Koloid dalam Kehidupan Sehari-Hari
Jenis koloid yang mencemari udara adalah koloid aerosol padat (berupa
butiran/partikel padatan terdispersi dalam gas/udara). Pencemaran ini
berasal dan asap kendaraan bermotor, industri, debu jalanan yang ditiup
angin. Pencemaran ini dapat mengganggu daya pandang (visibilitas),
gangguan kesehatan (mengganggu pernapasan). Selain itu juga dapat
memengaruhi cuaca, dapat menimbulkan seringnya hujan, karena butiran ini
merupakan salah satu komponen pembentuk awan.
Jenis koloid yang mencemari air adalah limbah yang berasal dari
industri, seperti logam berat (misalnya logam Pb dan Hg), dan limbah
yang berasal dan pemukiman, seperti limbah detergen.
Sedangkan jenis koloid yang mencemari tanah adalah limbah pertanian seperti pestisida dan pupuk.
Proses Penjernihan Air
Air dapat dijernihkan berdasarkan sifat-sifat koloid, yaitu koagulasi
dan absorpsi. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, proses koagulasi
terjadi akibat tidak stabilnya sistem koloid; yang disebabkan
penambahan zat elektrolit ke dalam sistem koloid tersebut. Sedangkan
absorpsi adalah proses ketika permukaan koloid menyertakan zat lain. Air
sungai atau air sumur yang keruh mungkin mengandung lumpur (sol tanah
liat), zat-zat warna, detergen, pestisida, dan lain-lain.
Zat koagulasi yang ditambahkan pada proses penjernihan air adalah tawas, K 2 SO 4 A1 2 (SO 4 ) 3 . Zat A1 2 (SO 4 ) 3 dalam air akan terhidrolisis membentuk koloid A1(OH) 3 . Koloid Al(OH) 3 yang terbentuk akan mengabsorpsi, menggumpalkan, dan mengendapkan kotoran-kotoran dalam air keruh. Ion Al 3+ dari koloid Al(OH) 3 akan menggumpalkan koloid tanah liat yang bermuatan negatif. Di samping itu, koloid Al(OH) 3 akan mengabsorpsi zat-zat seperti zat-zat warna, detergen, pestisida, dan lain-lain yang terdispersi dalam air keruh tersebut.
- Posted: Mon 01 Mar, 2010 GMT
- In: Sistem Koloid
- Permalink : Koloid dalam Kehidupan Sehari-Hari
- Comments: 15
- Viewed 3090 times.
Sifat –Sifat Koloid
1. Efek Tyndall
Cara yang paling mudah untuk membedakan suatu campuran merupakan larutan, koloid, atau suspensi adalah menggunakan sifat efek Tyndall
. Jika seberkas cahaya dilewatkan melalui suatu sistem koloid, maka
berkas cahaya tersebut kelihatan dengan jelas. Hal itu disebabkan
penghamburan cahaya oleh partikel-partikel koloid. Gejala seperti itulah
yang disebut efek Tyndall koloid.
Gambar 1. Perbedaan (a)larutan, (b)koloid dan (c)suspensi dengan menggunakanefek tyndal
Istilah efek Tyndall didasarkan pada nama penemunya, yaitu John Tyndall
(1820-1893) seorang ahli fisika Inggris. John Tyndall berhasil
menerangkan bahwa langit berwarna biru disebabkan karena penghamburan
cahaya pada daerah panjang gelombang biru oleh partikel-partikel oksigen
dan nitrogen di udara. Berbeda jika berkas cahaya dilewatkan melalui
larutan, nyatanya berkas cahaya seluruhnya dilewatkan. Akan tetapi, jika
berkas cahaya tersebut dilewatkan melalui suspensi, maka berkas cahaya
tersebut seluruhnya tertahan dalam suspensi tersebut.
2. Gerak Brown
Dengan menggunakan mikroskop ultra (mikroskop optik yang digunakan
untuk melihat partikel yang sangat kecil) partikel-partikel koloid
tampak bergerak terus-menerus, gerakannya patah-patah (zig-zag), dan
arahnya tidak menentu. Gerak sembarang seperti ini disebut gerak Brown.
Gerak Brown ditemukan oleh seorang ahli biologi berkebangsaan Inggris,
Robert Brown ( 1773 – 1858), pada tahun 1827.
Gerak Brown terjadi akibat adanya tumbukan yang tidak seimbang antara
partikel-partikel koloid dengan molekul-molekul pendispersinya. Gerak
Brown akan makin cepat, jika partikel-partikel koloid makin kecil. Gerak
Brown adalah bukti dari teori kinetik molekul.
Gambar 2. Gerak Brown
3. Elektroforesis
Koloid ada yang netral dan ada yang bermuatan listrik. Bagaimana
mengetahui suatu koloid bermuatan listrik atau tidak? Dan mengapa koloid
bermuatan listrik?
Jika partikel-partikel koloid dapat bergerak dalam medan listrik,
berarti partikel koloid tersebut bermuatan listrik. Jika sepasang
elektrode dimasukkan ke dalam sistem koloid, partikel koloid yang
bermuaran positif akan menuju elektrode negatif (katode) dan partikel
koloid yang bermuatan negatif akan menuju elektrode positif (anode).
Pergerakan partikel-partikel koloid dalam medan listrik ke masing-masing
elektrode disebut elektroforesis . Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa elektroforesis dapat digunakan untuk menentukan jenis muatan koloid.
| |
|
Pada sel elektroforesis, partikel-partikel koloid akan dinetralkan
muatannya dan digumpalkan di bawah masing-rnasing elektrode. Di samping
untuk menentukan muatan suatu partikel koloid, elektroforesis digunakan
pula dalam industri, misalnya pembuatan sarung tangan dengan karet. Pada
pembuatan sarung tangan ini, getah karet diendapkan pada cetakan
berbentuk tangan secara elektroforesis. Elektroforesis juga digunakan
untuk mengurangi pencemaran udara yang dikeluarkan melalui cerobong asap
pabrik. Metode ini pertama-tama dikembangkan oleh Frederick Cottrell
(1877 - 1948) dari Amerika Serikat. Metode ini dikenal dengan metode Cottrell
. Cerobong asap pabrik dilengkapi dengan suatu pengendap listrik
(pengendap Cottrell), berupa lempengan logam yang diberi muatan listrik
yang akan menggumpalkan partikel-partikel koloid dalam asap buangan.
4. Absorpsi
Suatu partikel koloid akan bermuatan listrik apabila terjadi penyerapan
ion pada permukaan partikel koloid tersebut. Contohnya, koloid Fe(OH) 3 dalam air akan menyerap ion H + sehingga bermuatan positif, sedangkan koloid As 2 S 3 akan menyerap ion-ion negatif. Kita tahu bahwa peristiwa ketika permukaan suatu zat dapat menyerap zat lain disebut absorpsi
. Berbeda dengan absorpsi pada umumnya, penyerapan yang hanya sampai ke
bagian dalam di bawah permukaan suatu zat, suatu koloid mempunyai
kemampuan mengabsorpsi ion-ion. Hal itu terjadi karena koloid tersebut
mempunyai permukaan yang sangat luas. Sifat absorpsi partikel-partikel
koloid ini dapat dimanfaatkan, antara lain sebagai berikut.
a. Pemutihan gula pasir
Gula pasir yang masih kotor (berwarna coklat) diputihkan dengan cara
absorpsi. Gula yang masih kotor dilarutkan dalam air panas, lalu
dialirkan melalui sistem koloid, berupa mineral halus berpori atau arang
tulang. Kotoran gula akan diabsorpsi oleh mineral halus berpori atau
arang tulang sehingga diperoleh gula berwarna putih.
b. Pewarnaan serat wol, kapas, atau sutera
Serat yang akan diwarnai dicampurkan dengan garam A1 2 (SO 4 ) 3, lalu dicelupkan dalam larutan zat warna. Koloid Al(OH) 3 yang terbentuk, karena A1 2 (SO 4 ) 3 terhidrolisis, akan mengabsorpsi zat warna.
c. Penjernihan air
Air keruh dapat dijernihkan dengan menggunakan tawas (K 2 SO 4 A1 2 (SO 4 ) 3 ) yang ditambahkan ke dalam air keruh. Koloid Al(OH) 3 yang terbentuk akan mengabsorpsi, menggumpalkan, dan mengendapkan kotoran-kotoran dalam air.
d. Obat
Serbuk karbon (norit), yang dibuat dalam bentuk pil atau tablet,
apabila diminum dapat menyembuhkan sakit perut dengan cara absorpsi.
Dalam usus, norit dengan air akan membentuk sistem koloid yang mampu
mengabsorpsi dan membunuh bakteri-bakteri berbahaya yang menyebabkan
sakit perut.
e. Alat Pembersih (sabun)
Membersihkan benda-benda dengan mencuci memakai sabun didasarkan pada
prinsip absorpsi. Buih sabun mempunyai permukaan yang luas sehingga
mampu mengemulsikan kotoran yang melekat pada benda yang dicuci.
f. Koloid tanah liat mampu menyerap koloid humus
Koloid tanah dapat mengabsorpsi koloid humus yang diperlukan tumbuh-tumbuhan sehingga tidak terbawa oleh air hujan.
5. Koagulasi
Koagulasi
adalah proses penggumpalan partikel-partikel koloid. Proses koagulasi
ini terjadi akibat tidak stabilnya sistem koloid. Sistem koloid stabil
bila koloid tersebut bermuatan positif atau bermuatan negatif. Jika
muatan pada sistem koloid tersebut dilucuti dengan cara menetralkan
muatannya, maka koloid tersebut menjadi tidak stabil lalu terkoagulasi
(menggumpal). Koagulasi dengan cara menetralkan muatan koloid dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu sebagai berikut.
1) Penambahan Zat Elektrolit
Jika pada suatu koloid bermuatan ditambahkan zat elektrolit, maka
koloid tersebut akan terkoagulasi. Contohnya, lateks (koloid karet) bila
ditambah asam asetat, maka lateks akan menggumpal. Dalam koagulasi ini
ada zat elektrolit yang lebih efisien untuk mengoagulasikan koloid
bermuatan, yaitu sebagai berikut.
a.
Koloid bermuatan positif lebih mudah dikoagulasikan oleh elektrolit
yang muatan ion negatifnya lebih besar. Contoh; koloid Fe(OH) 3 adalah koloid bermuatan positif, lebih mudah digumpalkan oleh H 2 SO 4 daripada HC1.
b. Koloid bermuatan negatif lebih mudah dikoagulasikan oleh elektrolit yang muatan ion positifnya lebih besar. Contoh; koloid As 2 S 3 adalah koloid bermuatan negatif, lebih mudah digumpalkan oleh BaCl 2 daripada NaCl
2) Mencampurkan Koloid yang Berbeda Muatan
Bila dua koloid yang berbeda muatan dicampurkan, maka kedua koloid
tersebut akan terkoagulasi. Hal itu disebabkan kedua koloid saling
menetralkan sehingga terjadi gumpalan. Contoh, campuran koloid Fe(OH) 3 dengan koloid As 2 S 3 .
Selain koagulasi yang disebabkan adanya pelucutan muatan koloid,
seperti di atas, ada lagi proses koagulasi dengan cara mekanik, yaitu
melakukan pemanasan dan pengadukan terhadap suatu koloid. Contohnya,
pembuatan lem kanji, sol kanji dipanaskan sampai membentuk gumpalan yang
disebut 1em kanji.
Di bawah ini beberapa contoh koagulasi dalam kehidupan sehari-hari dan dalam industri.
a) Pembentukan delta di muara sungai.
Hal ini terjadi karena koloid tanah liat akan terkoagulasi ketika bercampur dengan elektrolit dalam air laut.
b) Penggumpalan lateks (koloid karet) dengan cara menambahkan asam asetat ke dalam lateks.
c) Sol tanah liat (berbentuk lumpur) dalam air, yang membuat air menjadi keruh, akan menggumpal jika ditambahkan tawas. Ion Al 3+ akan menggumpalkan koloid tanah liat yang bermuatan negatif.
6. Koloid Liofil dan Koloid Liofob
Adanya sifat absorpsi dan zat terdispersi (dengan fase padat) terhadap
mediumnya (dengan fase cair), maka kita mengenal dua jenis sol, yaitu
sol liofil dan sal liofob. Sol liofil ialah sol yang zat terdispersinya akan menarik dan mengabsorpsi molekul mediumnya. Sol liofob ialah sol yang zat terdispersinya tidak menarik dan tidak mengabsorpsi molekul mediumnya.
Bila sol tersebut menggunakan air sebagai medium, maka kedua jenis
koloid tersebut adalah sol hidrofil dan sot hidrofob. Contoh koloid
hidrofil adalah kanji, protein, sabun, agar-agar, detergen, dan gelatin.
Contoh koloid hidrofob adalah sol-sol sulfida, sol-sol logam, sol
belerang, dan sol Fe(OH) 3 .
Sol liofil lebih kental daripada mediumnya dan tidak terkoagulasi jika
ditambah sedikit elektrolit. Oleh karena itu, koloid liofil lebih stabil
jika dibandingkan dengan koloid liofob. Untuk menggumpalkan koloid
liofil diperlukan elektrolit dalam jumlah banyak, sebab selubung
molekul-molekul cairan yang berfungsi sebagai pelindung harus dipecahkan
terlebih dahulu. Untuk memisahkan mediumnya, pada koloid liofil, dapat
kita lakukan dengan cara pengendapan atau penguraian. Akan tetapi, jika
zat mediumnya ditambah lagi, maka akan terbentuk koloid liofil lagi.
Dengan kata lain, koloid liofil bersifat reversibel . Koloid liofob mempunyai sifat yang berlawanan dengan koloid liofil.
7. Dialisis
Untuk menghilangkan ion-ion pengganggu kestabilan koloid pada proses
pembuatan koloid, dilakukan penyaringan ion-ion tersebut dengan
menggunakan membran semipermeabel . Proses penghilangan ion-ion pengganggu dengan cara menyaring menggunakan membran/selaput semipermeabel disebut dialisis
. Proses dialisis tersebut adalah sebagai berikut. Koloid dimasukkan ke
dalam sebuah kantong yang terbuat dari selaput semipermeabel. Selaput
ini hanya dapat melewatkan molekul-molekul air dan ion-ion, sedangkan
partikel koloid tidak dapat lewat. Jika kantong berisi koloid tersebut
dimasukkan ke dalam sebuah tempat berisi air yang mengalir, maka ion-ion
pengganggu akan menembus selaput bersama-sama dengan air. Prinsip
dialisis ini digunakan dalam proses pencucian darah orang yang ginjalnya
(alat dialisis darah dalam tubuh) tidak berfungsi lagi.
8. Koloid Pelindung
Untuk sistem koloid yang kurang stabil, perlu kita tambahkan suatu
koloid yang dapat melindungi koloid tersebut agar tidak terkoagulasi.
Koloid pelindung ini akan membungkus atau membentuk lapisan di
sekeliling partikel koloid yang dilindungi. Koloid pelindung ini sering
digunakan pada sistem koloid tinta, cat, es krim, dan sebagainya; agar
partikel-partikel koloidnya tidak menggumpal. Koloid pelindung yang
berfungsi untuk menstabilkan emulsi disebut emulgator (zat
pengemulsi). Contohnya, susu yang merupakan emulsi lemak dalam air,
emulgatornya adalah kasein (suatu protein yang dikandung air susu).
Sabun dan detergen juga termasuk koloid pehindung dari emulsi antara
minyak dengan air.
- Posted: Mon 01 Mar, 2010 GMT
- In: Sistem Koloid
- Permalink : Sifat –Sifat Koloid
- Comments: 15
- Viewed 3599 times.
Pembuatan Sistem Koloid
Jika kita atau sebuah industri akan memproduksi suatu produk berbentuk
koloid, bahan bakunya adalah larutan (partikel berukuran kecil) atau
suspensi (partikel berukuran besar). Didasarkan pada bahan bakunya,
pembuatan koloid dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu sebagai berikut.
1. Kondensasi
Kondensasi
adalah cara pembuatan koloid dari partikel kecil (larutan) menjadi
partikel koloid. Proses kondensasi ini didasarkan atas reaksi kimia;
yaitu melalui reaksi redoks, reaksi hidrolisis, dekomposisi rangkap, dan
pergantian pelarut.
1) Reaksi Redoks
Contoh
a. Pembuatan sol belerang dari reaksi redoks antara gas H 2 S dengan larutan SO 2 .
Persamaan reaksinya: 2 H 2 S (g) + SO 2 (aq) →2 H 2 O (l) + 3 S (s)
sol belerang
b. Pembuatan sol emas dari larutan AuCl 3 dengan larutan encer formalin (HCHO).
Persamaan reaksinya:
2 AuCl 3(aq) + 3 HCHO (aq) + 3H 2 O (l) → 2 Au (s) + 6HCl (aq) + 3 HCOOH (aq)
sol emas
2) Reaksi Hidrolisis
Contoh, pembuatan sol Fe(OH) 3 dengan penguraian garam FeCl 3 Persamaan reaksinya adalah: mengunakan air mendidih.
FeCl 3 (aq) + 3 H 2 O (l) → Fe(OH) 3 (s) + 3 HCl ( aq)
sol Fe(OH) 3
3) Reaksi Dekomposisi Rangkap
Contoh
a) Pembuatan sol As 2 S 3, dibuat dengan mengalirkan gas H 2 S dan asam arsenit (H 3 AsO 3 ) yang encer.
Persamaan reaksinya: 2 H 3 AsO 3 (aq) + 3 H 2 S (g) → As 2 S 3 (s) + 6H 2 O (l)
sol As 2 S 3
b) Pembuatan sol AgCl dari larutan AgNO 3 dengan larutan NaCl encer.
Persamaan reaksinya: AgNO 3 (aq) + NaC1 (aq) → AgCl (s) + NaNO 3 (aq)
Sol AgCl
4) Reaksi Pergantian Pelarut
Contoh, pembuatan sol belerang dari larutan belerang dalam alkohol ditambah dengan air. Persamaan reaksinya:
S (aq) + alkohol + air → S (s) Larutan S sol belerang
2. Dispersi
Dispersi
adalah pembuatan partikel koloid dari partikel kasar (suspensi).
Pembuatan koloid dengan dispersi meliputi: cara mekanik, peptisasi,
busur Bredig, dan ultrasonik.
1) Proses Mekanik
Proses mekanik
adalah proses pembuatan koloid melalui penggerusan atau penggilingan
(untuk zat padat) serta dengan pengadukan atau pengocokan (untuk zat
cair). Setelah diperoleh partikel yang ukurannya sesuai dengan ukuran
koloid, kemudian didispersikan ke dalam medium (pendispersinya). Contoh,
pembuatan sol belerang.
2) Peptisasi
Peptisasi
adalah cara pembuatan koloid dengan menggunakan zat kimia (zat
elektrolit) untuk memecah partikel besar (kasar) menjadi partikel
koloid. Contoh, proses pencernaan makanan dengan enzim dan pembuatan sol
belerang dari endapan nikel sulfida, dengan mengalirkan gas asam
sulfida.
3) Busur Bredig
Busur Bredig
ialah alat pemecah zat padatan (logam) menjadi partikel koloid dengan
menggunakan arus listrik tegangan tinggi. Caranya adalah dengan membuat
logam, yang hendak dibuat solnya, menjadi dua kawat yang berfungsi
sebagai elektrode yang dicelupkan ke dalam air; kemudian diberi loncatan
listrik di antara kedua ujung kawat. Logam sebagian akan meluruh ke
dalam air sehingga terbentuk sol logam. Contoh, pembuatan sol logam.
4) Suara Ultrasonik
Cara ini hampir sama dengan cara busur Bredig, yaitu sama-sama untuk
pembuatan sol logam. Ka1au busur Bredig menggunakan arus listrik
tegangan tinggi, maka cara ultrasonik menggunakan energi bunyi dengan
frekuensi sangat tinggi, yaitu di atas 20.000 Hz.
- Posted: Mon 01 Mar, 2010 GMT
- In: Sistem Koloid
- Permalink : Pembuatan Sistem Koloid
- Comments: 6
- Viewed 4783 times.
Komponen dan Pengelompokkan Sistem Koloid
1. Sistem Koloid
Apakah sistem koloid itu? Untuk dapat memahami tentang sistem koloid perhatikanlah campuran berikut ini.
a. Gula dicampurkan dengan air
Gula yang dicampur dengan air menghasilkan campuran yang jernih, yaitu
air gula. Pada campuran air gula ini zat gula sudah tidak tampak lagi
dalam campuran itu. Hal ini berarti, gula bercampur dengan air secara
merata (homogen). Campuran seperti ini disebut larutan. Dalam larutan tersebut, air merupakan pelarut dan gula sebagai zat terlarut.
b. Susu dicampurkan dengan air
Susu yang dicampurkan dengan air akan menghasilkan campuran yang keruh.
Campuran susu dengan air ini sepintas memberi kesan merupakan campuran
homogen. Ternyata, susu setelah dicampur dengan air masih terlihat bisa
dibedakan antara susu dengan air. Campuran seperti inilah yang disebut koloid. Campuran koloid merupakan bentuk (fase) peralihan antara campuran homogen menjadi campuran heterogen.
c. Tanah liat dicampurkan dengan air
Hasil campuran tanah liat dengan air adalah suatu campuran yang tidak
dapat merata (heterogen). Dengan mudah mata kita dapat membedakan antara
tanah liat dengan air, dan hasih campuran tersebut; karena jika
campuran tersebut didiamkan, maka tanah liat akan terpisah dari air.
Campuran seperti inilah yang disebut suspensi.
Untuk lebih jelas melihat perbedaan antara larutan, koloid, dan suspensi perhatikanlah Tabel berikut.
Tabel 1. Perbedaan Larutan, Koloid, dan Suspensi
NO
|
Larutan
|
Koloid
|
Suspensi
|
1.
|
1 fase
|
2 fase
|
2 fase
|
2.
|
jernih
|
keruh
|
keruh
|
3.
|
homogen
|
antara homogen dan heterogen
|
heterogen
|
4.
|
diameter partikel
< 1 nm
|
diameter partikel:
1 nm < d < 100 nm
|
diameter partikel:
> 100 nm
|
5.
|
tidak dapat disaring
|
tidak dapat disaring dengan penyaring biasa
|
dapat disaring
|
6.
|
tidak memisah jika didiamkan
|
tidak memisah jika didiamkan
|
memisah jika didiamkan
|
7.
|
Contoh: larutan gula, larutan garam, larutan alkohol, larutan cuka,
larutan gas dalam udara, larutan zat yang digunakan dalam laboratorium
dan industri
|
Contoh: susu, kanji, cat, asap, kabut, buih sabun, dan busa
|
Contoh: campuran pasir dengan air, air dengan kopi, minyak dengan air, tanah liat dengan air
|
Dari beberapa keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa koloid adalah larutan yang berada di antara larutan dan suspensi.
2. Jenis-Jenis Koloid
Di atas telah kita bahas perbedaan antara larutan, koloid, dan
suspensi. Sekarang kita akan mempelajari jenis-jenis koloid. Kita telah
melihat bahwa sistem koloid terdiri atas dua fase (bentuk). Hal itu yang
disebut komponen-komponen koloid .
1. Fase zat terdispersi, yaitu zat yang fasenya berubah; kecuali jika zat yang dicampur mempunyai fase yang sama.
2. Fase zat pendispersi (fase medium), yaitu zat yang mempunyai fase yang tetap pada sistem koloidnya.
Jika dua zat yang fasenya berbeda atau sama membentuk koloid, maka
diperoleh suatu koloid yang mempunyai fase yang sama dengan fase salah
satu zat yang dicampurkan. Berdasarkan pengertian ini, maka suatu koloid
dapat ditentukan fase pendispersi dan fase terdispersinya .
Berdasarkan fase zat terdispersi, sistem koloid terbagi atas 3 bagian besar, yaitu sebagai berikut.
a. Koloid sol
Koloid sol adalah koloid dengan zat terdispersinya berfase padat.
b. Emulsi
Emulsi adalah koloid dengan zat terdispersinya berfase cair.
c. Buih
Buih adalah koloid dengan zat terdispersinya berfase gas.
Berdasarkan fase mediumnya; sol, emulsi, dan buih masih terbagi atas beberapa jenis, yaitu sebagai berikut.
a. Koloid Sol
Koloid sol dibagi menjadi 3 jenis, yaitu sebagai berikut.
1) Sol padat (padat-padat)
Sol padat
adalah jenis koloid dengan zat fase padat terdispersi dalam zat fase
padat. Contoh: logam paduan, kaca berwarna, intan hitam, dan baja.
2) Sol cair (padat-cair)
Sol cair
atau disebut sol saja adalah jenis koloid dengan zat fase padat
terdispersi dalam zat fase cair. Artinya, zat terdispersi berfase padat
dan zat pendispersi (medium) berfase cair. Contoh: cat, tinta, dan
kanji.
3) Sol gas (padat-gas)
Sol gas (aerosol padat)
adalah koloid dengan zat fase padat terdispersi dalam zat fase gas.
Artinya, zat terdispersi berfase padat dan zat pendispersi (medium)
berfase gas. Contoh: asap dan debu.
b. Koloid Emulsi
Koloid emulsi dibagi menjadi 3 jenis, yaitu sebagai berikut.
1) Emulsi padat (cair-padat)
Emulsi padat (gel)
adalah koloid dengan zat fase cair terdispersi dalam zat fase padat.
Artinya, zat terdispersi berfase cair dan zat pendispersi (medium)
berfase padat. Contoh: mentega, keju, jeli, dan mutiara.
2) Emulsi cair (cair-cair)
Emulsi cair (emulsi)
adalah koloid dengan zat fase cair terdispersi dalam zat fase cair.
Artinya, zat terdispersi berfase cair dan zat pendispersi (medium)
berfase cair. Contoh: susu, minyak ikan, dan santan kelapa.
3) Emulsi gas (cair-gas)
Emulsi gas (aerosol cair)
adalah koloid dengan zat fase cair terdispersi dalam zat fase gas.
Artinya, zat terdispersi berfase cair dan zat pendispersi (medium)
berfase gas. Contoh: insektisida (semprot), kabut, dan hair spray .
c. Koloid Buih
Koloid buih dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu sebagai berikut.
1) Buih padat (gas-padat)
Buih padat
adalah koloid dengan zat fase gas terdispersi dalam zat fase padat.
Artinya, zat terdispersi berfase gas dan zat pendispersi (medium)
berfase padat. Contoh: busa pada jok mobil dan batu apung.
2) Buih cair (gas-cair)
Buih cair (buih)
adalah koloid dengan zat fase gas terdispersi dalam zat fase cair.
Artinya, zat terdispersi berfase gas dan zat pendispersi (medium)
berfase cair. Contoh: buih sabun, buih soda, dan krim kocok.
Untuk zat berfase gas terdispersi dalam zat berfase gas bukan merupakan
koloid, melainkan merupakan larutan. Contohnya, larutan-larutan dalam
udara bersih.
3. Koloid dalam Industri
Koloid merupakan satu-satunya bentuk campuran bukan larutan yang
komposisinya (susunannya) merata dan stabil (tidak memisah jika
didiamkan). Pada umumnya, produk industri untuk kebutuhan manusia dibuat
dalam bentuk koloid. Koloid sangat diperlukan dalam industri cat,
keramik, plastik, tekstil, kertas, karet, lem, semen, tinta, kulit, film
foto, bumbu selada, mentega, keju, makanan, kosmetika, pelumas, sabun,
obat semprot insektisida, detergen, selai, gel, perekat, dan sejumlah
besar produk-produk industri lainnya.
No comments:
Post a Comment