Kemudian bagian air (bawah) di buang.
7. Cuci bagian minyak dengan air panas dengan perbandingan 1: 1 (1 bagian air panas, 1 bagian minyak). Aduk merata dan lakukan pemisahan pada tabung pemisah sabun (3) seperti pada cara (e). Lakukan pencucian 3 kali.
8. Minyak yang sudah dicuci, dipanaskan secara perlahan (api kecil) selama 3 - 4 jam, untuk menghilangkan kadar air dalam minyak.
9. Minyak yang telah dipanaskan disaring dengan kain, dinginkan dan masukkan ke dalam botol atau jerigen. Minyak siap digunakan.

Saatnya membiasakan minum teh?

face_00008
Nanopartikel emas yang dibuat dengan menggunakan zat-zat kimia yang ditemukan pada daun teh bisa digunakan untuk mengobati kanker, menurut ilmuwan di Amerika Serikat.
Kattesh Katti, Raghuraman Kannan dan rekan-rekannya di University of Missouri, Columbia, menggunakan zat-zat fitokimia (senyawa-senyawa bioaktif) dari teh Darjeeling untuk mereduksi garam-garam emas menjadi nanopartikel emas. Zat-zat fitokimia juga menstabilkan nanopartikel tersebut dan menutupinya dengan sebuah lapisan non-toksik yang kuat. Karena hanya zat-zat kimia alami yagn digunakan dalam reaksi ini, maka tidak ada produk-produk limbah toksik yang dihasilkan, sehingga menjadikannya sebagai proses hijau 100 persen, kata Katti.
Reaksi-reaksi sederhana untuk membentuk nanopartikel emas menggunakan zat-zat kimia toksik, sehingga tidak cocok dijadikan sebagai obat. Disamping itu, tiol digunakan untuk menstabilkan dan mencegah bergabungnya nanopartikel-nanopartikel tersebut, tetapi ini berarti bahwa partikel-partikel ini tidak bisa terikat ke gugus obat yang mentargetkan lokasi penyakit. Metode Katti mengatasi masalah ini, karena lapisan yang terbentuk oleh zat-zat fitokimia menghentikan penggabungan nanopartikel tetapi masih memungkinkannya untuk berikatan dengan gugus-gugus obat.
Tim Katti telah menguji nanopartikel mereka untuk sel-sel kanker prostat dan kanker payudara. Mereka menemukan bahwa partikel-partikel tersebut memiliki afinitas yang sangat baik untuk reseptor-reseptor sel-sel kanker, yang berarti bahwa bisa digunakan dalam obat antikanker.
“Nanoteknologi hijau merupakan sebuah bidang yang baru muncul, yang menjembatani nanoteknologi dan ilmu alam,” kata Katti. “Proses kami sangat mungkin dilakukan dalam skala yagn lebih besar sehingga memungkinkan penemuan aplikasi medis dan teknologi nanopartikel emas yang lebih luas.”

Sel Tenaga Surya Plastik untuk Peralatan Elektronik Genggam segera hadir

sel-tenaga-surya
Solarmer Energy Inc. tengah mengembangkan panel tenaga surya plastik untuk peralatan elektronik genggam menggunakan teknologi yang dikembangkan di Universitas Chicago.
Perusahaan ini tengah menyempurnakan prototype tingkat komersial akhir tahun ini ungkap Dina Lozofsky, wakil presiden dari pengembangan IP dan penerapan strategi di Solarmer. Prototype berupa sebuah panel berukuran 8 inchi persegi (50 sentimeter persegi), diharapkan untuk mencapai efisiense sebesar 8 % dan waktu penggunaan setidaknya tiga tahun.
“Material baru dengan efisiensi yang lebih tinggi adalah kunci yang sesungguhnya dalam industri kami. Sel tenaga surya plastik berada di belakang sel tenaga surya tradisional dalam hal efisiensi yang dapat dicapai saat ini,” ujar Lozofsky. “Efisiensi (untuk panel tenaga surya plastik - red) saat ini di kisaran 5 hingga 6 persen.” Penemuan ini, sebuah semi konduktor baru yang disebut PTB1, mengubah cahaya matahari menjadi tenaga listrik. Sang penemu Luping Yu, Profesor Kimia, dan Yongye Liang, seorang mahasiswa doktoral, keduanya di Universitas Chicago, dan 5 rekan penelitinya menggambarkan detail teknis dari teknologi ini dalam artikel online yang diterbitkan pada Desember 18, 2008, di Journal of the American Chemical Society.
“Yongye adalah seorang yang sangat berpengetahuna dan ahli. Sangat kreatif,” puji Yu. “Dia memegang andil yang besar untuk kemajuan proyek ini.” Lapisan aktif dari PTBI1 hanyalah setebal 100 nanometer, lebar dari sekitar 1000 atom. Usaha menghasilkan bahkan sejumlah kecil dari material ini memerlukan waktu yang lama dan berbagai langkah. “Anda perlu memastikan bahwa anda mendapatkan apa yang anda pikir anda dapatkan,” jelas Yu.
Pihak universitas mendaftarkan paten atas temuan ini kepada Solarmer September lalu. Patent ini melingkupi beberapa jenis polimer dalam tahap pengembangan di laboratorium Yu, kata Matthew Martin, proyek manager di UChicagoTech, kantor urusan teknologi dan hak atas kekayaan intelektual. Paten ini sedang menunggu pengesahan.
Kelebihan dari teknologi ini adalah kesederhanaanya. Beberapa laboratorium di Ameriak Serikat telah menemukan polimer lain dengan tingkat efisiensi seperti yang Yu capai, tapi polimer - polimer ini memerlukan proses lebih lanjut untuk dapat menjadi produk komersial.
“Menurut kami, system kami memiliki potensi,” ujar Yu. “Sistem terbaik yang pernah dilaporkan adalah 6.5 persen tapi itu bukanlah sebuah peralatan tunggal. Itulah adalah dua peralatan.” Dengan menggabungkan keahliah Solarmer dalam bidang peralatan elektronik dan material semi konduktor temuan Yu dan Liang, mereka mampu mendorong efisiensi dari material tersebut bahkan lebih tinggi.
Solarmer didirikan tahun 2006, berkantor di El Monte, California, untuk mengkomersialisasi teknologi yang dikembangkan di laboratorium Profesor Yang Yang dari Universitas California, Los Angeles. Perusahaan ini mengembangkan panel tenaga surya yang fleksibel dan tembus pandang yang menghasilkan energi murah dan bersih dari matahari. Yu mulai berkerja dengan Solarmer atas rekomendasi dari Profesor Yang, professor di bidang teknologi bahan. Sesialisi penelitian Yu melingkupi pengembangan polimer baru dan pembuatan rantai atom yang serupa untuk membuat plastik dan material lainnya.
Program penelitian Yu termasuk pendanaan dari the National Science Foundation and a Collaborative Research Seed Grant dari Universitas Chicago dan Laboratorium Nasional Argonne . Solarmer bergabung kedalam kerjasam pendanaan dengan pihak universitas untuk menyediakan dukungan bagi peneliti postdoctoral di laboratorium Yu. Lozofsky berkata bahwa Solarmer mengharapkan penemuan polimer baru dari hasil kerjasama ini. Panel surya berbasis silikion mendominasi pasar saat ini. Pengamat industri melihat potensi dari panel surya yang murah dan fleksibel ungkap Martin. “Jika panel surya dapat dibuat efisien, panel - panel ini dapat digunak untuk berbagai hal selain dari panel surya tradisional di atap rumah,” ujarnya.

Air laut: Bahan bakar alternatif


Suatu saat nanti, anda mungkin akan melihat banyak anjing laut yang mengelilingi stasiun pengisian bahan bakar. Itu karena bukan aroma bensin, melainkan justru aroma pantai yang lebih terasa di SPBU.
John Kanzius, 63 tahun, telah berhasil menciptakan alternatif bahan bakar dari air laut. Secara kebetulan, teknisi broadcast ini menemukan sesuatu yang menakjubkan. Pada kondisi yang tepat, air laut dapat menyala dengan temperatur yang luar biasa. Dengan sedikit modifikasi, tidak menutup kemungkinan di masa depan, ini dapat di jadikan sebagai alternatif bahan bakar untuk kendaraan bermotor.
Perjalanan Kanzius menjadi inspirasi yang mengejutkan bermula ketika dia di diagnosis menderita leukimia pada tahun 2003. Dihadapkan dengan treatment kemoterapi yang melelahkan, dia memilih mencoba untuk menemukan alternatif yang lebih baik dalam menghancurkan sel-sel kanker. Kemudian di muncul dengan alat Radio Frequency Generator (RFG), sebuah mesin yang menghasilkan gelombang radio dan memancarkannya ke suatu area tertentu. Kanzius menggunakan RFG untuk memanaskan pertikel metal kecil yang dimasukkan ke dalam tumor, menghancurkan sel tumor tanpa merusak sel yang normal.
Tetapi, apa hubungannya antara kanker dengan bahan bakar air laut?
Selama percobaannya dengan RFG, dia menemukan bahwa RFG dapat menyebabkan air yang berada di sekitar test tube mengembun. Jika RFG dapat menyebabkan air mengembun, seharusnya ini dapat juga untuk memisahkan garam dari air laut. Mungkin, ini dapat digunakan untuk men-desalinitasi air laut. Sebuah peribahasa tua tentang laut, "air, air dimana-mana, dan tidak satu tetespun dapat diminum".
Beberapa negara mengalami kekeringan dan sebagian besar rakyatnya menderita kehausan, padahal 70% bumi adalah samudera yang notabene adalah air. Suatu metode yang efektif untuk menghilangkan garam dari air laut dapat menyelamatkan tak terhitung nyawa. Maka tidaklah heran jika Kanzius mencoba alat RFG-nya untuk tujuan desalinitasi air laut.
Pada test pertamanya, dia melihat efek samping yang mengejutkan. Ketika dia arahkan RFG-nya pada tabung yang berisi air laut, air itupun seperti mendidih. Kanzius lalu melakukan test kembali. Saat ini dengan kertas tisue yang terbakar dan menyentuhkannya ke dalam air laut yang sedang di tembak oleh RFG. Dia sangat terkejut, air laut dalam tabung terbakar dan tetap menyala sementara RFG dinyalakan.
Awalnya berita tentang eksperiment ini dianggap suatu kebohongan, tapi setelah para ahli kimia dari Penn State University melakukan percobaan ini, ternyata hal ini memang benar. RFG dapat membakar air laut. Nyala api dapat mencapai 3000 derajat Fanrenheit dan terbakar selama RFG dinyalakan.
Lalu bagaimanakah air laut dapat terbakar? Dan kenapa jika puntung rokok di lemparkan ke dalam laut tidak menyebabkan bumi meledak?
Ini semua berhubungan dengan hidrogen. Dalam keadaan normal, air laut mempunyai komposisi Natrium Klorida (garam) dan Hidrogen, oksigen (air) yang stabil. Gelombang radio dari RFG milik Kanzius mengacaukan kestabilan itu, memutuskan ikatan kimia yang terdapat dalam air laut. Hal ini melepaskan molekul hidrogen yang mudah menguap, dan panas yang keluar dari RFG memicu dan membakarnya dengan cepat.
Jadi akankah di masa depan nanti mobil atau motor memakai air laut daripada bensin?
Kalau teknologi ini benar-benar bisa terealisasi, dunia sudah tidak perlu khawatir lagi dengan krisis energi.

kimia terapan


   

Sabun
Kimia Kelas 2 > Kimia Terapan Dan Terpakai
198
1.
PENGERTIAN
Garam dari asam lemak dengan KOH/NaOH

2.
JENIS
O
½½
Lunak : R ¾ C ¾ OK

O
½½
Keras : R ¾ C ¾ ONa


3.
SIFAT
1. Mengandung alkali bebas Þ kualitas rendah
2. Dalam H
2O Þ
koloid
3. Dalam air sadah
Þ kurang membuih
4.
PEMBUATAN
Lemak / Minyak + NaOH / KOH



   

Detergen
Kimia Kelas 2 > Kimia Terapan Dan Terpakai
199
1.
PENGERTIAN
Garam Natrium dari Asam Sulfonat

2.
SIFAT
Fisis
- Ujung non polar : R - O (hidrofob)
- Ujung polar : SO3Na (hidrofil)

Terhadap JASAD RENIK
- Rantai C-nya lurus : Biogradable
- Rantai C-nya bercabang : Unbiogradable

Kimiawi
- Dapat melarutkan lemak
- Tak dipengaruhi kesadahan air


3.
PEMBUATAN
ROH + H2SO4 ® ROSO3H + H2O
ROSO3H + NaOH ® ROSO3Na + H2O



   

Bensin
Kimia Kelas 2 > Kimia Terapan Dan Terpakai
200
1.
KOMPOSISI
- Iso oktan (= 2, 2, 4 - trimetil pentana)
- n heptan (menimbulkan knocking)


2.
BILANGAN OKTAN
Kadar iso oktan dalam bensin

3.
KOMERSIAL
- Premium Þ bilangan oktan + 80
- Premix Þ bilangan oktan + 94


4.
SENYAWA ANTI KNOCKING
Tetra etil lead (C2H5)4Pb

5.
BENSIN CRACKING
Diperoleh melalui proses pemutusan Hidrokarbon
C12H26 ———————————> C6H14 + C6H12
           425 C 25 atm


Pupuk
Kimia Kelas 2 > Kimia Terapan Dan Terpakai
201
JENIS PUPUK
1.
Pupuk Alam
- Kompos
- Pupuk Hijau
- Pupuk Kandang


2.
Pupuk Buatan

a.
Pupuk Nitrogen
- Za = (NH4)2SO4
- A.S.N = Amonium Sulfat Nitrat
- Urea = CO(NH2)2

b.
Pupuk Kalium Þ N.P.K

c.
Pupuk Pospor
-
Enkel Superpospat
- Double Superpospat
- Triple Superpospat


Catatan :
Fungsi Pupuk : Mensuplai kebutuhan akan unsur-unsur tertentu



   

   

Zat Tambahan Pada Makanan
Kimia Kelas 2 > Kimia Terapan Dan Terpakai
204
Zat-zat makanan yang diperlukan tubuh adalah

- karbohidrat
- lemak
- protein
- vitamin
- mineral
- air

Tetapi, selain zat-zat makanan tersebut di atas, di dalam makanan kita masih terdapat zat-zat lain yang pada umumnya tidak mempunyai nilai gizi.

Zat-zat ini disebut zat tambahan (additives) pada makanan, yaitu :
1. Zat tambahan untuk membuat makanan menjadi lebih menarik kelihatannya, lebih sedap bau dan rasanya dan lebih awet bila disimpan.
2. Zat tambahan yang bercampur dengan makanan pada waktu dalam proses penyediaan/pembuatan bahan makanan.
Zat tambahan im harus aman penggunaannya, yaitu tidak mengganggu kesehatan.

URAIAN BEBERAPA ZAT TAMBAHAN

1.
Zat warna: tujuan penambahan ialah membuat makanan lebih menarik.

Ada 2 macam zat warna:

a. Zat Warna Nabati, yaitu yang berasal dari alam/tumbuh-tumbuhan. seperti warna hijau dari daun suji (daun pandan) dan warna kuning atau jingga dari kunir (kurkuma).
b. Zat Warna Sintetik, yang umumnya dibuat dari ter batubara
Zat warna ini tidak boleh digunakan untuk makanan, karena beracun. Penelitian menunjukkan bahwa beberapa zat warna itu dapat menimbulkan penyakit kanker.


2.
Zat Penyedap (penguat rasa) : Tujuan penambahan ialah agar makanan lebih sedap rasa dan baunya.

3.
Zat Pengawet
Penggunaan gula dan garam sebagai pengawet sudah diketahui orang banyak.
Untuk makanan dalam kaleng umumnya digunakan zat pengawet lain, misalnya natrium benzoat. nipagin, sendawa dan asam sitrat. Ada kalanya digunakan juga antibiotik.
Minyak dan lemak jika tidak disimpan baik, lama kelamaan menjadi tengik. Peristiwa ini terjadi karena asam lemak
yang tidak jenuh dalam bahan ini teroksidasi.
Udara, cahaya dan kerja bakteri adalah penyebabnya. Untuk mencegah proses ini pada minyak atau lemak ditambahkan zat pengawet yang tergolong "antioksidan".

Contohnya:
- butil hidroksi anisol (BHA)
- butil hidroksi toluena (BHT)

Biasanya antioksidan digunakan bersama dengan asam sitrat atau asam askorbat (vitamin C) yang fungsinya untuk memperkuat kerja antioksidan itu.
Zat tambahan golongan lainnya yang secara tidak sengaja bercampur dengan makanan ialah bahan-bahan kimia yang digunakan dalam bidang pertanian dan peternakan, misalnya senyawa organoklor.
Karena itu kita harus mencuci bersih lebih dahulu sayuran dan buah-buahan yang akan kita makan untuk mencegah
keracunan oleh bahan kimia itu. Hormon-hormon yang sekarang sering diberikan kepada hewan potong untuk
mempercepat pertumbuhannya dapat juga merupakan zat pada makanan yang tidak kita kehendaki.


4.
Zat Pemanis
Gula Pasir dan gula jawa adalah pemanis alami yang sering dipakai sehari-hari. Pemanis sintetis sering digunakan dalam industri minuman seperti limun, sirup dan lain-lain. Penggunaan pemanis sintetis ini harus dibatasi karena kelebihan pemanis sintetis dalam minuman atau makanan akan menyebabkan penyakit.
Pemanis sintetis yang aman penggunaannya adalah gula stevita yaitu gula yang berasal dari daun Stevita rebaudina.
Kertas
Kimia Kelas 2 > Kimia Terapan Dan Terpakai
205
< Sebelum Sesudah >
Bahan baku yang digunakan untuk membuat kertas ialah bahan-bahan yang mengandung banyak selulosa, seperti bambu, kayu, jerami, merang, dan lain-lain.
Pembuatan kertas dari bahan baku dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu:
1. Pembuatan pulp
2. Pembuatan kertas dari pulp

Pulp, di samping dapat digunakan untuk membuat kertas, dapat juga digunakan untuk membuat rayon (rayon adalah selulosa dalam bentuk serat-serat).
Ada 3 macam proses pembuatan pulp, yaitu:
1. Proses mekanis
2. Proses semi-kimia
3. Proses kimia

Pada proses mekanis tidak digunakan bahan-bahan kimia. Bahan baku digiling dengan mesin sehingga selulosa terpisah dari zat-zat lain.

Pada proses semi-kimia dilakukan seperti proses mekanis, tetapi dibantu dengan bahan kimia untuk lebih melunakkan, sehingga serat-serat selulosa mudah terpisah dan tidak rusak.

Pada proses kimia bahan baku dimasak dengan bahan kimia tertentu untuk mengllilangkan zat lain yang tidak perlu dari serat-serat selulosa. Dengan proses ini, dapat diperoleh selulosa yang murni dan tidak rusak.

Ada 2 metoda pembuatan pulp dengan proses kimia, yaitu:

a.
Metoda proses basa

Termasuk di sini adalah:
-
proses soda
- proses sulfat


b.
Metoda proses asam

Yang termasuk proses asam adalah proses sulfit

Proses Basa


Bahan baku yang telah dipotong kecil-kecil dengan mesin pemotong, dimasukkan dalam sebuah bejana yang disebut "digester."
Dalam larutan tersebut dimasukkan larutan pemasak:
- NaOH 7%, untuk proses soda
- NaOH, Na2S dan Na2CO3 untuk proses sulfat

Pemasakan ini berguna untuk memisahkan selulosa dari zat-zat yang lain.
Reaksi sebenarnya rumit sekali, tetapi secara sederhana dapat ditulis:
       Larutan pemasak
Kayu ———————————> pulp (selulosa) + senyawa-senyawa alkohol + senyawa-senyawa asam + merkaptan + zat-zat pengotor lainnya.

Kemudian campuran yang selesai dimasak tersebut dimasukkan ke dalam mesin pemisah pulp dan disaring. Pulp kasar dapat digunakan untuk membuat karton dan pulp halus yang warnanya masih coklat harus dikelantang (diputihkan/dipucatkan). Pemucatan dilakukan dengan menggunakan Kaporit atau Natrium hipoklorit. Perlu diperhatikan bahwa, bahan-bahan kimia yang sudah terpakai tidak dibuang, tetapi diolah kembali untuk dipakai lagi. Hal ini berarti menghemat biaya dan mencegah pencemaran lingkungan
Reaksi kimia yang penting dalam pengolahan kembali sisa larutan tersebut adalah :
Na2SO4 + 2 C ———————————> Na2S + 2 CO2
Na2CO3 + Ca(OH)2 ———————————> 2 NaOH + CaCO3
Proses Asam
Secara garis besar, proses sulfit dilakukan melalui tahap-tahap yang sama dengan proses basa. tetapi larutan yang digunakan adalah:
SO2, Ca(HSO3)2 dan Mg(HS03)2
Pembuatan Kertas

Pulp yang sudah siap, diolah dengan bahan-bahan penolong seperti perekat damar, kaolin, talk, gips, kalsium karbonat, tawas aluminium, kertas bekas, zat warna dan lain-lain, untuk kemudian diproses menjadi kertas, melalui mesin pembentuk lembaran kertas, mesin pengeras dan mesin pengering.

Catatan:

  1. Zat-zat tersebut di atas dipakai dalam jumlah kecil sekali, dan bila berlebihan berbahaya bagi kesehatan.
  2. Ada zat pemanis yang dapat menimbulkan kanker pada hewan-hewan percobaan, sehingga di beberapa negara dilarang.
  3. Umumnya zat-zat tersebut di atas adalah sintetis.

Saturday, June 23, 2012



Air Sadah ialah air yang sukar berbuih dengan sabun dan banyak mengandung ion Ca2+ dan Mg2+.
Macamnya:
1.
Kesadahan Sementara

Mengandung Ca(HCO3)2 dan Mg(HCO3)2
Dapat dihilangkan dengan pemanasan

Contoh : Ca(HCO3)2 (aq) CaCO3 + H2O (l) + CO2 (g)

2.
Kesadahan Tetap

Mengandung CaSO4 dan MgSO4
Dapat dihilangkan dengan menambahkan soda ash (Na2CO3)

Contoh : MgSO4 (aq) + Na2CO3 (aq) MgCO3 + Na2SO4 (aq)

Thursday, June 21, 2012


TITRASI ASAM BASA-NEUTRALISASI

A.   TITRASI ASAM-BASA AIR
Titrasi Asam-Basa adalah penetapan kadar suatu zat (asam atau basa) berdasarkan atas reaksi Asam-Basa. Bila sebagai titran digunakan larutan baku asam, maka penetapan tersebut dinamakan ASIDIMETRI. Sebaliknya bila larutan baku basa sebagai titran, maka penetapan itu disebut ALKALIMETRI.
Teori Asam Basa
1.    Teori Arrhenius
Menurut Arrhenius, asam adalah suatu zat yang bila dilarutkan dalam air berdisosiasi menghasilkan ion hidrogen (H+) sebagai satu-satunya ion positif.
HCl H+ + Cl-
Basa adalah suatu zat yang bila dilarutkan dalam air berdisosiasi menghasilkan ion hidroksil   (OH-) sebagai satu-satunya ion negatif.
NaOH   Na+ + OH-
2.    Teori Bronsted Lowry
Teori ini merupakan teori umum dari asam dan basa, karena dapat diterapkan pada semua jenis pelarut, termasuk pelarut organik. Oleh karena itu teori ini merupakan dasar titrasi bebas air. Menurut teori ini, asam adalah suatu zat yang cenderung untuk melepaskan porton (donor proton), sedangkan basa cenderung unutk mengikat proton (akseptor proton).
Dengan demikian, maka dalam teori asam basa Bronsted dan Lowry dikenal ada istilah asam-basa terkonjugasi (pasangan asam-basa).
Contoh :
HCl + HF  Cl- + H2F+
Asam basa konjugasi               : HCl dengan Cl-
                                                      HF dengan H2F+
Senyawa bersifat asam              : HCl dan H2F+ (HCl memberikan H+ ke HF dan H2F+memberikan H+  ke Cl-)
Senyawa bersifat basa               : HF dan Cl-  (HF menerima H+  dari HCl dan Cl-     menerima H+  dari H2F+)     
Menurut teori bronsted lowry, proton berperan penting dalam  setiap reaksi asam-basa. Proton juga menentukan sifat asam-basa senyawa-senyawa. Oleh karena itu teori ini disebut juga teori proton. 


Bobot Ekivalen
Bobot ekivalen suatu zat pada reaksi asam basa adalah banyakna mol zat itu yan ekivalen dengan 1 mol H+ atau 1 mol OH-
Indikator asam-Basa
Indikator asam basa adalah asam aau dasa organik lemah yang mempunyai warna molekul (warna asam) berbeda dengan warna ionnya (warna basa).
HIn      H+   +  In-
       Warna molekul        warna ion
Pada contoh di atas, warna molekul lebih kuat dalam suasana asam, sedangkan warna ion lebih kuat dalam suasana basa, yaitu bila indikator dinetralkan.
Pada pH tertentu, dimana kedua bentuk ada dalam jumlah yang hampir sama, maka akan terjadi warna kombinasi dari warna molekul dan warna ionnya. Daerah transisi dari perubahan warna indikator meliputi lebih kurang 2 unit pH dan daerah ini disebut trayek pH.
Beberapa contoh indikator asam basa beserta trayek pH dan perubahan warnanya dapat dilihat pada table berikut :
Indikator
trayek pH
Warna asam HIn
warna basa In
pKIn
Biru bromfenol
3,0 -4,6
kuning
biru
4,1
Biru bromtimol
6,0 – 7,6
kuning
biru
7,1
Biru fenol
1,2 – 2,8
merah
kuning
1,7
Biru timol
8,0 – 9,6
kuning
biru
8,9
Fenolftalein
8,3 – 10,5
Tak berwarna
Merah jambu
9,3
Jingga metal
3,1 – 4,4
merah
jingga
3,7
Lakmus
6,0 – 8,0
merah
biru
----
Merah fenol
6,8 – 8,4
kuning
merah
7,8
Merah metal
4,2 – 6,3
merah
kuning
5,0
Pemilihan indikator
Pemilihan indikator ditentukan oleh pH larutan pada titik ekivalen. Pada titrasi asam lemah dengan basa kuat, maka pH larutan pada titik ekivalen diatas 7 (misalkan pH = 9), maka indikator yang dapat dipakai adalah biu timil atau fenolftalein. Indikator ini biasanya digunakan hanya beberapa tetes sebagai larutan dalam air atau alkohol (70 % - 90%  h/v) dengan kadar 0,05 – 0,1 %.
Sebaliknya pada titrasi basa lemah dengan asam kuat, maka pH larutan pada titik ekivalen di bawah 7 (misalkan pH = 4), maka indikator yang dapat digunakan adalah biru bromfenol atau jingga metil.
Larutan titer asam
1.    Pembuatan
Sebagai titran biasanya digunakan asam klorida, kadang-kadang digunakan  asam sulfat atau asam perklorat.  Larutan baku dapat dibuat dengan menimbang seksama sejumlah asam klorida bertitik didih tetap, lalu diencerkan hingga volume tertentu.
2.    Pembakuan
Untuk pembakuan larutan titer asam, biasanya digunakan natrium karbonat anhidrat. Disamping itu  dapat juga digunakan natrium tetraborat dekahidrat. Bila tersedia larutan basa yang telah  dibakukan, maka larutan ini juga digunakan untuk membakukan larutan titer asam.
Menurut Farmakope Indonesia edisi III, larutan titer asam klorida dibakukan dengan natrium karbonat anhidrat yang telah dikeringkan pada suhu 2700C selama 1 jam menggunakan indikator metil merah. Titrasi dilakukan dengan mendidihkan larutan untuk menghilangkan gas CO2 yang terbentuk hingga warna indikator berubah dari kuning menjadi merah jambu pucat. Setelah dingin, titrasi dilanjutkan lagi hingga warna merah jambu pucat tidak hilang dengan pendidihan.
Larutan titer basa
1.    Pembuatan
Basa kuat mudah menyerap CO2 dari udara, sehingga selalu dikotori dengan karbonat. Untuk itu perlu diperhatikan dalam pembuatan larutannya.
Larutan NaOH bebas karbonat dapat dibuat dengan mencuci butiran natrium hidroksida P dengan air untukmmenghilangkan lapisan karbonat sebelum dilarutkan. Cara klasik yang lebih disukai adalah dengan mula-mula membuat larutan pekat (50 bagian natrium hidroksida dalam 50 bagian air) dimana natrium karbonat tidak larut.
Sebagian beningan atas atau filtrat yang diperoleh dengan penyaringan vakum melalui penyaringan kaca masir dipakai untuk membuat larutan encer. Cara yang lebih praktis adalah dengan menggunakan larutan natrium hidroksida 50% P dengan kadar karbonat rendah yang tersedia dalam botol polietilen.
Menurut Farmakope Indonesia, pada pembuatan larutan NaOH 0,1 N, karbonat dibebaskan dengan menggunakan larutan natrium hidroksida segar dan beningan dienap tuangkan  (didekantasi) atau disaring dengan larutan dibiarkan semalam dalam botol bersumbat. Untuk membuat larutan NaOH 0,1 N digunakan 15 g natrium hidroksida P dalam 950 ml air.
2.    Pembakuan
Baku primer yang paling sering digunakan untuk pembakuan basa adalah kalium bifatalat karena stabil, tahan panas ( sampai 1300C ) dan tidak hidroskopik. Disamping itu dapat juga digunakan asam sulfamat. Kalium biftalat adalah garam asam dari asam bivalen. Pada reaksi pembakuan basa, kalium biftalat berfungsi sebagai asam monovalen (BE = 1 mol).
3.    Penyimpanan
Larutan titer basa disimpan dalam wadah teetutup kedap, untuk menghindari pengaruh udara, misalnya CO2,. Oleh karena basa bereaksi dengan gelas, maka larutan basa lebih baik disimpan dalam wadah plastik (polietilen).  Namun demikian bila tidak disimpan lama, wadah gelas masih dapat dipakai dan dianjurkan yang tertutup plastik, karena tutup gelas lebih sukar dibuka.
Menurut Farmakope Indonesia, larutan harus disimpan dalam botol tertutup rapat yang dilengkapi demgan tabung yang diisi  campuran natrium hidroksida P dan kalium hidroksida P (soda api). Larutan harus dibakukan kembali

Kurva Titrasi

Dalam menguji suatu reaksi untuk menentukan bisa atau tidaknya reaksi tersebut digunakan untuk titrasi, kita perlu membuat suatu kurva titrasi. Untuk reaksi asam basa, suatu kurva titrasi terdiri dari suatu plot pH atau pOH vs mililiter titran. Kurva  tersebut berguna dalam menentukan kelayakan suatu titrasi dan dalam memilih indikator yang sesuai. Kita akan menguji dua kasus, titrasi asam kuat dengan basa kuat dan titrasi asam lemah dengan basa kuat.
Gambar 1. Kurva titrasi asam kuat- basa kuat  9 larutan HCl 0,1 m dengan larutan baku NaOH 0,1 M

Gambar.2. kurva titrasi larutan CH3COOH 0,1 M larutan baku NaOH, dibuat dengan bantuan bagan LK.

B.   TITRASI BEBAS AIR
Titrasi Bebas air atau Titrasi Non-Aqua adalah titrasi yang menggunakan pelarut organik sebagai pengganti air. Dengan pelarut organik tertentu, kekuatan asam atau basa lemah dapat diperbesar sehingga memungkinkan suatu titrasi yang tidak memuaskan dalam pelarut air. Dibidang  farmasi teknik kini banyak dipakai karena banyak obat bersifat asam atau basa lemah yang sukar larut dalam air. Dengan memilih pelarut yang tepat, penetapan kadar dari komponen campuran asam atau basa juga dimungkinkan.
Sifat Asam-Basa
Teori asam-basa dari Arrhenius  ternyata tidak berhasil menjelaskan sifat karakteristik dari asam dan basa  dalam pelarut organik. Dalam hal ini, teori yang umum telah dikemukakan oleh bronsted. Menurut teori ini, asam adalah pemberi proton, sedangkan basa adalah penerima proton.
HB          H+    +      B-
asam           proton        basa
Pada reaksi diatas, ion B- adalah basa konjugasi dari asam HB dan sebaliknya asam HB adalah basa konjugasi  dari basa B-. Reaksi tersebut semata-mata dimaksudkan untuk menjelaskan definisi dari asam dan basa, dan bukan merupakan reaksi yang sesungguhnya. Reaksi tersebut baru bisa berlangsung ke kanan apabila ada yang menerima protonnya.
Kekuatan suatu asam disamping ditentukan oleh potensi dari asam itu untuk melepaskan proton, tetapi juga tergantung dari kekuatan basa yang akan menerima protonnya. Jadi, asam lemah akan menjadi lebih kuat bila direaksikan dengan basa yang lebih kuat. Misalnya, asam asetat akan menjadi lebih kuat dalam amonia lebih kuat dari air.
Dalam urutan berikut, sifat asam dari pelarut berkurang ke kanan dan akhirnya sifat basa bertambah.
HClO4    HBr   H2SO4  HCl    HNO3    CH3COOH  fenol  air  piridin
Dalam urutan tersebut, air lebih bersifat basa daripada asam asetat. Karena itu asam-asam mineral lebih mudah memberikan proton kepada air daripada asam asetat. Dalam hal ini kekuatan asam-asam mineral  terhadap air boleh dikatakan sama, sehingga air dikatakan “leveling” bagi asam-asam tersebut.  Dalam asam asetat kekuatan asam-asam mineral tersebut ternyata  dapat dibedakan sesuai dengan urutan tersebut diatas asam perklorat adalah yang paling kuat. Dalam hal ini asam asetat dikatakan sebagai “ differentiating solvent” bagi asam-asam  tersebut.  Dengan demikian, maka asam perklorat adalah titran yang paling baik pada titrasi bebas air.
Pelarut
Seperti  telah iuraikan diatas, kekuatan asam dan basa ditentukan pula oleh kemampuan pelarut untuk menerima dan melepaskan proton. Berdasarkan hal ini maka pelarut dapat dibedakan menjadi :
1.    Pelarut protogenik, adalah pelarut yang mudah memberikan proton. 
Misalnya : asam-asam.
2.    Pelarut protofilik, adalah pelarut yang mudah menerima proton.
Misalnya : basa-basa, eter, keton.
3.    Pelarut amfiprotik, adalah pelarut yang dapat menerima maupun memberikan proton.
Misalnya :  air, asam asetat, alkohol.
4.    Pelarut aprotik, adalah pelarut yang tidak dapat menerima maupun memberikan proton.
         Misalnya : kloroform, benzen, dioksan.
Pemilihan pelarut
Dalam memilih pelarut, ada tiga hal yang harus diperhatikan, yaitu:
  1. Sifat asam-basa dari pelarut. Untuk menitrasi basa lemah, maka dipilih pelarut yang lebih
bersifat asam,dan demikian pula sebaliknya. Misalnya, pada titrasi basa lemah, asam asetat lebih baik daripada air.
  1. Tetapan autoprotolisis
  2. Tetapan dielektrik
Indikator
Penetapan titik akhir pada titrasi bebas air, dapat dilakukan dengan penambahan indikator atau lebiuh disukai cara potensiometrik.
Perubahan warna indikator dalam pelarut organik berbeda dengan perubahannya dalam pelarut air. Hal ini disebabkan antara lain karena pelarut organik mempunyai tetapan dielektrik yang lebih kecil daripada air. Hal ini mengakibatkan indikator asam basa yang cocok unutk titrasi dengan pelarut air belum tentu baik untuk titrai bebas air.
2.    Alkalimetri
Senyawa yang dapat dititrasi dengan asam antara lain; asam halida, anhidrida asam, asam karboksilat, asam amino, dan senyawa fenol seperti barbiturat dan santin, imida, Fenol pirol dan sulfanomida.

Prinsip Penetapan

Zat uji dilarutkan dalam pelarut yang cocok, kemudian dititrasi dengan larutan alkali metoksida dalam wadah yang bebas CO2 dari udara,menggunakan indikator atau pasangan elektroda yang cocok untuk menetapkan titik akhir ekivalen. Pengaruh CO2 dapat dikoreksi dengan melakukan titrasi blangko.
Reaksi yang terjadi, secara singkat dapat digambarkan sebagai berikut :
1.    Asam   :  HA  +  CH3ONa        ANa   +   CH3OH
2.    Basa    : -CH=COH-   +   CH3ONa         -CH=CONa-   +    CH3OH

Larutan Titer

Ada dua golongan titran untuk titrasi, yaitu alkali metoksida dan tetraalkilamonium hidroksida. Larutan yang paling sering digunakan adalah larutan natrium metoksida dalam campuran metanol-benzen. Untuk senyawa yang membentuk endapan gelatinous dengan natrium metoksida, maka digunakan larutan lithium metoksida dalam pelarut campuran metanol-benzen.
3.    Asidimetri
Senyawa-senyawa yang dapat dititrasi sebagai basa antara lain:
1.    Garam organik dari logam alkali atau alkali tanah, misalnya kalium hidrogenftalat, natrium siklamat.
2.    Senyawa Amin primer, sekunder maupun tersier.
3.    Garam halida basa organik. Misalnya : Klorpromazin HCl, Klordiazepoksid HCl..
Prinsip Penetapan
Zat uji dilarutkan dengan pelarut yang cocok, lalu dititrasi dengan larutan titer asam perklorat dalam asam asetat glasial dan titik ekivalen ditetapkan dengan penambahan indikator atau secara potensiometrik.
Secara singkat reaksi yang terjadi dapat digambarkan sebagai berikut ;
1.    Garam organik   :   RCOOK  +  HClO4            RCOOH   +   KCLO4
2.    Amin Primer       :   RNH2   +   HClO4             RNH3   +   CLO4
3.    Garam Halida
Ion klorida, bromida dan iodida merupakan basa yang sangat lemah, sehingga tidak dapat bereaksi secara kuantitatif dengan asam perklorat. Hal ini dapat diatasi dengan penambahan raksa (II) asetat.Garam ini dengan ion halida akan melepaskan ion asetat yang berfungsi sebagai asam kuat.
2 RNH2. HCl           2 RNH3+     +   2Cl-
Hg (CH3COO)2     +    2Cl-         HgCl2    +   2 CH3COO-
2 HClO4    +   2 CH3COOH          2 CH3COOH2+   +   2 ClO4-
    2 RNH2.HCl + Hg(CH3COO)2 + 2HClO4        2 RNH3 +2ClO4 + HgCl2 + 2CH3COOH
Larutan titer
Untuk titrasi basa umunya digunakan larutan titer asam perklorat dalam asam asetat, dan dalam kasus tertentu digunakan larutan asam perklorat dalam dioksan.

C.  TITRASI PROTOLIT KUAT
Protolit kuat mengalami reaksi alih proton yang sempurna dalam air yang menyebabkan terbentuknya ion hidronium dan ion hidroksida. Reaksinya seperti berikut :

Asam  +  H2O      basa   +  H3O-
Basa    +   H2O      asam   +  OH-
Titrasi protolit kuat dapat disingkat menjadiinteraksi antara ion hidronium dan ion hidroksida sebagai berikut :
H3O+   +  OH-     H2O   +   H2O
Jalannya titrasi secara teoritis dihitung dari persamaan  kesetimbangan massa  dan  tetapan kesetimbangn.caranya akan dilukiskan dengan membuat kurva teoritis untuk titrasi HCl 0,1 M dengan larutan baku NaOH.
Gambar 3. Kurva titrasi asam kuat- basa kuat  9 larutan HCl 0,1 m dengan larutan baku NaOH 0,1 M
Dari gambar itu terlihat bahwa pada permulaan titrasi, pH berubah secara perlahan – lahan. Ini karena pelarutnya sendiri (air) yang bertindak sebagai protolit, yang menimbulkan kerja penyangga oleh pasangan asam basa H3O+ / H2O. Daerah yang diarsir merupakan rentang dimana ketiga indikator visual berubah warna. Nampaknya saat asam kuat dititrasi, penambahan pH yang besar pada titik ekivalen cukup untuk melebarkan rentang dari ketiga indikator. Oleh karena itu tiap-tiap indikator ini akan berubah warna dengan satu atau dua tetes pada titik ekivalen.
Kurva titrasi untuk basa kuat yang dititrasi dengan asa kuat, misalnya NaOH dengan HCl, akan sama persis dengan kurva dalam Gambar.1 jika pOH diplot vs volume HCl. Jika pH diplot, kurva dalam Gambar.1 hanya dibalik, dimulai dari nilai yang tinggi dan menurun hingga pH yang rendah  setelah titik ekivalen.

D.  TITRASI PROTOLIT LEMAH
Titrasi protolit lemah lebih sulit dan lebih rumit daripada titrasi protolit kuat. Daerah kesetaraannya jauh lebih sempit, sehingga persyaratan titrasi hanya dapat dilihat secara tepat dari kurva teoritis.
Titrasi asam asetat dengan larutan baku NaOH berlangsung sesuai dengan persamaan reaksi berikut :
CH3COOH   +   OH-    =   CH3COO-   +   H2O
Perubahan pH yang tajam terlihat di sekitar titik kesetaraan seperti terlihat pada Gambar.2.
Asam asetat merupakan salah satu contoh protolit lemah yang kesetimbangn asam basanya ditentukan oleh tetapan protolisisnya. Karena itu bentuk kurva titrasinya sangat bergantung pada tetapan titik ini. Titik-titik khas kurva titrasinya mudah  ditentukan dari bagan LK.
Gambar 4. kurva titrasi larutan CH3COOH 0,1 M larutan baku NaOH, dibuat dengan bantuan bagan LK.
Pembuatan kurva titrasi untuk basa lemah pada dasarnya tidak berbeda dengan cara diatas, namun harus diingat bahwa bagan LK dibuat berdasarkan harga pKa, yakni tetapan asam pasangan dari basa itu. Gambar 4 memberikan kurva titrasi  larutan NH3 0,1 M dengan larutan baku HCl.
Gambar 4. Bagan LK dan kurva titrasi larutan NH3 0,1 M dengan larutan baku HCl.
Dalam titrasi protolit lemah, penyempitan daerah kesetaraan hanya timbul pada posisi protolit kuatnya. Hal ini mudah dipahami jika diingat bahwa pada tiytrasi 50 % larutan itu memiliki kerja penyangga, dan pHnya tidak dipengaruhi oleh pengenceran. Dalam hal ini bentuk kurva titrasi tidak bergantung pada kepekatan awal protolit.

E.  TITRASI ASAM DAN BASA BAHU PROTON
Bila ada dua pasang atau lebih asam basa berpasangan dalam sistem, maka penghitungan kepeketan kesetimbangan akan menjadi sangat sulit. Jika tetapan-tetapan protolisis asam dan basa bahuproton yang berurutan cukup berbeda satu sama lain, maka asam-asam bahuproton itu, misalnya H3PO4, dianggap sebagai campuran semolar beberapa pasang asam basa berpasangan , yang mempunyai kekuatan berbeda-beda. Dalam hal seperti itu, kurva titrasi asam bahuproton dibuat dengan mendempetkan kurva-kurva titrasi nmasing-masing pasangan asam basa itu.  Untuk  H3PO4, pasangan –pasangan asam basa yang akan diperhitungkan adalah H3PO4/ H2PO4-, H2PO4- / HPO42-, HPO42- / PO43-. Titrasi H3PO4  dengan larutan baku NaOH berlangsung menurut persamaan reaksi berikut :
H3PO4  +  OH-   =  H2PO4-   +  H2O        pKa1 = 2,1
H2PO4-  +  OH-   =  HPO42-  +  H2O         pKa2 = 7,2
HPO42-    +  OH-   =  PO43-   +  H2O         pKa3 = 12,4
Kurva titrasi larutan H3PO4 0,1 m yang dibuat dengan bantuan bagan LK, disajikan dalam Gambar 5.
Gambar 5. Kurva titrasi larutan H3PO4 0.1 M dengan larutan baku NaOH.
                Keterangan : TP = Timolftalein
                                 HBK = Hijau Bromokresol
Dari kurva titrasi yang disajikan itu, terlihat bahwa penentuan H3PO4 tidak begitu teliti 9 ketelitian tidak lebih dari ± 1%). Seperti terlihat pada gambar itu, titik kesetaraan pertama diamati dengan Hijau Bromokresol sebagai indikator, sedangkan titik kesetaraan kedua dengan Timolftalein.
Titrasi Na2CO3 dengan larutan baku HCl dapat diambil sebagai contoh penentuan basa bahuproton. Reaksi berikut terjadi dalam titrasi tersebut :
CO32-  +  H3O+   =  HCO3-   +  H2O         pKa2 = 10,3
HCO3- +  H3O+   =  H2CO3   +  H2O          pKa1 = 6,3
Kurva titrasi larutan Na2CO3 0,1 M dengan larutan baku HCl diperlihatkan dalam Gambar 6.
Gambar 6.  Kurva titrasi larutan Na2CO3 0,1 M dengan larutan baku HCl
                      keterangan : FF = fenolftalein
                                   MM = Merah Metil
                                   JM = Jingga Metil
Kurva ini mempunyai dua lompatan pH, yang bersesuaian dengan pengikatan proton pertama dan kedua oleh anion CO32-. Daerah kesetaraan pertama dari kurva itu tidak begitu tajam untuk pemeriksaan yang teliti. Seperti terlihat dari gambar itu, penentuan karbonat dengan fenolftalein sebagai indikator mempunyai kesalahan lebih besar daripada  ± 1%. Daerah kesetaraan kedua lebih panjang dan pemakaian  jingga metil sebagai indikator memberikan ketelitian ±  1%. Selain itu, kadar  karbonat dapat ditentukan dengan teliti, jika larutan dididihkan setelah kesetaraan kedua dilewati, sampai CO2 yang terbentuk Pada pendidihan itu terjadi reaksi sebagai berikut :
H3CO3     H2O  + CO2

Denfan cara diatas, ketelitian titrasi bertambah karena dengan pendidihan titrasi tersebut sama efektifnya dengan titrasi protolit kuat. Dalam Gambar 6, perubahan pH yang disebabkan oleh pendidihan larutan diperlihatkan dengan garis putus-putus.

F. TITRASI CAMPURAN PROTOLIT
Pada dasarnya titrasi campuran protolit tidak berbada dari titrasi asam dan basa bahuproton. Sebagai contoh titrasi campuran protolit yang sering dijumpai adalah titrasi campuran larutan Na2CO3 0,1 M dan NaOH 0,1 M dengan  larutan baku HCl. Kurva titrasi teoritis untuk titrasi campuran ini diperlihatkan dalam Gambar 7. sedangkan reaksi penetralannya  dinyatakan dengan persamaan reaksi berikut :
OH-  +  H3O+   =   H2O   +   H2O
CO32-  +  H3O+  =  HCO3-  +  H2O
HCO3-  +  H3O+  =  H2CO3  +  H2O
Gambar 7. Kurva titrasi campuran  Na2CO3 0,1 M dan NaOH 0,1 M dengan  larutan baku HCl
                 Keterangan : FF = fenolftalein                          
                                   JM = Jingga Metil

Dari Gambar 7, titik kesetaraan pertama tidak bisa ditaksir karena tidak adanya lompatan pH, tetapi titik kesetaraan kedua dapat ditentukan dengan bantuan fenolftalein sebagai indikator. Namun kesalahan masih lebih besar daripada ± 1%.  Volume V1 bersesuaian dengan titrasi seluruh ion hidroksida dan separuh ion karbonat. Setelah larutan hilang warnanya titrasi dapat dilanjutkan sampai titik kesetaraan ketiga, dengan jingga metil sebagai indikator,  (atau setelah didinginkan , dengan merah metil sebagai indikator). Volume V2 dari Gambar 6 bersesuaian dengan titrasi separo kedua dari ion karbonat, karena itu kadar ion karbonat dihitung dari V2, dan ion hidroksida dari (V1 – V2). Ini merupakan intisari dari  Metode Warder untuk pemeriksaan campuran natrium hidroksida dan natrium karbonat.

Bahan Rujukan
Day, R.A & A.L. Underwood. 2002. Analisis Kimia kuantitatif edisi keenam. Jakarta : Erlangga.
Enawaty, Eny. 2000. Buku ajar kimia Dasar II. Pontianak : Universitas Tanjungpura.
Rivai, Harrizul. 1994. Asas pemeriksaan kimia. Jakarta : UIP.
Santoso, Iman,N. 1994. Ilmu Kimia Teori jilid III. Jakarta : Dinas Kesehatan.
Treadwell & Hall. 1937. Analytical chemistry Volume I Quantitative 9th edition. Massachusetts : Massachusetts Institute of Technology.
Vogel. 1979.  Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi Mikro edisi kelima bagian I. Jakarta : PT Kalman  Media Pustaka. s


Tulisan ini hanya dapat dijadikan referensi buat Anda.
Anda tidak diperkenankan menjadikan tulisan ini sebagai tugas kuliah/terstruktur.
© 2006
Rhyno Safryzal
Pend. Kimia
Universitas Tanjungpura
Pontianak
Email: rhyn_x19@yahoo.com

 “Mohon dipergunakan sebagaiman
Web hosting

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls