Di Industri ter dapat berbagai produk yang komponennya tidak dapat saling melarutkan, namun tetap dapat bercampur secara homogen. Sebagai contoh, mayones dan cat. Mayones adalah campuran homogen dari air dan minyak. Sedangkan cat adalah campuran homogen zat padat dan zat cair. Produk-produk demikian merupakan sistem koloid.
dapat berbagai produk yang komponennya tidak dapat saling melarutkan, namun tetap dapat bercampur secara homogen. Sebagai contoh, mayones dan cat. Mayones adalah campuran homogen dari air dan minyak. Sedangkan cat adalah campuran homogen zat padat dan zat cair. Produk-produk demikian merupakan sistem koloid. Fenomena sistem koloid juga dapat dijumpai di alam dan dalam kehidupan kita sehari-hari. Udara di atmosfer bumi mengandung debu, partikel-partikel zat padat dan zat cair lainnya yang tersebar secara homogen membentuk suatu sistem koloid. Hal inilah yang menyebabkan langit terkadang tampak berwarna biru dan merah-orange. Di dalam tubuh manusia, ginjal berfungsi mengatur komposisi zat-zat kimia dalam darah. Dengan mengambil zat-zat yang diperlukan dan membuang zat-zat yang berbahaya dalam darah. Fungsi ginjal tersebut memanfaatkan sistem koloid. Pemahaman sistem koloid pada ginjal ini telah membawa pada penemuan alat dialisator pengganti fungsi ginjal untuk pasien gagal ginja.
A. Komponen dan Pengelompokan Sistem Koloid
1. Pengertian Sistem Koloid
Fenomena sistem koloid juga dapat dijumpai di alam dan dalam kehidupan kita sehari-hari. Udara di atmosfer bumi mengandung debu, partikel-partikel zat padat dan zat cair lainnya yang tersebar secara homogen membentuk suatu sistem koloid. Hal inilah yang menyebabkan langit terkadang tampak berwarna biru dan merah-orange. Di dalam tubuh manusia, ginjal berfungsi mengatur komposisi zat-zat kimia dalam darah. Dengan mengambil zat-zat yang diperlukan dan membuang zat-zat yang berbahaya dalam darah. Fungsi ginjal tersebut memanfaatkan sistem koloid. Pemahaman sistem koloid pada ginjal ini telah membawa pada penemuan alat dialisator pengganti fungsi ginjal untuk pasien gagal ginja.
A. Komponen dan Pengelompokan Sistem Koloid
1. Pengertian Sistem Koloid
Koloid 
adalah suatu campuran zat heterogen antara dua zat atau lebih dimana 
partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase terdispersi) tersebar 
merata dalam zat lain (medium pendispersi). Ukuran partikel koloid 
berkisar antara 1-100 nm (10-7 – 10-5 cm). Bentuk partikel koloid dapat 
bermacam-macam seperti ditunjukkan pada gambar berikut. Oleh karena itu,
 yang dimaksud dengan ukuran koloid dapat berupa diameter, panjang, 
lebar ataupun tebal.
Perbedaan larutan sejati, koloid dan Suspensi dapat dirangkum sebagai berikut.
| 
Aspek | 
Larutan Sejati | 
Sistem Koloid | 
Suspensi Kasar | 
| Jumlah fase | 1 | 2 | 2 | 
| Distribusi partikel | Homogen | Heterogen | Heterogen | 
| Ukuran partikel | < 10-7 cm | 10-7 – 10-5 cm | > 10-5 cm | 
| Penyaringan | Tidak dapat disaring | Dapat disaring jika dengan penyaring ultra | Dapat disaring | 
| Kestabilan | Stabil | Stabil | Tidak stabil | 
| Contoh | Larutan gula | Mayones | Campuran pasir dan air | 
2. Jenis-Jenis Koloid
Sistem 
koloid terdiri dari dua fase, yaitu fasa dispersi dan medium 
pendispersi. Kedua fasa tersebut, dapat berwujud zat cair, zat padat 
atau berwujud gas. Berdasarkan hubungan antar fase dispersi dan medium dispersi, maka koloid dapat kita kelompokan
- Koloid yang dibentuk oleh fasa terdispersinya gas dalam medium pendispersinya cair adalah buih atau busa. Contoh untuk koloid ini adalah putih telur yang dikocok dengan kecepatan tinggi.
- Buih atau busa padat
 adalah jenis koloid yang fasa terdispersinya gas dan medium 
pendispersinya padat, jenis koloid ini dapat berupa batu apung dan karet
 busa.
- Koloid dengan fasa terdispersi cair dan medium pendispersinya gas dikenal dengan aerosol cair. Contoh koloid ini adalah kabut, awan, pengeras rambut (hair spray) dan parfum semprot.
- Emulsi merupakan jenis
 koloid yang dibentuk oleh fasa terdispersi cair di dalam medium 
pendispersi cair. Emulsi dapat kita temukan seperti susu, santan, 
mayonaise dan minyak ikan.
- Koloid yang disusun oleh fasa terdispersi cair dalam medium pendispersi padat disebut dengan emulsi padat atau gel. Koloid ini sering kita jumpai dalam keju, mentega, jeli, semir padat ataupun lem padat.
- Aerosol padat merupakan yang disusun oleh fasa terdispersi padat dengan medium dispersinya berupa gas. Contohnya asap dan debu di udara.
- Sol merupakan koloid 
yang fasa terdispersinya berwujud padat dengan medium pendispersinya 
berwujud cair. Sol paling banyak kita jumpai seperti, agar-agar panas, 
cat, kanji, putih telur, sol emas, sol belerang, lem dan lumpur.
- Jenis koloid yang terakhir adalah 
koloid yang memiliki fasa terdispersi dan medium pendispersinya zat 
padat, jenis koloid ini disebut dengan sol padat. Contoh sol padat adalah; batuan berwarna, gelas berwarna, tanah, perunggu, kuningan dan lain-lain.
Sebagai catatan, jika fase terdispersi dan medium pendispersi sama-sama berupa gas, maka campurannya tergolong larutan.
Paduan logam baja tahan karat (stainless steel) termasuk sol pad at dengan fase terdispersi padat (logam Ni dan Cr) dan medium pendispersi padat (logam Fe)
at dengan fase terdispersi padat (logam Ni dan Cr) dan medium pendispersi padat (logam Fe) 
 
Bahan styrofoam termasuk buih padat dengan fase terdispersi gas (CO2, udara) dan medium   pendispersi padat (polistirena)
 
Obat nyamuk dalam kemasan kaleng semprot termasuk aerosol cair dengan fase terdispersi cair dan medium pendispersi gas (udara)
B. Koloid Sol
Sol adalah suatu jenis koloid dengan 
fase terdispersi padat dan medium pendispersi berupa zat padat, cair 
atau gas. Ada 3 jenis sol, yaitu:
- Sol padat
- Sol cair (sol)
- Sol gas (aerosol padat)
1. Sifat-sifat Koloid Sol
 Sifat
 penghamburan cahaya oleh sistem koloid ditemukan oleh John Tyndall 
(1820-1893), seorang ahli fisika Inggris. Efek Tyndall digunakan untuk 
membedakan sistem koloid dari larutan sejati. Dalam kehidupan 
sehari-hari efek Tyndall dapat diamati pada langit yang berwarna biru di
 siang hari karena adanya pantulan cahaya dari partikel koloid di udara.
 Demikian pula pada saat matahari terbenam pantulan partikel di udara 
memberikan warna jingga. Apabila sinar diarahkan pada sistem koloid dan 
larutan sejati, contohnya koloid kanji dan larutan Na2Cr2O7, maka sinar tersebut akan dihamburkan oleh sistem koloid tetapi tidak dihamburkan oleh larutan sejati.
Sifat
 penghamburan cahaya oleh sistem koloid ditemukan oleh John Tyndall 
(1820-1893), seorang ahli fisika Inggris. Efek Tyndall digunakan untuk 
membedakan sistem koloid dari larutan sejati. Dalam kehidupan 
sehari-hari efek Tyndall dapat diamati pada langit yang berwarna biru di
 siang hari karena adanya pantulan cahaya dari partikel koloid di udara.
 Demikian pula pada saat matahari terbenam pantulan partikel di udara 
memberikan warna jingga. Apabila sinar diarahkan pada sistem koloid dan 
larutan sejati, contohnya koloid kanji dan larutan Na2Cr2O7, maka sinar tersebut akan dihamburkan oleh sistem koloid tetapi tidak dihamburkan oleh larutan sejati.  
Di bawah 
mikroskop ultra, partikel koloid akan tampak sebagai titik cahaya kecil 
sesuai dengan sifatnya yang menghamburkan cahaya. Jika pergerakan titik 
cahaya atau partikel tersebut diikuti, ternyata partikel tersebut 
bergerak terus menerus dengan gerakan zig zag. Gerakan acak ini disebut 
gerak Brown, yang ditemukan oleh seorang ahli botani Inggris, Robert 
Brown pada tahun 1827. Adanya gerak Brown membuat partikel-partikel ini 
tidak memisahkan diri dari medium pendispersinya.
 Adsorpsi
 terjadi apabila partikel-partikel sol padat ditempatkan dalam zat cair 
atau gas, maka partikel-partikel zat cair atau gas akan terkonsentrasi 
pada permukaan zat padat tersebut.
Adsorpsi
 terjadi apabila partikel-partikel sol padat ditempatkan dalam zat cair 
atau gas, maka partikel-partikel zat cair atau gas akan terkonsentrasi 
pada permukaan zat padat tersebut.
Partikel 
koloid sol memiliki kemampuan untuk mengadsorpsi partikel-partikel 
pendispersi pada permukaannya, baik itu partikel netral atau partikel 
bermuatan (kation dan anion). Daya adsorpsi partikel koloid tergolong 
besar karena partikel-partikelnya memberikan suatu permukaan yang sangat
 luas. Pada proses penyerapan air oleh kapur tulis, sol Fe(OH)3 dalam 
air mengandung ion Fe3+ yang diadsorpsi. Sedangkan untuk yang bermuatan 
negatif adalah molekul As2S3, ion S2- yang diadsorpsi. Pemanfaatan sifat
 adsorpsi dari koloid anatara lain dalam penjernihan air, misalnya 
penggunaan tawas untuk mengikat kotoran atau zat warna dari tanah. 
 Semua
 partikel koloid memiliki muatan sejenis (positif atau negatif). Oleh 
karena muatannya sejenis, maka terdapat gaya tolak-menolak antar 
partikel koloid. Hal ini mengakibatkan partikel-partikel koloid tidak 
dapat bergabung sehingga memberikan kestabilan pada sistem koloid. 
Partikel-partikel koloid mendapatkan muatan listrik dengan proses 
adsorpsi dan proses ionisasi gugus permukaan partikelnya.
Semua
 partikel koloid memiliki muatan sejenis (positif atau negatif). Oleh 
karena muatannya sejenis, maka terdapat gaya tolak-menolak antar 
partikel koloid. Hal ini mengakibatkan partikel-partikel koloid tidak 
dapat bergabung sehingga memberikan kestabilan pada sistem koloid. 
Partikel-partikel koloid mendapatkan muatan listrik dengan proses 
adsorpsi dan proses ionisasi gugus permukaan partikelnya.
Muatan Beberapa Partikel Koloid dalam Medium Pendispersi Air
| 
Partikel koloid bermuatan positif | 
Partikel koloid bermuatan negatif | 
| 
Fe(OH)3 
Al(OH)3 
Hemoglobin | 
As2S3 
Logam seperti Au, Ag, Pt 
Tanah liat | 
Partikel-partikel
 koloid bersifat stabil karena memiliki muatan listrik yang sejenis. 
Apabila muatan listrik tersrbut hilang maka partikel-partikel koloid 
tersebut akan bergabung membentuk gumpalan. Proses penggumpalan ini 
disebut flokulasi dan gumpalannya disebut flok. Gumpalan ini akan 
mengendap akibat pengaruh gravitasi. Proses penggumpalan 
partikel-partikel koloid dan pengendapannya ini disebut koagulasi. 
Peristiwa koagulasi terjadi pada kehidupan sehari-hari seperti pada 
pembentukan delta. tanah liat atau lumpur terkoagulasi karena adanya 
elektrolit air laut. Proses koagulasi dari karet juga terjadi karena 
adanya penambahan asam formiat kadalam lateks. Demikian pula halnya 
dengan lumpur koloid dapat dikoagulasikan dengan tawas yang bermuatan.
Penghilangan muatan listrik pada partikel koloid ini dapat dilakukan dengan 4 cara, yaitu:
a. Menggunakan prinsip elektroforesis
Proses 
elektroforesis adalah pergerakan partikel-partikel koloid yang bermuatan
 ke elektrode dengan muatan berlawanan. Ketika partikel-partikel ini 
mencapai elektrode, maka partikel-partikel tersebut akan kehilangan 
muatannya sehingga menggumpal dan mengendap di elektrode.
b. Penambahan koloid lain dengan muatan berlawanan
Apabila 
suatu sistem koloid bermuatan dicampur dengan sistem koloid lain yang 
bermuatan negatif maka kedua sistem koloid tersebut akan saling 
mengadsorpsi dan menjadi netral. Akibatnya, terbentuk koagulasi.
c. Penambahan elektrolit
Jika suatu 
elektrolit ditambahkan ke dalam sistem koloid maka partikel-partikel 
koloid yang bermuatan negatif akan menarik ion positif (kation) dari 
elektrolit. Sementara itu. Partikel-patikel koloid yang bermuatan 
positif akan menarik ion negatif (anion) dari elektrolit. Hal ini 
menyebabkan partikel-partikel koloid tersebut dikelilingi oleh lapisan 
kedua yang memiliki muatan berlawanan dengan muatan lapisan pertama. 
Apabila jarak antara lapisan pertama dan kedua cukup dekat maka muatan 
keduanya akan hilang sehingga terjadi koagulasi.
d. Pendidihan
Sol, seperti
 belerang dan perak halida yang terdispersi dalam air dapat mengalami 
koagulasi dengan mendidihkannya. Kenaikan suhu sistem koloid menyebabkan
 jumlah tumbukan antara partikel-partikel sol dengan molekul-molekul air
 bertambah banyak. Hal ini menyebabkan lepasnya elektrolit yang 
teradsorpsi pada permukaan partikel koloid. Akibatnya, partikel-partikel
 koloid menjadi tidak bermuatan sehingga terjadi koagulasi.
Berdasarkan 
perbedaan daya adsorpsi dari fase terdispersi terhadap medium 
pendispersinya yang berupa zat cair, koloid dapat dibedakan menjadi dua 
jenis. Sistem koloid dimana partikel terdispersinya mempunyai daya 
adsorpsi yang relatif besar disebut koloid liofil sedangkan sistem 
koloid dimana partikel terdispersinya mempunyai daya adsorpsi yang 
relatif kecil disebut kolid liofob. Koloid liofil bersifat lebih stabil 
sedangkan koloid liofob bersifat kurang stabil. Koloid liofil yang 
berfungsi sebagsi koloid pelindung. Contoh menarik adalah penambahan 
koloid liofil ke dalam liofob, dimana koloid liofob terbungkus tidak 
mengumpul, seperti pembuatan es krim agar tidak menggumpat ditambahkan 
gelatin. Demikian pula halnya dengan cat dan tinta memiliki koloid 
pelindung agar tidak mengendap atau menggumpal.
Berdasarkan affinitas partikel-partikel fase dispersi terhadap medium dispersi, maka terdapat dua macam sistem koloid:
- Koloid 
Liofil (suka cairan) : adalah koloid yang memiliki gaya tarik menarik 
antara partikel-partikel terdispersi dengan medium pendispersi. Medium 
pendispersi dalam liofil sering disebut juga dengan hidrofil. Partikel 
koloid juga dapat mengadsorpsi molekul cairan sehingga terbentuk 
selubung disekeliling partikel koloid. Keberaadan selubung inilah yang 
menyebabkan koloid liofil lebih stabil.
- Koloid 
Liofob (takut cairan): adalah koloid yang memiliki gaya tarik menarik 
yang lemah antara partikel-partikel terdispersi dengan medium 
pendispersi. Medium pendispersinya sering disebut dengan hidrofob. 
Pertikel-partikel koloid tidak dapat mengadsorpsi pelarutnya sehingga 
koloid ini kurang stabil dan dapat dengan mudah terkoagulasikan dengan 
penambahan elektrolit.
Perbedaan Sifat-Sifat Sol Liofil/ Hidrofil dan Sol Liofob/ Hidrofob
| 
Sifat-sifat | 
Sol liofil/ hidrofil | 
Sol liofob/ hidrofob | 
| 1. Pembuatan | Sol liofil dapat dibuat langsung dengan mencampurkan fase terdispersi dengan medium pendispersinya. | Sol liofob tidak dapat dibuat hanya dengan 
mencampurkan fase terdispersi dan medium pendispersinya perkecualiannya 
adalah pada konsentrasi yang kecil | 
| 2. Muatan partikel | Partikel-partikel sol hidrofil mempunyai muatan yang kecil atau tidak bermuatan | Partikel-partikel sol hidrofob memiliki muatan positif atau negatif. | 
| 3. Adsorpsi medium pendispersi (proses solvasi/ hidrasi) | Partikel-partikel sol hidrofil mengadsorpsi
 medium pendispersinya. Akibatnya terbentuk lapisan medium pendispersi 
yang teradsorpsi di sekeliling partikel. Proses ini disebut solvasi/ 
hidrasi | Partikel-partikel sol hidrofob tidak 
mengadsorpsi medium pendispersinya. Muatan partikel-partikel sol 
diperoleh dari adsorpsi partikel-partikel ion yang bermuatan listrik | 
| 4. Viskositas | Viskositas sol liofil lebih besar dibandingkan viskositas medium pendispersinya | Viskositas sol hidrofob hampir sama dengan viskositas medium pendispersinya | 
| 5. Penggumpalan | Tidak mudah menggumpal dengan penambahan elektrolit | Mudah menggumpal dengan penambahan elektrolit | 
| 6. Efek Tyndall | Sol liofil memberikan efek Tyndall yang lemah | Sol liofob dapat memberikan efek Tyndall yang jelas | 
| 7. Migrasi dalam medan listrik | Partikel-partikel sol liofil dapat bermigrasi ke anode, katode atau tidak bermigrasi sama sekali dalam medan listrik | Partikel-partikel sol liofob akan bergerak ke anode atau ke katode. Hal ini tergantung jenis muatan partikel | 
2. Pembuatan Koloid Sol
Ada dua metode dasar pembuatan sistem koloid sol, yaitu:
a. Metode 
kondensasi, adalah metode dimana partikel-partikel kecil larutan sejati 
(atom, ion atau molekul) bergabung membentuk partikel-partikel berukuran
 koloid. Hal ini dilakukan dengan reaksi kimia (dekomposisi rangkap, 
hidrolisis dan redoks) atau penggantian pelarut. Contoh:
Sol AgCl dibuat dengan mencampurkan larutan AgNO3 encer dan larutan HCl encer
AgNO3(aq) + HCl(aq) –> AgCl (koloid) + HNO3(aq)   (reaksi dekomposisi rangkap)
Sol Al(OH)3 dapat diperoleh dari reaksi hidrolisis garam Al dalam air mendidih
AlCl3(aq) + 3H2O(l) –> Al(OH)3 (koloid) + 3HCl(aq)

Cara Busur Bredig
 
Cara 
mekanik adalah penghalusan partikel-partikel kasar zat padat dengan 
penggilingan untuk membentuk partikel-partikel berukuran koloid.
Peptisasi adalah proses dispersi endapan menjadi sistem koloid dengan penambahan zat pemecah yang dapat berupa elektrolit.
Cara busur 
Bredig digunakan untuk membuat sol logam seperti Ag, Au dan Pt. Logam 
yang akan diubah menjadi partikel-partikel koloid digunakan sebagai 
elektrode.
 3. Pemurnian Koloid Sol
Partikel-partikel
 zat terlarut yang tidak diinginkan dapat mengganggu kestabilan koloid 
sehingga harus dihilangkan/ dimurnikan. Beberapa metode pemurnian yang 
dapat dilakukan antara lain:

Proses dialisis
 
Pergerakan 
ion-ion dan molekul-molekul kecil melalui selaput semipermeabel disebut 
dialisis. Proses dialisis untuk pemisahan partikel-partikel koloid dan 
zat terlarut dijadikan dasar bagi pengembangan dialisator sebagi mesin 
pencuci darah bagi penderita gagal ginjal.
Pada 
dasarnya proses elektrodialisis merupakan proses dialisis di bawah 
pengaruh medan listrik dan hanya dapat digunakan untuk memisahkan 
partikel-partikel zat terlarut elektrolit. Pada proses elektrodialisis, 
listrik tegangan tinggi dialirkan melalui dua layar logam yang menyokong
 selaput semipermeabel. Akibatnya, partikel-partikel zat terlarut dalam 
sistem koloid berupa ion-ion akan bergerak menuju elektrode dengan 
muatan berlawanan.
Partikel-partikel
 koloid tidak dapat disaring dengan penyaring biasa seperti kertas 
saring karena pori-pori kertas saring terlalu besar dibandingkan ukuran 
partikel-partikel koloid. Namun, apabila kertas saring tersebut diresapi
 dengan selulosa seperti selofan, maka ukuran pori-pori kertas saring 
akan berkurang. Kertas saring yang telah dimodifikasi ini disebut 
penyaring ultra.
C. Koloid Emulsi
Emulsi 
adalah suatu jenis koloid dengan fase terdispersi berupa zat cair dan 
medium pendispersi berupa zat padat, zat cair atau gas. Ada 3 jenis 
emulsi, yaitu:
1. Emulsi gas (aerosol cair)
Emulsi gas atau aerosol cair merupakan emulsi dalam medium pendispersi gas. Aerosol cair seperti hairspray
 dan obat nyamuk dalam kemasan kaleng, dapat membentuk sistem koloid 
dengan bantuan bahan pendorong atau propelan aerosol seperti CFC. 
Aerosol cair juga mempunyai sifat-sifat seperti sol liofob, yaitu efek 
Tyndall, gerak Brown dan kestabilan dengan muatan partikel.
2. Emulsi cair (emulsi)
Emulsi cair melibatkan campuran dua zat 
cair yang tidak dapat saling melarutkan, yaitu zat cair polar dan zat 
cair non polar. Emulsi cair yang terdiri dari air dan minyak dapat 
digolongkan menjadi dua jenis, yaitu emulsi minyak dalam air dan emulsi 
air dalam minyak.
Beberapa sifat emulsi yang penting:
Kestabilan 
emulsi cair dapat rusak akibat pemanasan, pendinginan, proses 
sentrifugasi, penambahan elektrolit dan perusakan zat pengemulsi.
Pada proses 
demulsifikasi dapat terbentuk krim atau sedimentasi. Pembentukan krim 
dijumpai pada emulsi minyak dalam air. Apabila kestabilan emulsi ini 
rusak, maka partikel-partikel minyak akan naik ke atas membentuk krim. 
Sedangkan sedimentasi terjadi pada emulsi air dalam minyak. Apabila 
kestabilan emulsi ini rusak, maka partikel-partikel air akan turun ke 
bawah.
Emulsi dapat diencerkan dengan 
penambahan sejumlah medium pendispersinya. Sebaliknya, fase terdispersi 
yang dicampurkan akan spontan membentuk lapisan terpisah. Sifat ini 
dapat digunakan untuk menentukan jenis emulsi.
3. Emulsi padat (gel)
Gel 
merupakan emulsi dalam medium pendispersi zat padat. Gel dapat dianggap 
terbentuk akibat penggumpalan sebagian sol cair. Pada penggumpalan ini, 
partikel-partikel sol akan bergabung membentuk suatu rantai panjang. 
Rantai ini kemudian akan saling bertaut sehingga terbentuk suatu 
struktur padatan dimana medium pendispersi cair terperangkap dalam 
lubang-lubang struktur tersebut. Dengan demikian, terbentuk suatu massa 
berpori yang semi-padat dengan struktut gel.
Beberapa sifat gel yang penting adalah
- Hidrasi. 
Gel elastis yang terhidrasi dapat diubah kembali menjadi gel elastis 
dengan menabahkan zat cair. Sebaliknya, gel non elastis yang 
terdehidrasi tidak dapat diubah kembali ke bentuk awal.
- Menggembung
 (swelling). Gel elastis yang terhidrasi sebagian akan menyerap air 
apabila dicelupkan ke dalam zat cair. Akibatnya volum gel bertambah atau
 menggembung.
- Sineresis. Gel anorganik akan mengerut jika dibiarkan dan diikuti penetesan pelarut. Proses ini disebut sineresis.
- Tiksotropi.
 Beberapa gel dapat diubah kembali menjadi sol cair apabila diberi 
agitasi (diaduk). Sifat ini disebut tiksotropi. Contohnya: gel besi 
oksida, perak oksida dan cat tiksotropi modern.
D. Koloid Buih
Buih adalah 
suatu jenis koloid dengan fase terdispersi berupa gas dan medium 
pendispersi berupa zat cair atau zat padat. Berdasarkan medium 
pendispersinya tersebut, buih dikelompokkan menjadi 2 yaitu:
1. Buih cair (buih)
Buih cair 
adalah sistem koloid dengan fase terdispersi gas dan medium pendispersi 
zat cair. Fase terdispersi gas biasanya berupa udara atau CO2
 yang terbentuk dari fermentasi. Kestabilan buih diperoleh dari adanya 
zat pembuih (surfaktan). Zat pembuih ini teradsorpsi ke daerah antar 
fase dan mengikat gelembung-gelembung gas sehingga diperoleh suatu 
kestabilan.
Beberapa sifat-sifat buih cair yang penting adalah
- Struktur buih cair berubah dengan waktu. Hal ini dapat disebabkan oleh:
– Drainase atau pemisahan medium pendispersi (zat cair) akibat kerapatan gas dan zat cair yang jauh berbeda
            – Rusaknya film antara dua gelembung gas
           – Ukuran gelembung gas menjadi lebih besar akibat difusi gelembung gas yang kecil ke gelembung gas yang besar
- Struktur buih cair dapat berubah jika 
diberi gaya dari luar. Apabila gaya tersebut kecil, maka struktur buih 
akan kembali ke bentuk awal setelah gaya tersebut ditiadakan. Namun jika
 gaya yang diberikan cukup besar, maka akan terjadi deformasi.
2. Buih padat
Buih padat 
adalah sistem koloid dengan fase terdispersi gas dan medium pendispersi 
zat padat. Kestabilan buih padat juga diperoleh dari zat pembuih 
(surfaktan). Beberapa buih padat yang kita kenal:
- Batu apung, merupakan buih padat yang terbentuk akibat proses solidifikasi gelas vulkanik
- Roti. Pembuatan roti melibatkan proses peragian yang akan melepas gas CO2. Zat pembuih protein gluten dari tepung kemudian akan membentuk lapisan tipis mengelilingi gelembung-gelembung CO2 untuk membentuk buih padat
E. Koloid dalam Kehidupan Sehari-hari
Sistem 
koloid banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari seperti di alam 
(tanah, air dan udara), industri, kedokteran, sistem hidup dan 
pertanian. Aplikasi koloid dalam bidang industri khususnya produksi 
cukup luas karena sifat karakteristik koloid yang penting, yaitu dapat 
digunakan untuk mencampur zat-zat yang tidak dapat saling melarutkan 
secara homogen dan bersifat stabil untuk produksi skala besar.
 Contoh aplikasi kimia koloid dalam industri
| 
Jenis Industri | 
Contoh Aplikasi | 
| Industri makananIndustri kosmetika dan perawatan tubuhIndustri cat
Industri kebutuhan rumah tangga Industri pertanian
 Industri farmasi
 | Keju, mentega, susu, saus saladKrim, pasta gigi, sabunCat
Sabun, deterjen Pestisida, insektisida
 Minyak ikan, penisilin
 | 
Beberapa aplikasi sistem koloid lainnya:
Gula tebu 
yang masih berwarna dapat diputihkan dengan melarutkan gula ke dalam 
air, kemudian larutan dialirkan melalui sistem koloid tanak diatomae 
atau karbon. Partikel-partikel koloid kemudian akan mengadsorpsi zat 
warna tersebut.
- Pengambilan partikel koloid asap dan debu dari gas buangan pabrik
Pengendap 
cottrell dapat digunakan untuk memisahkan partikel-partikel koloid 
seperti asap dan debu yang terkandung dalam gas buangan pabrik. Hal ini 
bertujuan untuk mengurangi zat-zat polusi udara dan untuk memperoleh 
kembali debu berharga seperti debu arsenik oksida.
- Pembentukan delta di muara sungai
Air sungai 
mengandung partikel-partikel koloid pasir dan tanah liat yang bermuatan 
negatif. Sedangkan air laut mengandung ion-ion Na+, Mg2+ dan Ca2+
 yang bermuatan positif. Karena air sungai bertemu air laut, maka 
ion-ion positif dari air laut akan menetralkan muatan pasir dan tanah 
liat. Akibatnya, terjadi koagulasi yang membentuk suatu delta.
Darah 
mengandung sejumlah koloid protein yang bermuatan negatif. Jika terdapat
 luka kecil, maka luka tersebut dapat diobati dengan pensil stiptik atau
 tawas yang mengandung ion-ion Al3+ dan Fe3+. Ion-ion ini akan menetralkan muatan-muatan partikel koloid protein dan membantu penggumpalan darah.
Proses penjernihan air dapat dilakukan dengan penambahan tawas Al2(SO4)3. Tawas mengandung ion Al3+ yang cukup kecil tetapi bermuatan. Ion Al3+ akan terhidrolisis membentuk partikel koloid Al(OH)3 yang bermuatan positif.
Al3+ + 3H2O –> Al(OH)3 + 3H+
Al(OH)3 akan menghilangkan muatan negatif dari partikel-partikel koloid lumpur sehingga terjadi koagulasi. Al(OH)3
 akan mnegendap bersama-sama lumpur. Hal ini digunakan dalam proses 
pengolahan air bersih, yang diberikan pada penjelasan berikut.
 Proses
 pengolahan air tergantung pada mutu baku air (air belum diolah). Namun 
pada dasarnya melalui 4 tahap pengolahan. Tahap pertama adalah 
pengendapan, yaitu air baku dialirkan perlahan-lahan sampai benda-benda 
yang tak larut mengendap. Pengendapan ini memerlukan tempat yang luas 
dan waktu yang lama. Benda-benda yang berupa koloid  tidak dapat 
diendapkan dengan cara itu.
Proses
 pengolahan air tergantung pada mutu baku air (air belum diolah). Namun 
pada dasarnya melalui 4 tahap pengolahan. Tahap pertama adalah 
pengendapan, yaitu air baku dialirkan perlahan-lahan sampai benda-benda 
yang tak larut mengendap. Pengendapan ini memerlukan tempat yang luas 
dan waktu yang lama. Benda-benda yang berupa koloid  tidak dapat 
diendapkan dengan cara itu. 
Pada  tahap 
kedua, setelah suspensi kasar terendapkan, air yang mengandung koloid 
diberi zat yang dinamakan koagulan. Koagulan yang banyak digunakan 
adalah aluminium sulfat, besi (II) sulfat, besi (III) klorida, dan 
klorinasi koperos (FeCl2Fe2(SO4)3).
 Pemberian koagulan selain untuk mengendapkan partikel-partikel koloid, 
juga untuk menjadikan  pH air sekitar 7 (netral). Jika pH air berkisar 
antara 5,5–6,8, maka yang digunakan adalah aluminium sulfat, sedangkan 
untuk senyawa besi sulfat dapat digunakan pada pH air 3,5–5,5.
Pada  tahap 
ketiga, air yang telah diberi koagulan mengalami proses pengendapan, 
benda-benda koloid yang telah menggumpal dibiarkan mengendap. Setelah 
mengalami pengendapan, air tersebut disaring melalui penyaring pasir 
sehingga sisa endapan yang masih terbawa di dalam air akan tertahan pada
 saringan pasir tersebut.
Pada  tahap 
terakhir, air jernih yang dihasilkan diberi sedikit air kapur untuk 
menaikkan pHnya, dan untuk membunuh bakteri diberikan kalsium hipoklorit
 (kaporit) atau klorin (Cl2).