Friday, June 29, 2012

Cara Pelapisan Logam Secara Listrik (Elektroplating)

elektroplatingPELAPISAN TEMBAGA
Dalam pelapisan tembaga digunakan bermacam-macan larutan elektrolit, yaitu :
1. Larutan asam
2. Larutan sianida
3. Larutan fluoborat
4. Larutan pyrophosphat
Diantara empat macam larutan di atas yang paling banyak digunakan adalah larutan asam dan larutan sianida
PELAPISAN TIMAH PUTIH
Pelapisan timah putih pada besi dengan cara listrik (elektroplating) sudah sangat lama dilakukan untuk kaleng-kaleng makanan, minuman dan sebagainya. Pelapisan secara listrik pada umumnya sudah menggantikan pelapisan secara celup panas, karena pelapisan secara celup panas menghasilkan lapisan yang tebal dan kurang merata (kurang halus) sedangkan pelapisan secara listrik dapat menghasilkan lapisan yang tipis dan lebih merata/halus. Dengan keuntungan tersebut pada saat ini lebih banyak industri yang melakukan pelapisan timah putih secara listrik dari pada secara celup panas (Hot Dip Galvanizing)..
PELAPISAN SENG
Seng sudah lama dikenal sebagai pelapis besi yang tahan korosi, murah harganya, dan mempunyai tampak permukaan yang cukup baik. Pelapisan senga pada besi dilaksanakan dengan beberapa cara seperti galvanizing, sherardizing, atau metal spraying. Namun pelapisan secara listrik (elektroplating) lebih disukai karena mempunyai beberapa keuntungan bila dibandingkan dengan cara-cara pelapisan yang lain, diantaranya :
a. Lapisan lebih merata
b. Daya rekat lapisan lebih baik
c. Tampak permukaan lebih baik
Karena beberapa keuntungan itulah maka lebih banyak dilaksanakan pelapisan secara listrik daripada cara-cara lainnya. Pelapisan seng secara listrik kadang juga disebut elektro-galvanizing. Larutan elektrolit yang sering digunakan ada dua macam yaitu larutan asam dan larutan sianida. Bila kedua larutan tersebut dibandingkan maka permukaan lapisan hasil dari penggunaan larutan sianida adalah lebih baik jika dibandingkan dengan larutan asam. Namun larutan asam digunakan bila dikehendaki kecepatan pelapisan yang tinggi dan biaya yang lebih murah.
Larutan lain yang sering digunakan pada pelapisan adalah larutan alkali zincat dan larutan pyrophosphat.
PELAPISAN NIKEL
Pada saat ini, pelapisan nikel pada besi banyak sekali dilaksanakan baik untuk tujuan pencegahan karat ataupun untuk menambah keindahan. Dengan hasil lapisannya yang mengkilap maka dari segi ini nikel adalah yang paling banyak diinginkan untuk melapis permukaan. Dalam pelapisan nikel selain dikenal lapisan mengkilap, terdapat juga jenis pelapisan yang buram hasilnya. Akan tetapi tampak permukaan yang buram inipun dapat juga digosok hingga halus dan mengkilap. Jenis lain dari pelapisan nikel adalah pelapisan yang berwarna hitam. Warna hitam inipun tampak menarik dan digunakan biasanya untuk melapis laras senapan dan lainnya.
PELAPISAN KHROM
Selain nikel, maka pelapisan khrom banyak dilaksanakan untuk mendapatkan permukaan yang menarik. Karena sifat khas khrom yang sangat tahan karat maka pelapisan khrom mempunyai kelebihaan tersendiri bila dibandingkan dengan pelapisan lainnya. Selain sifat dekoratif dan atraktif dari pelapisan khrom, keuntungan lain dari pelapisan khrom adalah dapat dicapainya hasil pelapisan yang keras. Sumber logam khrom didapat dari asam khrom, tapi dalam perdagangan yang tersedia adalah khrom oksida (Cr O3) sehingga terdapatnya asam khrom adalah pada waktu khrom oksida bercampur dengan air.

Proses Pengolahan Kayu Ramah Lingkungan

paperroll
Para ilmuwan dari Queen’s University (Belfast, UK) telah menemukan suatu cara ramah lingkungan untuk menguraikan kayu menggunakan larutan-larutan ion sehingga dapat dihasilkan produk yang bermanfaat dalam bidang tekstil, industri kertas dan pakaian, serta bahan bakar biologis. Dr Héctor Rodríguez dan Professor Robin Rogers dari Sekolah Kimia dan Teknik Kimia universitas tersebut bekerja sama dengan The University of Alabama (USA) untuk mengembangkan sistem yang lebih ekonomis dan efisien untuk mengolah kayu. Solusi yang mereka kembangkan dapat menjadi petunjuk baru bagi industri-industri yang berbahan baku biomassa.
Pada saat ini, kayu masih diolah dengan proses Kraft; sebuah sistem pengolahan kayu yang ditemukan pada abad ke-19. Pada dasarnya, proses tersebut mengandalkan sodium hidroksida dan sodium sulfida untuk menguraikan lignin (sel kayu) pada selulosa. Meskipun populer pada industri pulp dan kertas, proses Kraft masih tergolong boros energi dan tidak ramah lingkungan. Hal ini terbukti dari banyaknya limbah yang dihasilkan, baik berupa limbah cair maupun gas. Alasan mengapa proses kuno ini masih dipakai adalah karena sulitnya mencari metode yang efektif untuk menguraikan dan memisahkan komponen-komponen dalam kayu. Bahkan, proses-proses yang belakangan dikembangkan tetap menunjukkan kelemahan-kelemahan tersendiri dalam mengatasi hal tersebut.
Peneliti-peneliti Queen’s University menemukan bahwa bilah-bilah kayu lunak dan keras dapat larut dalam larutan ion pada kondisi temperatur dan tekanan yang sedang. Dengan mengontrol penambahan air dan campuran air-aseton pada sistem, kayu yang terlarut dapat dipisahkan secara parsial menjadi materi kaya selulosa dan lignin murni. Proses tersebut terbukti jauh lebih ramah lingkungan dibandingkan proses Kraft karena limbah yang dihasilkan tingkat toksisitasnya lebih rendah, serta lebih mudah dibiodegradasi.
Profesor Robin Rogers menjelaskan pentingnya penemuan ini karena selulosa dan lignin sendiri digunakan dalam berbagai bidang. Selulosa dapat dipakai untuk produksi kertas, bioenergi, katun dan linen, serta berbagai komoditas material dan kimiawi lainnya. Lignin biasa digunakan sebagai aditif yang memperkuat berbagai konstruksi, misalnya mobil dan pesawat terbang, tetapi dengan berat yang relatif lebih ringan dibanding materi penguat lainnya.
Pendekatan lainnya juga sedang dikembangkan oleh tim ilmuwan tersebut, meliputi penambahan beberapa zat aditif ramah lingkungan atau penggunaan katalis. Mereka berharap dapat dicapai tingkat kelarutan yang lebih tinggi pada kondisi fisik yang lebih halus, juga dengan hasil pemisahan yang lebih baik. Tidak sampai disitu, misi mereka selanjutnya akan berfokus pada biomasa yang kaya dengan minyak dan biasa digunakan dalam industri minyak wangi.

Teknologi Pemanfaatan Limbah Sekam Padi dan Gambut Untuk Pembangkit Listrik Dengan Diesel Genset - Gasifikasi

sekam-padiPendahuluan / Manfaat
Seperti diketahui bahwa sebagian besar desa-desa di Indonesia merupakan daerah penghasil padi, dimana limbah sekam padi atau gambut dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar pembangkit listrik dengan sistem gasifikasi. Selain berdasarkan ketersediaan sumberdaya energi di suatu daerah, pengembangan program listrik pedesaan ini harus pula memenuhi kriteria kehandalan yang tinggi baik dari segi kualitas, kuantitas, dan harga listrik yang layak.
Dengan program listrik pedesaan yang menggunakan gasifikasi limbah biomasa atau gambut ini diharapkan bisa memacu pertumbuhan ekonomi pedesaan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pengembangan industri kecil dan rumah tangga, dimana kaitannya bisa membantu program pemerintah untuk pengentasan kemiskinan.
Dari
Sampai
Penduduk
125 jiwa
2.000+ jiwa
Rumah Tangga
25 Rumah Tangga
400+ Rumah Tangga
Pemakaian Listrik per Rumah
150 Watt-jam/hari
1000 Watt-jam/hari
Penggunaan Listrik
Penerangan,Radio,TV
Pemakaian produktif
Sumber Energi Terbarukan
Tidak Ada
Matahari, Angin, Air, Biomasa, Gambut
Ekonomi
Miskin
Swasembada
Jarak dengan Jaringan PLN
Jauh, Terisolir
Dekat
Kondisi Lingkungan
Hutan Tropis
Pantai
Daerah
Berbukit
Datar
Jalur Perhubungan
Sangat Susah
Mudah Dicapai
Tabel 1. Tipikal Kondisi Pedesaan di Indonesia
PERALATANBioner - 1 terdiri dari tiga sistem utama yaitu sistem gasifikasi (gasifier/reaktor), sistem pembersihan dan pendinginan gas, dan sistem pembangkit tenaga listrik dan atau penggerak utama (tenaga pompa air, penggilingan padi, dll).
PERSIAPAN1. Isi bak air sampai tanda batas Max
2. Penuhi hopper dengan sekam
3. Isi tungku dengan sekam sampai sebelum lobang tertutup (± 30 cm dari lobang teratas)
4. Buka penuh kran A, B, dan C dengan memutar roda kran kekiri
5. Tutup saluran dari gasifikasi diesel dengan memutar roda kran D kekiri

PENGOPERASIAN
1. Set Diesel pada putaran 1500 RPM atau 50 Hz
2. Putarlah kran B kearah menutup (putar kanan) secara perlahan-lahan hingga beda tinggi air pada pipa E menunjuk 2 slip (± 5 cm)
3. Nyalakan sekam dalam tungku merata dengan kain bekas yang telah dibasahi dengan minyak solar.
4. Setelah nyala tekan hampir merata keseluruh permukaan, tambahkan sekam diatasnya setebal ± 5 cm merata dengan jalan membuka pintu hopper F dan menutupnya kembali
5. Tunggu hingga nyala sekam timbul dipermukaan, kemudian penuhi tungku dengan sekam dengan membuka pintu F penuh.
6. Masukkan gas ke Diesel

Pemanfaatan Woodchips dan Bahan Non Sumber Makanan Menjadi Bahan Bakar Hidrogen

woodchips
Sudah tahukah anda, bahwa sel bahan bakar kendaraan yang kita gunakan untuk kebutuhan sehari-hari teryata dapat dihasilkan juga oleh enzim yang mengkonsumsi selulosa dari rumput atau woodchips (potongan kayu kecil) dan hembusan hidrogen. Peneliti di Virginia Tech, Oak Ridge National Laboratory (ORNL), dan University of Georgia telah menghasilkan gas hidrogen murni dengan daya yang cukup baik untuk sebuah sel bahan bakar dengan melakukan proses pencampuran 14 enzymes, yaitu antara lain: satu coenzyme, cellulosic dari bahan bukan makanan, dan air dengan temperature sekitar (32 derajat Celcius).
Dan hasilnya Grup penelitian ini mengumumkan tiga kemajuan dari “satu panci” proses: 1) sebuah novel kombinasi enzim, 2) meningkatkan laju generasi hidrogen - untuk secepat proses fermentasi hidrogen, dan 3) dan dimana kimia energi output lebih besar dari energi kimia disimpan dalam gula - hidrogen tertinggi hasil laporan adalah dari material cellulosic. “Selain konversi energi kimia dari gula, proses juga mengubah suhu rendah menjadi energi panas berkualitas tinggi energi hidrogen - seperti Prometheus mencuri api,” kata Percival Zhang, asisten profesor dari biologi sistem rekayasa di College Pertanian dan Life Sciences di Virginia Tech.
“Hal ini menarik karena menggunakan selulosa pati yang dapat diperbaharui memperluas sumber daya yang ada untuk memproduksi hidrogen disertakan sebagai biomas,” kata Jonathan Mielenz, pemimpin dari Bioconversion Sains dan Teknologi di ORNL Group.
Para peneliti menggunakan cellulosic terisolasi dari bahan kayu chips, potongan rumput bekas dapat juga digunakan. “Jika pecahan kecil tersebut, 2 atau 3% dari biomas tahunan yang digunakan untuk produksi gula ke sel bahan bakar hidrogen digunakan untuk transportasi, maka kita bisa mencapai kebebasan transportasi untuk bahan bakar,” ujar Zhang. (Dia menambahkan bahwa 3 persen adalah angka global untuk kebutuhan transportasi. AS akan benar-benar perlu mengkonversi sekitar 10 persen dari biomassanya - yang akan menjadi 1,3 miliar ton biomassa yang akan bermanfaat).
Penelitian ini didukung oleh Air Force Office of Scientific Research; Zhang dari DuPont Profesor Young Award, dan Departemen Energi AS.

Reaktor Microchannel, Reaktor Apa Ini ?

microchannel_reaktorTeknologi proses “microchannel“, apa ya kira-kira istilah ini ?
Dalam skala laboratorium, kita dapat melakukan reaksi kontak misalnya gas dengan padatan dalam suatu reaktor berbentuk tubular berdiameter kurang dari satu sentimeter hingga ukuran mikrometer. Atau dalam teknologi katalis, kita menggunakan material pengemban (monolith), yang memiliki ratusan saluran-saluran kecil dengan dimensi seragam. Konsep reaktor microchannel kurang lebih serupa dengan kumpulan puluhan bahkan ratusan saluran mikro yang dimensi, keteraturan dan keterkaitan disetiap saluran tadi dirancang sedemikian rupa. Peningkatan proses menjadi skala pabrik sebenarnya hanyalah sekedar menambah jumlah saluran mikro.
Jika dinding microchannel dilapisi dengan katalis maka fluida reaktan yang mengalir akan kontak dengan dinding microchannel dan terjadilah reaksi. Dimensi mikroskopik saluran bisa meningkatkan luas permukaan kontak per unit volume dan secara tidak langsung meningkatkan pula produktifitas per unit volume. Keuntungan lain adalah berkurangnya waktu tinggal fluida dalam reaktor mikro tersebut.
Ada perbedaan mendasar antara teknologi proses “microchannel” dengan “microreactor“. Teknologi microreactor berarti menggunakan reaktor berukuran kecil yang seringkali dipakai dalam tes laboratorium. Sementara teknologi microchannel tetaplah dimaksudkan untuk produksi komersial. Termasuk pula misalnya reaktor, mixer, heat exchanger, yang memanfaatkan saluran mikro untuk menampung proses aliran dan meningkatkan kinerja. Dimensi diameter saluran bervariasi dari puluhan hingga seratusan mikrometer dan panjang bisa beberapa meter. Perbedaan mendasar adalah komponen microchannel tersebut terintegrasi ke dalam sistem yang mengandung puluhan hingga ribuan saluran. Mengurangi ukuran peralatan produksi konvensional dengan sistem yang lebih kompak seperti microchannel dikenal dengan istilah intensifikasi proses. Keuntungan yang didapat adalah turunnya biaya investasi dan efisiensi energi.
Menurut pakar dari R.C. Costello & Associates, sebuah konsultan teknik di Amerika, dengan peralatan microchannel, kita dapat mengontrol temperatur hingga 0.1 derajat Celcius, yang berarti reaksi benar-benar terkendali dan mencegah timbulnya “hot spot“. Demikian juga terjadi perbaikan mutu dalam distribusi panas dan proses transfer massa. Bahkan bulan April tahun 2004 ini perusahaan besar semacam Velocys, Dow Chemical maupun laboratorium ternama, Pacific Northwest National Laboratory akan menerapkannya dalam produksi etilen maupun senyawa olefin lain.
Velocys kini sedang mengembangkan teknologi microchannel untuk produksi hidrogen melalui pembentukan uap dari gas alam (metan). Reaktor tersebut menghasilkan syngas - suatu campuran karbon monoksida dan hidrogen. Produksi hidrogen dapat dimaksimalkan melalui “water gas shift reaction”, yaitu reaksi CO dengan uap air pada temperatur lebih rendah. Proses pembentukan uap bersifat endotermik sehingga diperlukan kalor. Velocys memanfaatkan panas yang terjadi dari pembakaran metan dan hidrogen berlebih yang terbentuk pada proses pembentukan uap. Proses endotermik maupun eksotermik kemudian digabungkan. Setiap saluran mikro pembentuk uap dalam reaktor dilewatkan pada tempat mengalirnya gas pembakaran yang panas. Waktu tinggal dalam reaktor yang singkat menyebabkan suhu reaksi pada proses pembentukan uap dan pendinginan produk cepat tercapai. Pemanasan dan pendinginan yang cepat memang dibutuhkan dalam proses ini demi mencegah terbentuknya karbon.
Kombinasi yang kompak antara proses pembentukan uap dan pembakaran dapat segera mencapai kesetimbangan pada suhu dan tekanan tinggi. Kedua hal tersebut menunjukkan kedapat-capaian fluks panas dan kinetika yang cepat pada reaktor microchannel. Waktu tinggal bisa berkurang hingga 10 milidetik - bandingkan dengan reaktor konvensional yang perlu waktu 10 detik. Sebagai akibatnya, volume sistem keseluruhan bisa jauh dikurangi demi efisiensi.
Penelitian lain yang memanfaatkan reaktor microchannel misalnya proses produksi metanol dari syngas, proses mengubah gas alam menjadi senyawa hidrokarbon cair, maupun pembuatan hidrogen peroksida. Semuanya berkaitan dengan proses yang menghasilkan atau membutuhkan suhu tinggi. Teknologi terkini yang mungkin dilibatkan adalah penggunaan nano katalis terintegrasi dalam saluran mikro. Sesungguhnya, yang kecil belum tentu lemah, karena gerombolan yang kecil-kecil juga akan sekuat bahkan lebih hebat dari yang besar, tantangan untuk para ahli teknik di Indonesia.

Teknologi Penjernihan Minyak Goreng Kelapa Dengan Bahan Galian (Bentonit)

bentonit
Bentonit merupakan salah satu bahan alternatif yang dapat dipergunakan untuk bahan penjernih (bleaching agent) minyak kelapa, dimana potensi industri ini sangat besar. Pemanfaatan bentonit ini akan memberikan nilai tambah yang cukup besar, dibandingkan jika dimanfaatkan hanya sebagai bahan pengganti batu bata atau batako.
Pengembangan usaha bahan galian industri yang berdaya saing kuat, sudah saatnya dikembangkan di propinsi-propinsi atau wilayah sesuai dengan potensi yang ada. Dari hasil pengkajian yang dilakukan oleh Departemen Perindustrian, jenis-jenis industri yang mengolah atau memanfaatkan sumber daya mineral non migas, khususnya bahan galian industri, merupakan jenis industri yang memiliki daya saing tinggi, andal dan mandiri bila dibina dan dikembangkan secara sungguh-sungguh, optimal dan terkoordinasi.
MANFAAT1. Meningkatkan nilai tambah dan optimalisasi pemanfaatan sumber daya alam mineral berupa bentonit.
2. Meningkatkan kualitas fisik dan kimia minyak goreng kelapa yang dihasilkan oleh masyarakat.
3. Meningkatkan diversifikasi produk yang berasal dari bahan galian industri penjernih minyak goreng.
4. Meningkatkan produktifitas UKMK yang memanfaatkan bahan galian industri sebagai bahan baku dan bahan penunjang kegiatan produksi.
5. Meningkatkan nilai tambah produk yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan masyarakat.
BAHAN1. Minyak Goreng Kresengan
2. Bentonit teraktivasi
3. Soda Api Teknis (NaOh)
4. Air
CARA PENGOLAHAN1. Bahan baku bentonit alam dikeringkan dengan cara dijemur untuk mengurangi kandungan airnya.
2. Proses pemecahan dan penggerusan dimana bentonit dipecah menjadi dua ukuran, masing-masing sebesar biji kacang tanah dan setengah dari ukuran biji kacang tanah. Hasil pecahan bentonit dicuci sampai bersih, lalu dikeringkan (dijemur atau di oven).
3. Bentonit kering masing-masing dimasukkan ke dalam tabung penyaring (1) untuk ukuran besar dan tabung penyaring (2) untuk ukuran kecil, dengan jumlah masing-masing sebanyak ½ kg (dapat digunakan untuk 20 liter minyak goreng).
4. Masukkan minyak goreng ke dalam tabung penyaring (1), tahan beberapa menit, buka kran dan dialirkan ke tabung penyaring(2), tahan beberapa menit, lalu ditampung di ember. Lakukan proses ini 3 kali.
5. Minyak yang sudah disaring, dicampur dengan larutan soda api (1 sendok the soda api ditambah 1 l air) dengan perbandingan 2 :1 ( 2 bagian minyak, 1 bagian larutan soda api). Aduk sampai merata sampai cairan agak mengental berwarna keputih-putihan.
6. Campuran (e) dimasukkan ke dalam tabung pemisah sabun (3), biarkan beberapa menit sampai air berpisah dengan minyak (air di bagian bawah dan minyak di bagian atas). Kemudian bagian air (bawah) di buang.
7. Cuci bagian minyak dengan air panas dengan perbandingan 1: 1 (1 bagian air panas, 1 bagian minyak). Aduk merata dan lakukan pemisahan pada tabung pemisah sabun (3) seperti pada cara (e). Lakukan pencucian 3 kali.
8. Minyak yang sudah dicuci, dipanaskan secara perlahan (api kecil) selama 3 - 4 jam, untuk menghilangkan kadar air dalam minyak.
9. Minyak yang telah dipanaskan disaring dengan kain, dinginkan dan masukkan ke dalam botol atau jerigen. Minyak siap digunakan.

Saatnya membiasakan minum teh?

face_00008
Nanopartikel emas yang dibuat dengan menggunakan zat-zat kimia yang ditemukan pada daun teh bisa digunakan untuk mengobati kanker, menurut ilmuwan di Amerika Serikat.
Kattesh Katti, Raghuraman Kannan dan rekan-rekannya di University of Missouri, Columbia, menggunakan zat-zat fitokimia (senyawa-senyawa bioaktif) dari teh Darjeeling untuk mereduksi garam-garam emas menjadi nanopartikel emas. Zat-zat fitokimia juga menstabilkan nanopartikel tersebut dan menutupinya dengan sebuah lapisan non-toksik yang kuat. Karena hanya zat-zat kimia alami yagn digunakan dalam reaksi ini, maka tidak ada produk-produk limbah toksik yang dihasilkan, sehingga menjadikannya sebagai proses hijau 100 persen, kata Katti.
Reaksi-reaksi sederhana untuk membentuk nanopartikel emas menggunakan zat-zat kimia toksik, sehingga tidak cocok dijadikan sebagai obat. Disamping itu, tiol digunakan untuk menstabilkan dan mencegah bergabungnya nanopartikel-nanopartikel tersebut, tetapi ini berarti bahwa partikel-partikel ini tidak bisa terikat ke gugus obat yang mentargetkan lokasi penyakit. Metode Katti mengatasi masalah ini, karena lapisan yang terbentuk oleh zat-zat fitokimia menghentikan penggabungan nanopartikel tetapi masih memungkinkannya untuk berikatan dengan gugus-gugus obat.
Tim Katti telah menguji nanopartikel mereka untuk sel-sel kanker prostat dan kanker payudara. Mereka menemukan bahwa partikel-partikel tersebut memiliki afinitas yang sangat baik untuk reseptor-reseptor sel-sel kanker, yang berarti bahwa bisa digunakan dalam obat antikanker.
“Nanoteknologi hijau merupakan sebuah bidang yang baru muncul, yang menjembatani nanoteknologi dan ilmu alam,” kata Katti. “Proses kami sangat mungkin dilakukan dalam skala yagn lebih besar sehingga memungkinkan penemuan aplikasi medis dan teknologi nanopartikel emas yang lebih luas.”

Sel Tenaga Surya Plastik untuk Peralatan Elektronik Genggam segera hadir

sel-tenaga-surya
Solarmer Energy Inc. tengah mengembangkan panel tenaga surya plastik untuk peralatan elektronik genggam menggunakan teknologi yang dikembangkan di Universitas Chicago.
Perusahaan ini tengah menyempurnakan prototype tingkat komersial akhir tahun ini ungkap Dina Lozofsky, wakil presiden dari pengembangan IP dan penerapan strategi di Solarmer. Prototype berupa sebuah panel berukuran 8 inchi persegi (50 sentimeter persegi), diharapkan untuk mencapai efisiense sebesar 8 % dan waktu penggunaan setidaknya tiga tahun.
“Material baru dengan efisiensi yang lebih tinggi adalah kunci yang sesungguhnya dalam industri kami. Sel tenaga surya plastik berada di belakang sel tenaga surya tradisional dalam hal efisiensi yang dapat dicapai saat ini,” ujar Lozofsky. “Efisiensi (untuk panel tenaga surya plastik - red) saat ini di kisaran 5 hingga 6 persen.” Penemuan ini, sebuah semi konduktor baru yang disebut PTB1, mengubah cahaya matahari menjadi tenaga listrik. Sang penemu Luping Yu, Profesor Kimia, dan Yongye Liang, seorang mahasiswa doktoral, keduanya di Universitas Chicago, dan 5 rekan penelitinya menggambarkan detail teknis dari teknologi ini dalam artikel online yang diterbitkan pada Desember 18, 2008, di Journal of the American Chemical Society.
“Yongye adalah seorang yang sangat berpengetahuna dan ahli. Sangat kreatif,” puji Yu. “Dia memegang andil yang besar untuk kemajuan proyek ini.” Lapisan aktif dari PTBI1 hanyalah setebal 100 nanometer, lebar dari sekitar 1000 atom. Usaha menghasilkan bahkan sejumlah kecil dari material ini memerlukan waktu yang lama dan berbagai langkah. “Anda perlu memastikan bahwa anda mendapatkan apa yang anda pikir anda dapatkan,” jelas Yu.
Pihak universitas mendaftarkan paten atas temuan ini kepada Solarmer September lalu. Patent ini melingkupi beberapa jenis polimer dalam tahap pengembangan di laboratorium Yu, kata Matthew Martin, proyek manager di UChicagoTech, kantor urusan teknologi dan hak atas kekayaan intelektual. Paten ini sedang menunggu pengesahan.
Kelebihan dari teknologi ini adalah kesederhanaanya. Beberapa laboratorium di Ameriak Serikat telah menemukan polimer lain dengan tingkat efisiensi seperti yang Yu capai, tapi polimer - polimer ini memerlukan proses lebih lanjut untuk dapat menjadi produk komersial.
“Menurut kami, system kami memiliki potensi,” ujar Yu. “Sistem terbaik yang pernah dilaporkan adalah 6.5 persen tapi itu bukanlah sebuah peralatan tunggal. Itulah adalah dua peralatan.” Dengan menggabungkan keahliah Solarmer dalam bidang peralatan elektronik dan material semi konduktor temuan Yu dan Liang, mereka mampu mendorong efisiensi dari material tersebut bahkan lebih tinggi.
Solarmer didirikan tahun 2006, berkantor di El Monte, California, untuk mengkomersialisasi teknologi yang dikembangkan di laboratorium Profesor Yang Yang dari Universitas California, Los Angeles. Perusahaan ini mengembangkan panel tenaga surya yang fleksibel dan tembus pandang yang menghasilkan energi murah dan bersih dari matahari. Yu mulai berkerja dengan Solarmer atas rekomendasi dari Profesor Yang, professor di bidang teknologi bahan. Sesialisi penelitian Yu melingkupi pengembangan polimer baru dan pembuatan rantai atom yang serupa untuk membuat plastik dan material lainnya.
Program penelitian Yu termasuk pendanaan dari the National Science Foundation and a Collaborative Research Seed Grant dari Universitas Chicago dan Laboratorium Nasional Argonne . Solarmer bergabung kedalam kerjasam pendanaan dengan pihak universitas untuk menyediakan dukungan bagi peneliti postdoctoral di laboratorium Yu. Lozofsky berkata bahwa Solarmer mengharapkan penemuan polimer baru dari hasil kerjasama ini. Panel surya berbasis silikion mendominasi pasar saat ini. Pengamat industri melihat potensi dari panel surya yang murah dan fleksibel ungkap Martin. “Jika panel surya dapat dibuat efisien, panel - panel ini dapat digunak untuk berbagai hal selain dari panel surya tradisional di atap rumah,” ujarnya.

Air laut: Bahan bakar alternatif


Suatu saat nanti, anda mungkin akan melihat banyak anjing laut yang mengelilingi stasiun pengisian bahan bakar. Itu karena bukan aroma bensin, melainkan justru aroma pantai yang lebih terasa di SPBU.
John Kanzius, 63 tahun, telah berhasil menciptakan alternatif bahan bakar dari air laut. Secara kebetulan, teknisi broadcast ini menemukan sesuatu yang menakjubkan. Pada kondisi yang tepat, air laut dapat menyala dengan temperatur yang luar biasa. Dengan sedikit modifikasi, tidak menutup kemungkinan di masa depan, ini dapat di jadikan sebagai alternatif bahan bakar untuk kendaraan bermotor.
Perjalanan Kanzius menjadi inspirasi yang mengejutkan bermula ketika dia di diagnosis menderita leukimia pada tahun 2003. Dihadapkan dengan treatment kemoterapi yang melelahkan, dia memilih mencoba untuk menemukan alternatif yang lebih baik dalam menghancurkan sel-sel kanker. Kemudian di muncul dengan alat Radio Frequency Generator (RFG), sebuah mesin yang menghasilkan gelombang radio dan memancarkannya ke suatu area tertentu. Kanzius menggunakan RFG untuk memanaskan pertikel metal kecil yang dimasukkan ke dalam tumor, menghancurkan sel tumor tanpa merusak sel yang normal.
Tetapi, apa hubungannya antara kanker dengan bahan bakar air laut?
Selama percobaannya dengan RFG, dia menemukan bahwa RFG dapat menyebabkan air yang berada di sekitar test tube mengembun. Jika RFG dapat menyebabkan air mengembun, seharusnya ini dapat juga untuk memisahkan garam dari air laut. Mungkin, ini dapat digunakan untuk men-desalinitasi air laut. Sebuah peribahasa tua tentang laut, "air, air dimana-mana, dan tidak satu tetespun dapat diminum".
Beberapa negara mengalami kekeringan dan sebagian besar rakyatnya menderita kehausan, padahal 70% bumi adalah samudera yang notabene adalah air. Suatu metode yang efektif untuk menghilangkan garam dari air laut dapat menyelamatkan tak terhitung nyawa. Maka tidaklah heran jika Kanzius mencoba alat RFG-nya untuk tujuan desalinitasi air laut.
Pada test pertamanya, dia melihat efek samping yang mengejutkan. Ketika dia arahkan RFG-nya pada tabung yang berisi air laut, air itupun seperti mendidih. Kanzius lalu melakukan test kembali. Saat ini dengan kertas tisue yang terbakar dan menyentuhkannya ke dalam air laut yang sedang di tembak oleh RFG. Dia sangat terkejut, air laut dalam tabung terbakar dan tetap menyala sementara RFG dinyalakan.
Awalnya berita tentang eksperiment ini dianggap suatu kebohongan, tapi setelah para ahli kimia dari Penn State University melakukan percobaan ini, ternyata hal ini memang benar. RFG dapat membakar air laut. Nyala api dapat mencapai 3000 derajat Fanrenheit dan terbakar selama RFG dinyalakan.
Lalu bagaimanakah air laut dapat terbakar? Dan kenapa jika puntung rokok di lemparkan ke dalam laut tidak menyebabkan bumi meledak?
Ini semua berhubungan dengan hidrogen. Dalam keadaan normal, air laut mempunyai komposisi Natrium Klorida (garam) dan Hidrogen, oksigen (air) yang stabil. Gelombang radio dari RFG milik Kanzius mengacaukan kestabilan itu, memutuskan ikatan kimia yang terdapat dalam air laut. Hal ini melepaskan molekul hidrogen yang mudah menguap, dan panas yang keluar dari RFG memicu dan membakarnya dengan cepat.
Jadi akankah di masa depan nanti mobil atau motor memakai air laut daripada bensin?
Kalau teknologi ini benar-benar bisa terealisasi, dunia sudah tidak perlu khawatir lagi dengan krisis energi.

No comments:

Post a Comment

Web hosting

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls