Tuesday, April 29, 2014

ALL FOR U: soal ulangan semester 2 KIMIA SMANSA kelas X

ALL FOR U: soal ulangan semester 2 KIMIA SMANSA kelas X: 1.          Larutan elektrolit dapat menghantarkan arus listrik, karena adanya…. A.       elektron yang bebas bergerak B.       pe...

Tuesday, April 22, 2014

Bahan & Cara Membuat Sabun Mandi Transparan

By , December 23, 2012, In Tutorial
Home » Tutorial » Bahan & Cara Membuat Sabun Mandi Transparan
  • Larutan Alkali
  • Air suling 327g
  • NaOH 157g
  • Campuran Minyak
  • Minyak kelapa sawit 340g
  • Minyak jarak 340 g
  • Minyak kelapa 353 g
  • Pelarut
  • Gliserin 196 g
  • Alkohol 380 g
  • Larutan gula
  • Gula 236 g
  • Air suling 170 g
Sedotwcjakarta.net. Sabun mandi pada dasarnya sangat kita butuhkan sebagai pembersih diri dari kotoran. Karena fungsinya ini tidak seorangpun yang tidak membutuhkan sabun mandi, kita semua memerlukan sabun.
Bahan & Cara Membuat Sabun Mandi Transparan | Jasa Sedot WC Jakarta _ Jabodetabek
Bagi anda yang ingin kreatif dan membuat sendiri sabun mandi khususnya sabun mandi transparan, tim kami telah berhasil mendapatkan info bahan dan cara membuat sabun mandi transparan. Kami telah merangkum bagaimana cara – cara membuat sabun mandi transparan, silakan disimak

Cara Membuat Sabun Mandi Transparan

Langkah 1

Tuang NaOH ke dalam air suling untuk membuat larutan Alkali

Langkah 2

Campur minyak kelapa sawit, minyak kelapa, dan minyak jarak kemudian panaskan diatas suhu 50 derajat C.

Langkah 3

Bila suhu larutan Alkali pada langkah pertama telah turun hingga 50 derajat C maka campurkan dengan campuran minyak yang telah didihkan.

Langkah 4

Lakukan pemanasan sabun hingga mencapai akhir proses saponifikasi – fase gel -> Ph pengujian (~ 2-3 jam). Cek ph sabun, jika telah sesuai, tambahkan campuran gliserin dan alkohol ke panci pembuatan sabun. Tuang secara perlahan-lahan dan pastikan pemanasan sabun ini jangan sampai terlalu panas agar alkohol tidak mudah menguap.
Bahan & Cara Membuat Sabun Mandi Transparan | Jasa Sedot WC Jakarta _ Jabodetabek

Langkah 5

Biarkan campuran sabun ini sekitar 30 menit hingga suhunya mencapai 30 derajat C. Jangan lupa untuk menutup wadah tersebut dalam keadaan kedap udara agar alkohol tidak akan menguap.

Langkah 6

Sambil menunggu campuran sabun di langkah 5, siapkan larutan gula Anda (saya sangat menyarankan untuk mempersiapkan dua kali lipat dari jumlah yang dibutuhkan – Anda akan membutuhkannya nanti untuk penyesuaian transparansi jika tidak bekerja pada percobaan pertama):
1. Timbang air suling dan tambahkan gula
2. Didihkan dan segera mematikan, air tidak harus menguap dan sisanya dari gula akan larut dalam air panas.

Langkah 7

Setelah 30 menit tambahkan larutan gula ke larutan sabun dan aduk rata.
Bahan & Cara Membuat Sabun Mandi Transparan | Jasa Sedot WC Jakarta _ Jabodetabek

Langkah 8

Test untuk transparansi sabun menggunakan gelas beku dari freezer dan balik gelas ini. Tuangkan sekitar satu sendok makan sabun di bagian bawah. Larutan sabun panas selalu transparan, sehingga cara untuk menilai sabun telah transparan atau belum dengan mendinginkan sabun transparan ini diatas gelas beku, sehingga proses pendinginan sabun akan cepat.
Bahan & Cara Membuat Sabun Mandi Transparan | Jasa Sedot WC Jakarta _ Jabodetabek

Langkah 9

Jika test transparan sabun ini tidak sesuai yang diharapkan di mana sabun blur / buram, tambahkan larutan gula. Catatan, ulangi maksimal dua kali, dan jangan menambahkan pelarut terlalu banyak, karena bisa menyebabkan berkeringat dan sebaliknya. Jika sabun masih buram, beralih dengan menambahkan alkohol atau gliserin.

Langkah 10

Ulangi langkah 8 dan 9 sampai sabun mencapai transparan yang sesuai

Langkah 11

Bila Anda telah puas dengan larutan sabun transparan yang dihasilkan, tambahkan pewarna dan aroma. Perhatian, warna dapat mempengaruhi transparansi sabun. Kabar baiknya adalah bahwa Anda dapat menggunakan pewarna makanan.
Bahan & Cara Membuat Sabun Mandi Transparan | Jasa Sedot WC Jakarta _ Jabodetabek

Langkah 12

Tuangkan sabun mandi transparan ke dalam cetakan. Ketika menuangkan, gelembung kecil akan muncul, hilangkan gelembung ini. Masukkan cetakan ke dalam lemari es.
Bahan & Cara Membuat Sabun Mandi Transparan | Jasa Sedot WC Jakarta _ Jabodetabek

Langkah 13

Setelah 1 hingga 2 jam, keluarkan cetakan dari lemari es dan simpan selama 4 minggu, setelah itu anda dapat menggunakannya sebagai sabun mandi.
Membuat sabun mandi transparan sedikit lebih sulit dari pada membuat sabun mandi biasa, bila salah sedikit sabun mandi yang dihasilkan tidak akan transparan malah akan blur jadi perhatikan baik – baik bahan dan cara membuat sabun mandi transparan ini.
Terima kasih telah membaca postingan kami, Bahan & Cara Membuat Sabun Mandi Transparan
Semoga memberi manfaat bagi anda…

Soal dan Jawaban Titrasi Asam Basa

Rabu, 16 Januari 20130 comments

Inilah beberapa contoh soal dan jawaban tentang titrasi asam basa. Bacalah benar-benar setiap latihan soal asam basa berikut. Kalau perlu, tulis kembali di atas kertas supaya mengurangi kebingungan.

Contoh #1: Jika 20,60 mL larutan HCl 0,0100 M digunakan untuk mentitrasi 30,00 mL larutan NaOH sampai titik ekivalen, berapakah konsentrasi larutan NaOH?
Penyelesaian:
1) Tulis persamaan reaksi setara:
HCl + NaOH ---> NaCl + H2O
2) Mencari mol HCl:
mol = M x V = (0,0100 mol/L) (0,02060 L) = 0,000206 mol
4) Mencari mol NaOH:
Karena perbandingan ekivalen HCl dan NaOH adalah 1:1, maka mol NaOH sama dengan mol HCl, yaitu 0,000206 mol.
5) Mencari konsentrasi NaOH:
0,000206 mol / 0,03000 L = 0,00687 M


Contoh #2: Berapakah volume 0,105 M HCl untuk mentitrasi larutan berikut sampai titik ekivalen?
a) 22,5 mL NH3 0,118 M
b) 125,0 mL larutan yang mengandung 1,35 gram NaOH per liter
Kita mengabaikan bahwa HCl-NH3 titrasi kuat-lemah. Kita hanya fokus ke titik ekivalen, bukan pH yang dihasilkan.
Penyelesaian a:
1) Persamaan reaksi
HCl + NH3 ---> NH4Cl
2) Perbandingan molar HCl dan NH3:
1 : 1
3) Mol NH3:
mol = M x V = (0,118 mol/L) (0,0225 L) = 0,002655 mol
4) Mencari mol HCl yang digunakan:
1 banding 1, maka mol HCl = mol  NH3 = 0,002655 mol
5) Menentukan volume HCl:
0,105 mol/L = 0,002655 mol / x x = 0,0253 L = 25,3 mL
Penyelesaian b:
1) Menentukan konsentrasi larutan NaOH:
MV = massa / massa molar (x) (1,00 L) = 1,35 g / 40,00 g/mol
x = 0,03375 M
2) Persamaan reaksi setara:
HCl + NaOH ---> NaCl + H2O
3) Menentukan volume HCl yang dibutuhkan:
M1V1 = M2V2 (0,03375 mol/L) (125,0 mL) = (0,105 mol/L) (x)
x = 40,18 mL


Contoh #3: Berapa volume 0,116 M H2SO4 yang dibutuhkan untuk mentitrasi 25,0 mL Ba(OH)2   0,00840 sampai titik ekivalen?:
Penyelesaian:
1) Persamaan reaksi:
H2SO4 + Ba(OH)2 ---> BaSO4 + 2H2O
2) Perbandngan molar:
1 : 1
3) Gunakan cara ini untuk perbandingan molar 1:1:
M1V1 = M2V2 (0,116 mol/L) (x) = (0,00840 mol/L) (25,0 mL)
x = 1,81 mL


Contoh #4: 27,0 mL NaOH  0,310 M dititrasi dengan H2SO4 0,740 M .  Berapa volume H2SO4 yang digunakan untuk mencapai titik akhir titrasi?
Penyelesaian:
1) Mol NaOH:
(0,310 mol/L) (0,027 L) = 0,00837 mol
2) Perbandingan molar NaOH dan H2SO4 adalah 2:1:
 Hal ini dapat dilihat dari persamaan reaksi setara:
2NaOH + H2SO4 ---> Na2SO4 + 2H2O
3) Jadi:
2 banding 1 maka 0,00837 mol setara dengan 0,00837 mol dibagi 2 = 0,004185 mol H2SO4
4) MEnghitung volume  H2SO4 yang dibutuhkan:
0,004185 mol dibagi 0,740 mol/L = 0,0056554 L =  5,66 mL

Contoh #5: A 21,62 mL  Ca(OH)2 dititrasi dengan HCl 0,2545 M sebanyak 45,87 mL sampai titik akhir titrasi.
(a) Bagaimana persamaan reaksinya?
(b) Berapakah konsentrasi kalsium hidroksida?
Penyelesaian:
1) Persamaan reaksi setara:
2HCl + Ca(OH)2 ---> CaCl2 + 2H2O
2) Mencari konsentrasi kalsium hidroksida:
mol HCl ---> (0,2545 mol/L) (0,04587 L) = 0,011674 mol . Perbandingan molar HCl to Ca(OH)2 adalah 2 : 1, maka:
mol of Ca(OH) = 0,005837 mol
Konsentrasi Ca(OH)2 ---> 0,005837 mol / 0,02162 L = 0,2700 M

Contoh #6: Hitunglah volume NaOH yang dibutuhkan untuk menetralisasi 50,0 mL asam sulfat 16,0 M. Konsentrasi NaOH adalah 2,50 M,

Penyelesaian:
2 NaOH + H2SO4 ---> Na2SO4 + 2H2O Hitung mol H2SO4 dengan menggunakan n = C x V:
n = 16,0 mol/L x 50 mL = 800 mmol
Sekarang lihat persamaannya. Setiap mol H2SO4 membutuhkan dua kali mol NaOH untuk menetralisasi H2SO4.
Jadi, mol NaOH = 800 x 2 = 1600 mmol NaOH yang dibutuhkan.
Jika sudah mempunyai mol dan konsentrasi, sekarang tinggal menghitung volume.:
V = mol / konsentrasi V = 1600 mmol / 2,50 mol/L = 640 mL

Contoh soal #7: Jika 0,2501 gram natrium karbonat kering membutuhkan 27,00 mL HCl untuk melengkapi reaksi, berapa konsentrasi HCl?
Penyelesaian:
Na2CO3 + 2HCl ---> 2NaCl + CO2 + H2O

mol Na2CO3 ---> 0,2501 g / 105,988 g/mol = 0,0023597 mol

2 mol of HCl dibutuhkan untuk setiap satu mol Na2CO3
0,0023597 mol x 2 = 0,0047194 mol HCl
0,0047194 mol / 0,02700 L = 0,1748 M

Contoh soal #8: Berapakah konsentrasi asam sitrat dalam soda jika membutuhkan 32,27 mL NaOH 0,0148 M untuk mentitrasi 25,00 mL soda?
Solution:
Asam sitrat mempunyai tiga hidrogen asam, jadi kita menggunakan rumus H3Cit
H3Cit + 3NaOH ---> Na3Cit + 3H2O
Kuncinya adalah perbandingan molar 1 : 3 antara H3Cit dan NaOH
mol NaOH ---> (0,0148 mol/L) (0,03227 L) = 0,000477596 mol
1 mol untuk 3 mol seperti x untuk 0,000477596 mol
Jadi x = 0,0001592 mol (of H3Cit)
0,0001592 mol / 0,0250 L = 0,00637 

Contoh soal #9: 20,00 mL Al(OH)3 0,250 M menetralisasi 75,00 mL larutanH2SO4. Berapakah konsentrasi H2SO4?
Penyelesaian:
2Al(OH)3 + 3H2SO4 ---> Al2(SO4)3 + 6H2O Al(OH)3
Perbandingan molarnya adalah 2:3,
mol Al(OH)3 ---> (0,250 mol/L) (20,00 mL) = 5,00 mmol
2 mol untuk 3 mol seperti 5,00 mol untuk x
x = 7,50 mmol
Molaritas H2SO4 ---> 7,50 mmol / 75,00 mL = 0,100 M

Contoh soal #10: 51,00 ml asam fosfat (H3PO4) bereaksi dengan 13,90 gram barium hidroksida, Ba(OH)2 sesuai dengan persamaan reaksi berikut. Berapakan molaritas asam fosfat?
Peneyelesaian:
2 H3PO4 + 3Ba(OH)2 ---> Ba3(PO4)2 + 6H2O

mol Ba(OH)2: 13,90 g / 171,344 g/mol = 0,08112335 mol
3 mol Ba(OH)2 bereksi dengan 2 mol H3PO4
0,08112335 mol Ba(OH)2 bereaksi dengan x mol H3PO4
x = 0,0540822 mol
Molaritas asam fosfat: 0,0540822 mol/0,05100 L = 1,06 M

Contoh soal #11: Berapakah konsentrasi larutan Ca(OH)2 jika 10,0 mL larutan H3PO4 0,600 M digunakan untuk menetralisasi  12,5 mL larutan Ca(OH)2 ?
Penyelesaian:
3Ca(OH)2 + 2H3PO4 ---> Ca3(PO4)2 + 6H2O

Rasion molar antara  Ca(OH)2 and H3PO4 adalah 3 : 2
mol H3PO4 ---> (0,600 mol/L) (0,0100 L) = 0,00600 mol
3 mol untuk 2 mol seperti x untuk 0,00600 mol
Jadi, x = 0,00900 mol



0,00900 mol / 0,0125 L = 0,720 M

Contoh soal#12: 4,65 g Co(OH)2 dilarutkan dalam 500,0 mL. Sebanyak 3,64 g suatu asam dilarutkan dalam 250,0 mL. 18,115 mL basa digunakan untuk mentitrasi 25,0 mL asam sampai titik akhir titrasi.
a) Hitunglah konsentrasi larutan basa.
b)Hitunglah massa molar larutan asam.
Penyelesaian:
1) Molaritas basa:
MV = gram / massa molar  (x) (0,5 L) = 4,65 g / 92,9468 g/mol
x = 0,100 mol/L
2) Mol basa yang digunakan:
(0,100 mol/L) (0,018115 L) = 0,0018115 mol
3) Kita harus mengasumsikan bahwa asam adalah monoprotik, karena langkah selanjutnya adalah menentukan mol asam yang bereaksi.
2HX + Co(OH)2 ---> CoX2 + 2H2O

Dua HX digunakan setiap Co(OH)2 yang bereaksi
4) Mol asam:
0,0018115 mol x 2 = 0,003623 mol
5) Gram asam dalam 0,025 L:
4,65 g untuk 0,5000 L seperti x untuk 0,0250 L

Jadi x = 0,2325 g
6) Massa molar asam:
0,2325 g / 0,003623 mol = 64,2 g/mol

Contoh soal #13: 11,96 mL larutan NaOH 0,102 M digunakan untuk mentitrasi 0,0927 g suatu asam sampai titik akhir titrasi menggunakan indikator asam basa bernama fenolftalein (pp). Berapakah massa molekul asam jika asam tersebut adalah monoprotik? Jika diprotik?
Penyelesaian:
1) mol NaOH:
(0,102 mol/L) (0,01196 L) = 0,00121992 mol
2) Jika asam monoprotik:
HA + NaOH ---> NaA + H2O
Perbandingan molar = 1:1 
0,0927g / 0,00121992 mol = 76 g/mol
3) Jika asam diprotik:
H2A + 2 NaOH ---> Na2A + 2 H2O

Perbandingan molar = 1 : 2
= 0,00121992 mol asam / 2 = 0,00060996 mol asam
0,0927 g / 0,00060996 mol = 152 g/mol


Contoh soal #14: A 0,3017 g sampel asam diprotik (dengan massa molar 126,07 g/mol) dilarutkan ke dalam air dan dititrasi dengan 37,26 mL NaOH. Sebanyak 24,05 mL larutan NaOH digunakan untuk mentitrasi 0,2506 g asam yang belum diketahui, namun sifatnya monoprotik. Berapakah massa molar asam tersebut?
Penyelesaian:
1) mol asam diprotik:
0,3017 g / 126,07 g/mol = 0,002393115 mol
2) mol NaOH yang dibutuhkan:
H2A + 2NaOH ---> Na2A + 2H2O

Perbandingan molar =1 : 2 
0,002393115 mol asam x 2 = 0,004786230 mol basa

3) molaritas larutan NaOH:
0,004786230 mol / 0,03726 L = 0,128455 M
4) Massa molar asam monoprotik:
(0,128455 mol/L) (0,02405 L) = 0,00308934275 mol NaOH

HA + NaOH ---> NaA + H2O
HA dan NaOH bereaksi dengan perbandingan molar 1:1
0,00308934275 mol HA yang bereaksi
0,2506 g / 0,00308934275 mol = 81,1 g/mol

Contoh soal #15: Berapa gram aspirin (C9H8O4), sebuah asam monoprotik yang dibutuhkan untuk tepat bereaksi dengan 29,4 mL larutan NaOH 0,2400% b/b (berat per berat)?
Penyelesaian:
1) Anggap bahwa massa jenis NaOH adalah 1,00 g/mL
0,2400% b/b berarti 0,2400 g NaOH per 100,0 g larutan. Dengan massa jenis, kita mengetahui bahwa 100,0 g larutan menempati volume 100,0 mL
2) Berapa banyak NaOH dalam 29,4 mL larutan?
0,2400 g dalam 100 mL sama dengan x dalam 29,4 mL

Jadi, x = 0,07056 g of NaOH
3) Berapa jumlah molnya?
0,07056 g / 40,0 g/mol = 0,001764 mol
4) Berapa mol aspirin yang bereaksi?
Karena perbandingan molar =  1:1, kita tahu bahwa 0,001764 mol aspirin bereaksi. 0,001764 mol x 180,1582 g/mol = 0,318 

Soal dan Jawaban Titrasi Asam Basa

Rabu, 16 Januari 20130 comments

Inilah beberapa contoh soal dan jawaban tentang titrasi asam basa. Bacalah benar-benar setiap latihan soal asam basa berikut. Kalau perlu, tulis kembali di atas kertas supaya mengurangi kebingungan.

Contoh #1: Jika 20,60 mL larutan HCl 0,0100 M digunakan untuk mentitrasi 30,00 mL larutan NaOH sampai titik ekivalen, berapakah konsentrasi larutan NaOH?
Penyelesaian:
1) Tulis persamaan reaksi setara:
HCl + NaOH ---> NaCl + H2O
2) Mencari mol HCl:
mol = M x V = (0,0100 mol/L) (0,02060 L) = 0,000206 mol
4) Mencari mol NaOH:
Karena perbandingan ekivalen HCl dan NaOH adalah 1:1, maka mol NaOH sama dengan mol HCl, yaitu 0,000206 mol.
5) Mencari konsentrasi NaOH:
0,000206 mol / 0,03000 L = 0,00687 M


Contoh #2: Berapakah volume 0,105 M HCl untuk mentitrasi larutan berikut sampai titik ekivalen?
a) 22,5 mL NH3 0,118 M
b) 125,0 mL larutan yang mengandung 1,35 gram NaOH per liter
Kita mengabaikan bahwa HCl-NH3 titrasi kuat-lemah. Kita hanya fokus ke titik ekivalen, bukan pH yang dihasilkan.
Penyelesaian a:
1) Persamaan reaksi
HCl + NH3 ---> NH4Cl
2) Perbandingan molar HCl dan NH3:
1 : 1
3) Mol NH3:
mol = M x V = (0,118 mol/L) (0,0225 L) = 0,002655 mol
4) Mencari mol HCl yang digunakan:
1 banding 1, maka mol HCl = mol  NH3 = 0,002655 mol
5) Menentukan volume HCl:
0,105 mol/L = 0,002655 mol / x x = 0,0253 L = 25,3 mL
Penyelesaian b:
1) Menentukan konsentrasi larutan NaOH:
MV = massa / massa molar (x) (1,00 L) = 1,35 g / 40,00 g/mol
x = 0,03375 M
2) Persamaan reaksi setara:
HCl + NaOH ---> NaCl + H2O
3) Menentukan volume HCl yang dibutuhkan:
M1V1 = M2V2 (0,03375 mol/L) (125,0 mL) = (0,105 mol/L) (x)
x = 40,18 mL


Contoh #3: Berapa volume 0,116 M H2SO4 yang dibutuhkan untuk mentitrasi 25,0 mL Ba(OH)2   0,00840 sampai titik ekivalen?:
Penyelesaian:
1) Persamaan reaksi:
H2SO4 + Ba(OH)2 ---> BaSO4 + 2H2O
2) Perbandngan molar:
1 : 1
3) Gunakan cara ini untuk perbandingan molar 1:1:
M1V1 = M2V2 (0,116 mol/L) (x) = (0,00840 mol/L) (25,0 mL)
x = 1,81 mL


Contoh #4: 27,0 mL NaOH  0,310 M dititrasi dengan H2SO4 0,740 M .  Berapa volume H2SO4 yang digunakan untuk mencapai titik akhir titrasi?
Penyelesaian:
1) Mol NaOH:
(0,310 mol/L) (0,027 L) = 0,00837 mol
2) Perbandingan molar NaOH dan H2SO4 adalah 2:1:
 Hal ini dapat dilihat dari persamaan reaksi setara:
2NaOH + H2SO4 ---> Na2SO4 + 2H2O
3) Jadi:
2 banding 1 maka 0,00837 mol setara dengan 0,00837 mol dibagi 2 = 0,004185 mol H2SO4
4) MEnghitung volume  H2SO4 yang dibutuhkan:
0,004185 mol dibagi 0,740 mol/L = 0,0056554 L =  5,66 mL

Contoh #5: A 21,62 mL  Ca(OH)2 dititrasi dengan HCl 0,2545 M sebanyak 45,87 mL sampai titik akhir titrasi.
(a) Bagaimana persamaan reaksinya?
(b) Berapakah konsentrasi kalsium hidroksida?
Penyelesaian:
1) Persamaan reaksi setara:
2HCl + Ca(OH)2 ---> CaCl2 + 2H2O
2) Mencari konsentrasi kalsium hidroksida:
mol HCl ---> (0,2545 mol/L) (0,04587 L) = 0,011674 mol . Perbandingan molar HCl to Ca(OH)2 adalah 2 : 1, maka:
mol of Ca(OH) = 0,005837 mol
Konsentrasi Ca(OH)2 ---> 0,005837 mol / 0,02162 L = 0,2700 M

Contoh #6: Hitunglah volume NaOH yang dibutuhkan untuk menetralisasi 50,0 mL asam sulfat 16,0 M. Konsentrasi NaOH adalah 2,50 M,

Penyelesaian:
2 NaOH + H2SO4 ---> Na2SO4 + 2H2O Hitung mol H2SO4 dengan menggunakan n = C x V:
n = 16,0 mol/L x 50 mL = 800 mmol
Sekarang lihat persamaannya. Setiap mol H2SO4 membutuhkan dua kali mol NaOH untuk menetralisasi H2SO4.
Jadi, mol NaOH = 800 x 2 = 1600 mmol NaOH yang dibutuhkan.
Jika sudah mempunyai mol dan konsentrasi, sekarang tinggal menghitung volume.:
V = mol / konsentrasi V = 1600 mmol / 2,50 mol/L = 640 mL

Contoh soal #7: Jika 0,2501 gram natrium karbonat kering membutuhkan 27,00 mL HCl untuk melengkapi reaksi, berapa konsentrasi HCl?
Penyelesaian:
Na2CO3 + 2HCl ---> 2NaCl + CO2 + H2O

mol Na2CO3 ---> 0,2501 g / 105,988 g/mol = 0,0023597 mol

2 mol of HCl dibutuhkan untuk setiap satu mol Na2CO3
0,0023597 mol x 2 = 0,0047194 mol HCl
0,0047194 mol / 0,02700 L = 0,1748 M

Contoh soal #8: Berapakah konsentrasi asam sitrat dalam soda jika membutuhkan 32,27 mL NaOH 0,0148 M untuk mentitrasi 25,00 mL soda?
Solution:
Asam sitrat mempunyai tiga hidrogen asam, jadi kita menggunakan rumus H3Cit
H3Cit + 3NaOH ---> Na3Cit + 3H2O
Kuncinya adalah perbandingan molar 1 : 3 antara H3Cit dan NaOH
mol NaOH ---> (0,0148 mol/L) (0,03227 L) = 0,000477596 mol
1 mol untuk 3 mol seperti x untuk 0,000477596 mol
Jadi x = 0,0001592 mol (of H3Cit)
0,0001592 mol / 0,0250 L = 0,00637 

Contoh soal #9: 20,00 mL Al(OH)3 0,250 M menetralisasi 75,00 mL larutanH2SO4. Berapakah konsentrasi H2SO4?
Penyelesaian:
2Al(OH)3 + 3H2SO4 ---> Al2(SO4)3 + 6H2O Al(OH)3
Perbandingan molarnya adalah 2:3,
mol Al(OH)3 ---> (0,250 mol/L) (20,00 mL) = 5,00 mmol
2 mol untuk 3 mol seperti 5,00 mol untuk x
x = 7,50 mmol
Molaritas H2SO4 ---> 7,50 mmol / 75,00 mL = 0,100 M

Contoh soal #10: 51,00 ml asam fosfat (H3PO4) bereaksi dengan 13,90 gram barium hidroksida, Ba(OH)2 sesuai dengan persamaan reaksi berikut. Berapakan molaritas asam fosfat?
Peneyelesaian:
2 H3PO4 + 3Ba(OH)2 ---> Ba3(PO4)2 + 6H2O

mol Ba(OH)2: 13,90 g / 171,344 g/mol = 0,08112335 mol
3 mol Ba(OH)2 bereksi dengan 2 mol H3PO4
0,08112335 mol Ba(OH)2 bereaksi dengan x mol H3PO4
x = 0,0540822 mol
Molaritas asam fosfat: 0,0540822 mol/0,05100 L = 1,06 M

Contoh soal #11: Berapakah konsentrasi larutan Ca(OH)2 jika 10,0 mL larutan H3PO4 0,600 M digunakan untuk menetralisasi  12,5 mL larutan Ca(OH)2 ?
Penyelesaian:
3Ca(OH)2 + 2H3PO4 ---> Ca3(PO4)2 + 6H2O

Rasion molar antara  Ca(OH)2 and H3PO4 adalah 3 : 2
mol H3PO4 ---> (0,600 mol/L) (0,0100 L) = 0,00600 mol
3 mol untuk 2 mol seperti x untuk 0,00600 mol
Jadi, x = 0,00900 mol



0,00900 mol / 0,0125 L = 0,720 M

Contoh soal#12: 4,65 g Co(OH)2 dilarutkan dalam 500,0 mL. Sebanyak 3,64 g suatu asam dilarutkan dalam 250,0 mL. 18,115 mL basa digunakan untuk mentitrasi 25,0 mL asam sampai titik akhir titrasi.
a) Hitunglah konsentrasi larutan basa.
b)Hitunglah massa molar larutan asam.
Penyelesaian:
1) Molaritas basa:
MV = gram / massa molar  (x) (0,5 L) = 4,65 g / 92,9468 g/mol
x = 0,100 mol/L
2) Mol basa yang digunakan:
(0,100 mol/L) (0,018115 L) = 0,0018115 mol
3) Kita harus mengasumsikan bahwa asam adalah monoprotik, karena langkah selanjutnya adalah menentukan mol asam yang bereaksi.
2HX + Co(OH)2 ---> CoX2 + 2H2O

Dua HX digunakan setiap Co(OH)2 yang bereaksi
4) Mol asam:
0,0018115 mol x 2 = 0,003623 mol
5) Gram asam dalam 0,025 L:
4,65 g untuk 0,5000 L seperti x untuk 0,0250 L

Jadi x = 0,2325 g
6) Massa molar asam:
0,2325 g / 0,003623 mol = 64,2 g/mol

Contoh soal #13: 11,96 mL larutan NaOH 0,102 M digunakan untuk mentitrasi 0,0927 g suatu asam sampai titik akhir titrasi menggunakan indikator asam basa bernama fenolftalein (pp). Berapakah massa molekul asam jika asam tersebut adalah monoprotik? Jika diprotik?
Penyelesaian:
1) mol NaOH:
(0,102 mol/L) (0,01196 L) = 0,00121992 mol
2) Jika asam monoprotik:
HA + NaOH ---> NaA + H2O
Perbandingan molar = 1:1 
0,0927g / 0,00121992 mol = 76 g/mol
3) Jika asam diprotik:
H2A + 2 NaOH ---> Na2A + 2 H2O

Perbandingan molar = 1 : 2
= 0,00121992 mol asam / 2 = 0,00060996 mol asam
0,0927 g / 0,00060996 mol = 152 g/mol


Contoh soal #14: A 0,3017 g sampel asam diprotik (dengan massa molar 126,07 g/mol) dilarutkan ke dalam air dan dititrasi dengan 37,26 mL NaOH. Sebanyak 24,05 mL larutan NaOH digunakan untuk mentitrasi 0,2506 g asam yang belum diketahui, namun sifatnya monoprotik. Berapakah massa molar asam tersebut?
Penyelesaian:
1) mol asam diprotik:
0,3017 g / 126,07 g/mol = 0,002393115 mol
2) mol NaOH yang dibutuhkan:
H2A + 2NaOH ---> Na2A + 2H2O

Perbandingan molar =1 : 2 
0,002393115 mol asam x 2 = 0,004786230 mol basa

3) molaritas larutan NaOH:
0,004786230 mol / 0,03726 L = 0,128455 M
4) Massa molar asam monoprotik:
(0,128455 mol/L) (0,02405 L) = 0,00308934275 mol NaOH

HA + NaOH ---> NaA + H2O
HA dan NaOH bereaksi dengan perbandingan molar 1:1
0,00308934275 mol HA yang bereaksi
0,2506 g / 0,00308934275 mol = 81,1 g/mol

Contoh soal #15: Berapa gram aspirin (C9H8O4), sebuah asam monoprotik yang dibutuhkan untuk tepat bereaksi dengan 29,4 mL larutan NaOH 0,2400% b/b (berat per berat)?
Penyelesaian:
1) Anggap bahwa massa jenis NaOH adalah 1,00 g/mL
0,2400% b/b berarti 0,2400 g NaOH per 100,0 g larutan. Dengan massa jenis, kita mengetahui bahwa 100,0 g larutan menempati volume 100,0 mL
2) Berapa banyak NaOH dalam 29,4 mL larutan?
0,2400 g dalam 100 mL sama dengan x dalam 29,4 mL

Jadi, x = 0,07056 g of NaOH
3) Berapa jumlah molnya?
0,07056 g / 40,0 g/mol = 0,001764 mol
4) Berapa mol aspirin yang bereaksi?
Karena perbandingan molar =  1:1, kita tahu bahwa 0,001764 mol aspirin bereaksi. 0,001764 mol x 180,1582 g/mol = 0,318 

Hukum Avogadro

Yaitu : “ Pada suhu dan tekanan yang sama, gas-gas yang volumnya sama mengandung jumlah partikel yang sama pula.”
Contoh :
Pada pembentukan molekul H 2 O
2L H 2 ( g ) + 1L O 2 ( g ) --> 2L H 2 O( g )
2 molekul H 2 1 molekul O 2 2 molekul H 2 O

Catatan :
Jika volume dan jumlah molekul salah 1 zat diketahui, maka volume dan jumlah molekul zat lain dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan :
dan

Keterangan :
V = volume molekul ( L )
X = jumlah partikel ( molekul )

Contoh soal :
Pada suhu dan tekanan yang sama, sebanyak 2 L gas nitrogen (N 2 ) tepat bereaksi dengan gas H 2 membentuk gas NH 3 (amonia).
Tentukan :
a) Persamaan reaksinya!
b) Volume gas H 2 yang diperlukan!
c) Volume gas NH 3 yang dihasilkan!
Jawab :
a) Persamaan reaksinya :
b)
= = 6 L
Jadi volume gas H 2 yang diperlukan dalam reaksi adalah 6 L.
c)
= = 4 L
Jadi volume gas NH 3 yang dihasilkan oleh reaksi tersebut adalah 4 L.
 
 

Hukum Perbandingan Volum ( Hukum Gay Lussac )

Yaitu : “ Pada suhu dan tekanan yang sama, perbandingan volum gas-gas yang bereaksi dan hasil reaksi merupakan bilangan bulat dan sederhana.
Contoh :
Dua volum gas hidrogen bereaksi dengan satu volum gas oksigen membentuk dua volum uap air.
gas hidrogen + gas oksigen --> uap air
2 V 1 V 2 V
Perbandingan volumenya = 2 : 1 : 2
 
 

Hukum Kelipatan Perbandingan / Hukum Perbandingan Berganda ( Hukum Dalton )

Yaitu : “ Jika dua jenis unsur dapat membentuk lebih dari satu macam senyawa, maka perbandingan massa salah satu unsur yang terikat pada massa unsur lain yang sama, merupakan bilangan bulat dan sederhana.
Contoh :
C dan O dapat membentuk dua jenis senyawa, yaitu CO dan CO 2 . Jika massa C dalam kedua senyawa itu sama (berarti jumlah C sama), maka :
Massa O dalam CO : massa O dalam CO 2 akan merupakan bilangan bulat dan sederhana (yaitu = 1:2 ).
Contoh soal :
Karbon dapat bergabung dengan hidrogen dengan perbandingan 3 : 1, membentuk gas metana. Berapa massa hidrogen yang diperlukan untuk bereaksi dengan 900 gram C pada metana?
Jawab :
C : H = 3 : 1 sehingga :
900 : m H = 3 : 1

; Jadi, massa H yang diperlukan adalah 300 gram .
 
 

Hukum Perbandingan Tetap ( Hukum Proust ).

Yaitu : “ Perbandingan massa unsur-unsur dalam suatu senyawa adalah tertentu dan tetap.
Contoh :
Air tersusun oleh unsur-unsur hidrogen (H 2 ) dan oksigen (O 2 ) dengan perbandingan yang selalu tetap yaitu :
11,91 % : 88,81 % = 1 : 8
Massa H 2 (gram)
Massa O 2 (gram)
Massa H 2 O (gram)
Massa zat sisa
1
8
9
-
2
16
18
-
3
16
18
1 gram H 2
3
25
27
1 gram O 2
4
25
28,125
0,875 gram H 2

Contoh soal :
Jika diketahui perbandingan massa besi (Fe) dan belerang (S) dalam pembentukan senyawa besi (II) sulfida (FeS) adalah 7 : 4 maka tentukan :
a) Massa besi yang dibutuhkan untuk bereaksi dengan 8 gram belerang!
b) Massa belerang yang tersisa, jika sebanyak 21 gram Fe direaksikan dengan 15 gram S!
c) Massa S dan massa Fe yang dibutuhkan untuk menghasilkan 22 gram senyawa FeS!
Jawab :
Reaksi :
7 4 11
Massa zat sebelum dan sesudah reaksi adalah sama, sehingga 7 gram Fe akan bereaksi dengan 4 gram S membentuk 11 gram FeS.
a) Massa S = 8 gram
Massa Fe = …?
Jadi massa Fe yang dibutuhkan adalah 14 gram.
b) 21 gram Fe direaksikan dengan 15 gram S, berarti :
Fe : S = 21 : 15 = 7 : 5
Belerang berlebih, berarti seluruh Fe habis bereaksi.
Massa Fe yang bereaksi = 21 gram

Massa S yang tersisa = ( 15-12 ) gram = 3 gram
Jadi massa S yang tersisa adalah 3 gram.

c) Untuk membentuk 22 gram FeS :
Jadi massa Fe dan S yang dibutuhkan adalah 14 gram dan 8 gram.
 
 

Hukum Kekekalan Massa ( Hukum Lavoisier )

Yaitu : “ Dalam sistem tertutup, massa zat sebelum dan sesudah reaksi adalah sama.
Contoh :
40 gram Ca + 16 gram O 2 --> 56 gram CaO
12 gram C + 32 gram O 2 --> 44 gram CO 2

Contoh soal :
Pada wadah tertutup, 4 gram logam kalsium dibakar dengan oksigen, menghasilkan kalsium oksida. Jika massa kalsium oksida yang dihasilkan adalah 5,6 gram, maka berapa massa oksigen yang diperlukan?
Jawab :
m Ca = 4 gram
m CaO = 5,6 gram
m O 2 = ..?
Berdasarkan hukum kekekalan massa :
Massa sebelum reaksi = massa sesudah reaksi
m Ca + m O 2 = m CaO
m O 2 = m CaO - m Ca
= (5,6 – 4,0) gram
= 1,6 gram
Jadi massa oksigen yang diperlukan adalah 1,6 gram.

Koloid dalam Kehidupan Sehari-Hari

Jenis koloid yang mencemari udara adalah koloid aerosol padat (berupa butiran/partikel padatan terdispersi dalam gas/udara). Pencemaran ini berasal dan asap kendaraan bermotor, industri, debu jalanan yang ditiup angin. Pencemaran ini dapat mengganggu daya pandang (visibilitas), gangguan kesehatan (mengganggu pernapasan). Selain itu juga dapat memengaruhi cuaca, dapat menimbulkan seringnya hujan, karena butiran ini merupakan salah satu komponen pembentuk awan.
Jenis koloid yang mencemari air adalah limbah yang berasal dari industri, seperti logam berat (misalnya logam Pb dan Hg), dan limbah yang berasal dan pemukiman, seperti limbah detergen.
Sedangkan jenis koloid yang mencemari tanah adalah limbah pertanian seperti pestisida dan pupuk.
Proses Penjernihan Air
Air dapat dijernihkan berdasarkan sifat-sifat koloid, yaitu koagulasi dan absorpsi. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, proses koagulasi terjadi akibat tidak stabilnya sistem koloid; yang disebabkan penambahan zat elektrolit ke dalam sistem koloid tersebut. Sedangkan absorpsi adalah proses ketika permukaan koloid menyertakan zat lain. Air sungai atau air sumur yang keruh mungkin mengandung lumpur (sol tanah liat), zat-zat warna, detergen, pestisida, dan lain-lain.
Zat koagulasi yang ditambahkan pada proses penjernihan air adalah tawas, K 2 SO 4 A1 2 (SO 4 ) 3 . Zat A1 2 (SO 4 ) 3 dalam air akan terhidrolisis membentuk koloid A1(OH) 3 . Koloid Al(OH) 3 yang terbentuk akan mengabsorpsi, menggumpalkan, dan mengendapkan kotoran-kotoran dalam air keruh. Ion Al 3+ dari koloid Al(OH) 3 akan menggumpalkan koloid tanah liat yang bermuatan negatif. Di samping itu, koloid Al(OH) 3 akan mengabsorpsi zat-zat seperti zat-zat warna, detergen, pestisida, dan lain-lain yang terdispersi dalam air keruh tersebut.
 
 

Sifat –Sifat Koloid


1. Efek Tyndall
Cara yang paling mudah untuk membedakan suatu campuran merupakan larutan, koloid, atau suspensi adalah menggunakan sifat efek Tyndall . Jika seberkas cahaya dilewatkan melalui suatu sistem koloid, maka berkas cahaya tersebut kelihatan dengan jelas. Hal itu disebabkan penghamburan cahaya oleh partikel-partikel koloid. Gejala seperti itulah yang disebut efek Tyndall koloid.

Gambar 1. Perbedaan (a)larutan, (b)koloid dan (c)suspensi dengan menggunakanefek tyndal
Istilah efek Tyndall didasarkan pada nama penemunya, yaitu John Tyndall (1820-1893) seorang ahli fisika Inggris. John Tyndall berhasil menerangkan bahwa langit berwarna biru disebabkan karena penghamburan cahaya pada daerah panjang gelombang biru oleh partikel-partikel oksigen dan nitrogen di udara. Berbeda jika berkas cahaya dilewatkan melalui larutan, nyatanya berkas cahaya seluruhnya dilewatkan. Akan tetapi, jika berkas cahaya tersebut dilewatkan melalui suspensi, maka berkas cahaya tersebut seluruhnya tertahan dalam suspensi tersebut.

2. Gerak Brown
Dengan menggunakan mikroskop ultra (mikroskop optik yang digunakan untuk melihat partikel yang sangat kecil) partikel-partikel koloid tampak bergerak terus-menerus, gerakannya patah-patah (zig-zag), dan arahnya tidak menentu. Gerak sembarang seperti ini disebut gerak Brown. Gerak Brown ditemukan oleh seorang ahli biologi berkebangsaan Inggris, Robert Brown ( 1773 – 1858), pada tahun 1827.
Gerak Brown terjadi akibat adanya tumbukan yang tidak seimbang antara partikel-partikel koloid dengan molekul-molekul pendispersinya. Gerak Brown akan makin cepat, jika partikel-partikel koloid makin kecil. Gerak Brown adalah bukti dari teori kinetik molekul.
Gambar 2. Gerak Brown
3. Elektroforesis
Koloid ada yang netral dan ada yang bermuatan listrik. Bagaimana mengetahui suatu koloid bermuatan listrik atau tidak? Dan mengapa koloid bermuatan listrik?
Jika partikel-partikel koloid dapat bergerak dalam medan listrik, berarti partikel koloid tersebut bermuatan listrik. Jika sepasang elektrode dimasukkan ke dalam sistem koloid, partikel koloid yang bermuaran positif akan menuju elektrode negatif (katode) dan partikel koloid yang bermuatan negatif akan menuju elektrode positif (anode). Pergerakan partikel-partikel koloid dalam medan listrik ke masing-masing elektrode disebut elektroforesis . Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa elektroforesis dapat digunakan untuk menentukan jenis muatan koloid.



Gambar 3. (a) Sel elektroforesis sederhana dan (b) pemaparan pengendap Cottrell
Pada sel elektroforesis, partikel-partikel koloid akan dinetralkan muatannya dan digumpalkan di bawah masing-rnasing elektrode. Di samping untuk menentukan muatan suatu partikel koloid, elektroforesis digunakan pula dalam industri, misalnya pembuatan sarung tangan dengan karet. Pada pembuatan sarung tangan ini, getah karet diendapkan pada cetakan berbentuk tangan secara elektroforesis. Elektroforesis juga digunakan untuk mengurangi pencemaran udara yang dikeluarkan melalui cerobong asap pabrik. Metode ini pertama-tama dikembangkan oleh Frederick Cottrell (1877 - 1948) dari Amerika Serikat. Metode ini dikenal dengan metode Cottrell . Cerobong asap pabrik dilengkapi dengan suatu pengendap listrik (pengendap Cottrell), berupa lempengan logam yang diberi muatan listrik yang akan menggumpalkan partikel-partikel koloid dalam asap buangan.

4. Absorpsi
Suatu partikel koloid akan bermuatan listrik apabila terjadi penyerapan ion pada permukaan partikel koloid tersebut. Contohnya, koloid Fe(OH) 3 dalam air akan menyerap ion H + sehingga bermuatan positif, sedangkan koloid As 2 S 3 akan menyerap ion-ion negatif. Kita tahu bahwa peristiwa ketika permukaan suatu zat dapat menyerap zat lain disebut absorpsi . Berbeda dengan absorpsi pada umumnya, penyerapan yang hanya sampai ke bagian dalam di bawah permukaan suatu zat, suatu koloid mempunyai kemampuan mengabsorpsi ion-ion. Hal itu terjadi karena koloid tersebut mempunyai permukaan yang sangat luas. Sifat absorpsi partikel-partikel koloid ini dapat dimanfaatkan, antara lain sebagai berikut.
a. Pemutihan gula pasir
Gula pasir yang masih kotor (berwarna coklat) diputihkan dengan cara absorpsi. Gula yang masih kotor dilarutkan dalam air panas, lalu dialirkan melalui sistem koloid, berupa mineral halus berpori atau arang tulang. Kotoran gula akan diabsorpsi oleh mineral halus berpori atau arang tulang sehingga diperoleh gula berwarna putih.
b. Pewarnaan serat wol, kapas, atau sutera
Serat yang akan diwarnai dicampurkan dengan garam A1 2 (SO 4 ) 3, lalu dicelupkan dalam larutan zat warna. Koloid Al(OH) 3 yang terbentuk, karena A1 2 (SO 4 ) 3 terhidrolisis, akan mengabsorpsi zat warna.
c. Penjernihan air
Air keruh dapat dijernihkan dengan menggunakan tawas (K 2 SO 4 A1 2 (SO 4 ) 3 ) yang ditambahkan ke dalam air keruh. Koloid Al(OH) 3 yang terbentuk akan mengabsorpsi, menggumpalkan, dan mengendapkan kotoran-kotoran dalam air.
d. Obat
Serbuk karbon (norit), yang dibuat dalam bentuk pil atau tablet, apabila diminum dapat menyembuhkan sakit perut dengan cara absorpsi. Dalam usus, norit dengan air akan membentuk sistem koloid yang mampu mengabsorpsi dan membunuh bakteri-bakteri berbahaya yang menyebabkan sakit perut.
e. Alat Pembersih (sabun)
Membersihkan benda-benda dengan mencuci memakai sabun didasarkan pada prinsip absorpsi. Buih sabun mempunyai permukaan yang luas sehingga mampu mengemulsikan kotoran yang melekat pada benda yang dicuci.
f. Koloid tanah liat mampu menyerap koloid humus
Koloid tanah dapat mengabsorpsi koloid humus yang diperlukan tumbuh-tumbuhan sehingga tidak terbawa oleh air hujan.
5. Koagulasi
Koagulasi adalah proses penggumpalan partikel-partikel koloid. Proses koagulasi ini terjadi akibat tidak stabilnya sistem koloid. Sistem koloid stabil bila koloid tersebut bermuatan positif atau bermuatan negatif. Jika muatan pada sistem koloid tersebut dilucuti dengan cara menetralkan muatannya, maka koloid tersebut menjadi tidak stabil lalu terkoagulasi (menggumpal). Koagulasi dengan cara menetralkan muatan koloid dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu sebagai berikut.
1) Penambahan Zat Elektrolit
Jika pada suatu koloid bermuatan ditambahkan zat elektrolit, maka koloid tersebut akan terkoagulasi. Contohnya, lateks (koloid karet) bila ditambah asam asetat, maka lateks akan menggumpal. Dalam koagulasi ini ada zat elektrolit yang lebih efisien untuk mengoagulasikan koloid bermuatan, yaitu sebagai berikut.
a. Koloid bermuatan positif lebih mudah dikoagulasikan oleh elektrolit yang muatan ion negatifnya lebih besar. Contoh; koloid Fe(OH) 3 adalah koloid bermuatan positif, lebih mudah digumpalkan oleh H 2 SO 4 daripada HC1.
b. Koloid bermuatan negatif lebih mudah dikoagulasikan oleh elektrolit yang muatan ion positifnya lebih besar. Contoh; koloid As 2 S 3 adalah koloid bermuatan negatif, lebih mudah digumpalkan oleh BaCl 2 daripada NaCl
2) Mencampurkan Koloid yang Berbeda Muatan
Bila dua koloid yang berbeda muatan dicampurkan, maka kedua koloid tersebut akan terkoagulasi. Hal itu disebabkan kedua koloid saling menetralkan sehingga terjadi gumpalan. Contoh, campuran koloid Fe(OH) 3 dengan koloid As 2 S 3 .
Selain koagulasi yang disebabkan adanya pelucutan muatan koloid, seperti di atas, ada lagi proses koagulasi dengan cara mekanik, yaitu melakukan pemanasan dan pengadukan terhadap suatu koloid. Contohnya, pembuatan lem kanji, sol kanji dipanaskan sampai membentuk gumpalan yang disebut 1em kanji.
Di bawah ini beberapa contoh koagulasi dalam kehidupan sehari-hari dan dalam industri.
a) Pembentukan delta di muara sungai.
Hal ini terjadi karena koloid tanah liat akan terkoagulasi ketika bercampur dengan elektrolit dalam air laut.
b) Penggumpalan lateks (koloid karet) dengan cara menambahkan asam asetat ke dalam lateks.
c) Sol tanah liat (berbentuk lumpur) dalam air, yang membuat air menjadi keruh, akan menggumpal jika ditambahkan tawas. Ion Al 3+ akan menggumpalkan koloid tanah liat yang bermuatan negatif.
6. Koloid Liofil dan Koloid Liofob
Adanya sifat absorpsi dan zat terdispersi (dengan fase padat) terhadap mediumnya (dengan fase cair), maka kita mengenal dua jenis sol, yaitu sol liofil dan sal liofob. Sol liofil ialah sol yang zat terdispersinya akan menarik dan mengabsorpsi molekul mediumnya. Sol liofob ialah sol yang zat terdispersinya tidak menarik dan tidak mengabsorpsi molekul mediumnya.
Bila sol tersebut menggunakan air sebagai medium, maka kedua jenis koloid tersebut adalah sol hidrofil dan sot hidrofob. Contoh koloid hidrofil adalah kanji, protein, sabun, agar-agar, detergen, dan gelatin. Contoh koloid hidrofob adalah sol-sol sulfida, sol-sol logam, sol belerang, dan sol Fe(OH) 3 .
Sol liofil lebih kental daripada mediumnya dan tidak terkoagulasi jika ditambah sedikit elektrolit. Oleh karena itu, koloid liofil lebih stabil jika dibandingkan dengan koloid liofob. Untuk menggumpalkan koloid liofil diperlukan elektrolit dalam jumlah banyak, sebab selubung molekul-molekul cairan yang berfungsi sebagai pelindung harus dipecahkan terlebih dahulu. Untuk memisahkan mediumnya, pada koloid liofil, dapat kita lakukan dengan cara pengendapan atau penguraian. Akan tetapi, jika zat mediumnya ditambah lagi, maka akan terbentuk koloid liofil lagi. Dengan kata lain, koloid liofil bersifat reversibel . Koloid liofob mempunyai sifat yang berlawanan dengan koloid liofil.
7. Dialisis
Untuk menghilangkan ion-ion pengganggu kestabilan koloid pada proses pembuatan koloid, dilakukan penyaringan ion-ion tersebut dengan menggunakan membran semipermeabel . Proses penghilangan ion-ion pengganggu dengan cara menyaring menggunakan membran/selaput semipermeabel disebut dialisis . Proses dialisis tersebut adalah sebagai berikut. Koloid dimasukkan ke dalam sebuah kantong yang terbuat dari selaput semipermeabel. Selaput ini hanya dapat melewatkan molekul-molekul air dan ion-ion, sedangkan partikel koloid tidak dapat lewat. Jika kantong berisi koloid tersebut dimasukkan ke dalam sebuah tempat berisi air yang mengalir, maka ion-ion pengganggu akan menembus selaput bersama-sama dengan air. Prinsip dialisis ini digunakan dalam proses pencucian darah orang yang ginjalnya (alat dialisis darah dalam tubuh) tidak berfungsi lagi.
8. Koloid Pelindung
Untuk sistem koloid yang kurang stabil, perlu kita tambahkan suatu koloid yang dapat melindungi koloid tersebut agar tidak terkoagulasi. Koloid pelindung ini akan membungkus atau membentuk lapisan di sekeliling partikel koloid yang dilindungi. Koloid pelindung ini sering digunakan pada sistem koloid tinta, cat, es krim, dan sebagainya; agar partikel-partikel koloidnya tidak menggumpal. Koloid pelindung yang berfungsi untuk menstabilkan emulsi disebut emulgator (zat pengemulsi). Contohnya, susu yang merupakan emulsi lemak dalam air, emulgatornya adalah kasein (suatu protein yang dikandung air susu). Sabun dan detergen juga termasuk koloid pehindung dari emulsi antara minyak dengan air.
 
 

Pembuatan Sistem Koloid


Jika kita atau sebuah industri akan memproduksi suatu produk berbentuk koloid, bahan bakunya adalah larutan (partikel berukuran kecil) atau suspensi (partikel berukuran besar). Didasarkan pada bahan bakunya, pembuatan koloid dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu sebagai berikut.
1. Kondensasi
Kondensasi adalah cara pembuatan koloid dari partikel kecil (larutan) menjadi partikel koloid. Proses kondensasi ini didasarkan atas reaksi kimia; yaitu melalui reaksi redoks, reaksi hidrolisis, dekomposisi rangkap, dan pergantian pelarut.
1) Reaksi Redoks
Contoh
a. Pembuatan sol belerang dari reaksi redoks antara gas H 2 S dengan larutan SO 2 .
Persamaan reaksinya: 2 H 2 S (g) + SO 2 (aq) →2 H 2 O (l) + 3 S (s)
sol belerang
b. Pembuatan sol emas dari larutan AuCl 3 dengan larutan encer formalin (HCHO).
Persamaan reaksinya:
2 AuCl 3(aq) + 3 HCHO (aq) + 3H 2 O (l) 2 Au (s) + 6HCl (aq) + 3 HCOOH (aq)
sol emas
2) Reaksi Hidrolisis
Contoh, pembuatan sol Fe(OH) 3 dengan penguraian garam FeCl 3 Persamaan reaksinya adalah: mengunakan air mendidih.
FeCl 3 (aq) + 3 H 2 O (l) Fe(OH) 3 (s) + 3 HCl ( aq)
sol Fe(OH) 3
3) Reaksi Dekomposisi Rangkap
Contoh
a) Pembuatan sol As 2 S 3, dibuat dengan mengalirkan gas H 2 S dan asam arsenit (H 3 AsO 3 ) yang encer.
Persamaan reaksinya: 2 H 3 AsO 3 (aq) + 3 H 2 S (g) As 2 S 3 (s) + 6H 2 O (l)
sol As 2 S 3
b) Pembuatan sol AgCl dari larutan AgNO 3 dengan larutan NaCl encer.
Persamaan reaksinya: AgNO 3 (aq) + NaC1 (aq) AgCl (s) + NaNO 3 (aq)
Sol AgCl
4) Reaksi Pergantian Pelarut
Contoh, pembuatan sol belerang dari larutan belerang dalam alkohol ditambah dengan air. Persamaan reaksinya:
S (aq) + alkohol + air S (s) Larutan S sol belerang
2. Dispersi
Dispersi adalah pembuatan partikel koloid dari partikel kasar (suspensi). Pembuatan koloid dengan dispersi meliputi: cara mekanik, peptisasi, busur Bredig, dan ultrasonik.
1) Proses Mekanik
Proses mekanik adalah proses pembuatan koloid melalui penggerusan atau penggilingan (untuk zat padat) serta dengan pengadukan atau pengocokan (untuk zat cair). Setelah diperoleh partikel yang ukurannya sesuai dengan ukuran koloid, kemudian didispersikan ke dalam medium (pendispersinya). Contoh, pembuatan sol belerang.
2) Peptisasi
Peptisasi adalah cara pembuatan koloid dengan menggunakan zat kimia (zat elektrolit) untuk memecah partikel besar (kasar) menjadi partikel koloid. Contoh, proses pencernaan makanan dengan enzim dan pembuatan sol belerang dari endapan nikel sulfida, dengan mengalirkan gas asam sulfida.
3) Busur Bredig
Busur Bredig ialah alat pemecah zat padatan (logam) menjadi partikel koloid dengan menggunakan arus listrik tegangan tinggi. Caranya adalah dengan membuat logam, yang hendak dibuat solnya, menjadi dua kawat yang berfungsi sebagai elektrode yang dicelupkan ke dalam air; kemudian diberi loncatan listrik di antara kedua ujung kawat. Logam sebagian akan meluruh ke dalam air sehingga terbentuk sol logam. Contoh, pembuatan sol logam.
4) Suara Ultrasonik
Cara ini hampir sama dengan cara busur Bredig, yaitu sama-sama untuk pembuatan sol logam. Ka1au busur Bredig menggunakan arus listrik tegangan tinggi, maka cara ultrasonik menggunakan energi bunyi dengan frekuensi sangat tinggi, yaitu di atas 20.000 Hz.
 
 

Komponen dan Pengelompokkan Sistem Koloid


1. Sistem Koloid
Apakah sistem koloid itu? Untuk dapat memahami tentang sistem koloid perhatikanlah campuran berikut ini.
a. Gula dicampurkan dengan air
Gula yang dicampur dengan air menghasilkan campuran yang jernih, yaitu air gula. Pada campuran air gula ini zat gula sudah tidak tampak lagi dalam campuran itu. Hal ini berarti, gula bercampur dengan air secara merata (homogen). Campuran seperti ini disebut larutan. Dalam larutan tersebut, air merupakan pelarut dan gula sebagai zat terlarut.
b. Susu dicampurkan dengan air
Susu yang dicampurkan dengan air akan menghasilkan campuran yang keruh. Campuran susu dengan air ini sepintas memberi kesan merupakan campuran homogen. Ternyata, susu setelah dicampur dengan air masih terlihat bisa dibedakan antara susu dengan air. Campuran seperti inilah yang disebut koloid. Campuran koloid merupakan bentuk (fase) peralihan antara campuran homogen menjadi campuran heterogen.
c. Tanah liat dicampurkan dengan air
Hasil campuran tanah liat dengan air adalah suatu campuran yang tidak dapat merata (heterogen). Dengan mudah mata kita dapat membedakan antara tanah liat dengan air, dan hasih campuran tersebut; karena jika campuran tersebut didiamkan, maka tanah liat akan terpisah dari air. Campuran seperti inilah yang disebut suspensi.
Untuk lebih jelas melihat perbedaan antara larutan, koloid, dan suspensi perhatikanlah Tabel berikut.
Tabel 1. Perbedaan Larutan, Koloid, dan Suspensi
NO
Larutan
Koloid
Suspensi
1.
1 fase
2 fase
2 fase
2.
jernih
keruh
keruh
3.
homogen
antara homogen dan heterogen
heterogen
4.
diameter partikel
< 1 nm
diameter partikel:
1 nm < d < 100 nm
diameter partikel:
> 100 nm
5.
tidak dapat disaring
tidak dapat disaring dengan penyaring biasa
dapat disaring
6.
tidak memisah jika didiamkan
tidak memisah jika didiamkan
memisah jika didiamkan
7.
Contoh: larutan gula, larutan garam, larutan alkohol, larutan cuka, larutan gas dalam udara, larutan zat yang digunakan dalam laboratorium dan industri
Contoh: susu, kanji, cat, asap, kabut, buih sabun, dan busa
Contoh: campuran pasir dengan air, air dengan kopi, minyak dengan air, tanah liat dengan air
Dari beberapa keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa koloid adalah larutan yang berada di antara larutan dan suspensi.
2. Jenis-Jenis Koloid
Di atas telah kita bahas perbedaan antara larutan, koloid, dan suspensi. Sekarang kita akan mempelajari jenis-jenis koloid. Kita telah melihat bahwa sistem koloid terdiri atas dua fase (bentuk). Hal itu yang disebut komponen-komponen koloid .
1. Fase zat terdispersi, yaitu zat yang fasenya berubah; kecuali jika zat yang dicampur mempunyai fase yang sama.
2. Fase zat pendispersi (fase medium), yaitu zat yang mempunyai fase yang tetap pada sistem koloidnya.
Jika dua zat yang fasenya berbeda atau sama membentuk koloid, maka diperoleh suatu koloid yang mempunyai fase yang sama dengan fase salah satu zat yang dicampurkan. Berdasarkan pengertian ini, maka suatu koloid dapat ditentukan fase pendispersi dan fase terdispersinya .
Berdasarkan fase zat terdispersi, sistem koloid terbagi atas 3 bagian besar, yaitu sebagai berikut.
a. Koloid sol
Koloid sol adalah koloid dengan zat terdispersinya berfase padat.
b. Emulsi
Emulsi adalah koloid dengan zat terdispersinya berfase cair.
c. Buih
Buih adalah koloid dengan zat terdispersinya berfase gas.
Berdasarkan fase mediumnya; sol, emulsi, dan buih masih terbagi atas beberapa jenis, yaitu sebagai berikut.
a. Koloid Sol
Koloid sol dibagi menjadi 3 jenis, yaitu sebagai berikut.
1) Sol padat (padat-padat)
Sol padat adalah jenis koloid dengan zat fase padat terdispersi dalam zat fase padat. Contoh: logam paduan, kaca berwarna, intan hitam, dan baja.
2) Sol cair (padat-cair)
Sol cair atau disebut sol saja adalah jenis koloid dengan zat fase padat terdispersi dalam zat fase cair. Artinya, zat terdispersi berfase padat dan zat pendispersi (medium) berfase cair. Contoh: cat, tinta, dan kanji.
3) Sol gas (padat-gas)
Sol gas (aerosol padat) adalah koloid dengan zat fase padat terdispersi dalam zat fase gas. Artinya, zat terdispersi berfase padat dan zat pendispersi (medium) berfase gas. Contoh: asap dan debu.
b. Koloid Emulsi
Koloid emulsi dibagi menjadi 3 jenis, yaitu sebagai berikut.
1) Emulsi padat (cair-padat)
Emulsi padat (gel) adalah koloid dengan zat fase cair terdispersi dalam zat fase padat. Artinya, zat terdispersi berfase cair dan zat pendispersi (medium) berfase padat. Contoh: mentega, keju, jeli, dan mutiara.
2) Emulsi cair (cair-cair)
Emulsi cair (emulsi) adalah koloid dengan zat fase cair terdispersi dalam zat fase cair. Artinya, zat terdispersi berfase cair dan zat pendispersi (medium) berfase cair. Contoh: susu, minyak ikan, dan santan kelapa.
3) Emulsi gas (cair-gas)
Emulsi gas (aerosol cair) adalah koloid dengan zat fase cair terdispersi dalam zat fase gas. Artinya, zat terdispersi berfase cair dan zat pendispersi (medium) berfase gas. Contoh: insektisida (semprot), kabut, dan hair spray .
c. Koloid Buih
Koloid buih dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu sebagai berikut.
1) Buih padat (gas-padat)
Buih padat adalah koloid dengan zat fase gas terdispersi dalam zat fase padat. Artinya, zat terdispersi berfase gas dan zat pendispersi (medium) berfase padat. Contoh: busa pada jok mobil dan batu apung.
2) Buih cair (gas-cair)
Buih cair (buih) adalah koloid dengan zat fase gas terdispersi dalam zat fase cair. Artinya, zat terdispersi berfase gas dan zat pendispersi (medium) berfase cair. Contoh: buih sabun, buih soda, dan krim kocok.
Untuk zat berfase gas terdispersi dalam zat berfase gas bukan merupakan koloid, melainkan merupakan larutan. Contohnya, larutan-larutan dalam udara bersih.
3. Koloid dalam Industri
Koloid merupakan satu-satunya bentuk campuran bukan larutan yang komposisinya (susunannya) merata dan stabil (tidak memisah jika didiamkan). Pada umumnya, produk industri untuk kebutuhan manusia dibuat dalam bentuk koloid. Koloid sangat diperlukan dalam industri cat, keramik, plastik, tekstil, kertas, karet, lem, semen, tinta, kulit, film foto, bumbu selada, mentega, keju, makanan, kosmetika, pelumas, sabun, obat semprot insektisida, detergen, selai, gel, perekat, dan sejumlah besar produk-produk industri lainnya.
Web hosting

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls