Cara Pelapisan Logam Secara Listrik (Elektroplating)
PELAPISAN TEMBAGADalam pelapisan tembaga digunakan bermacam-macan larutan elektrolit, yaitu :
1. Larutan asam
2. Larutan sianida
3. Larutan fluoborat
4. Larutan pyrophosphat
Diantara empat macam larutan di atas yang paling banyak digunakan adalah larutan asam dan larutan sianida
PELAPISAN TIMAH PUTIH
Pelapisan timah putih pada besi dengan cara listrik (elektroplating)
sudah sangat lama dilakukan untuk kaleng-kaleng makanan, minuman dan
sebagainya. Pelapisan secara listrik pada umumnya sudah menggantikan
pelapisan secara celup panas, karena pelapisan secara celup panas
menghasilkan lapisan yang tebal dan kurang merata (kurang halus)
sedangkan pelapisan secara listrik dapat menghasilkan lapisan yang tipis
dan lebih merata/halus. Dengan keuntungan tersebut pada saat ini lebih
banyak industri yang melakukan pelapisan timah putih secara listrik dari
pada secara celup panas (Hot Dip Galvanizing)..
PELAPISAN SENG
Seng sudah lama dikenal sebagai pelapis besi yang tahan korosi, murah
harganya, dan mempunyai tampak permukaan yang cukup baik. Pelapisan
senga pada besi dilaksanakan dengan beberapa cara seperti galvanizing, sherardizing, atau metal spraying. Namun pelapisan secara listrik (elektroplating) lebih disukai karena mempunyai beberapa keuntungan bila dibandingkan dengan cara-cara pelapisan yang lain, diantaranya :
a. Lapisan lebih merata b. Daya rekat lapisan lebih baik
c. Tampak permukaan lebih baik
Karena
beberapa keuntungan itulah maka lebih banyak dilaksanakan pelapisan
secara listrik daripada cara-cara lainnya. Pelapisan seng secara listrik
kadang juga disebut elektro-galvanizing. Larutan elektrolit
yang sering digunakan ada dua macam yaitu larutan asam dan larutan
sianida. Bila kedua larutan tersebut dibandingkan maka permukaan lapisan
hasil dari penggunaan larutan sianida adalah lebih baik jika
dibandingkan dengan larutan asam. Namun larutan asam digunakan bila
dikehendaki kecepatan pelapisan yang tinggi dan biaya yang lebih murah.
Larutan lain yang sering digunakan pada pelapisan adalah larutan alkali zincat dan larutan pyrophosphat.
PELAPISAN NIKEL
Pada
saat ini, pelapisan nikel pada besi banyak sekali dilaksanakan baik
untuk tujuan pencegahan karat ataupun untuk menambah keindahan. Dengan
hasil lapisannya yang mengkilap maka dari segi ini nikel adalah yang
paling banyak diinginkan untuk melapis permukaan. Dalam pelapisan nikel
selain dikenal lapisan mengkilap, terdapat juga jenis pelapisan yang
buram hasilnya. Akan tetapi tampak permukaan yang buram inipun dapat
juga digosok hingga halus dan mengkilap. Jenis lain dari pelapisan nikel
adalah pelapisan yang berwarna hitam. Warna hitam inipun tampak menarik
dan digunakan biasanya untuk melapis laras senapan dan lainnya.
PELAPISAN KHROM
Selain
nikel, maka pelapisan khrom banyak dilaksanakan untuk mendapatkan
permukaan yang menarik. Karena sifat khas khrom yang sangat tahan karat
maka pelapisan khrom mempunyai kelebihaan tersendiri bila dibandingkan
dengan pelapisan lainnya. Selain sifat dekoratif dan atraktif dari
pelapisan khrom, keuntungan lain dari pelapisan khrom adalah dapat
dicapainya hasil pelapisan yang keras. Sumber logam khrom didapat dari
asam khrom, tapi dalam perdagangan yang tersedia adalah khrom oksida (Cr
O3) sehingga terdapatnya asam khrom adalah pada waktu khrom oksida bercampur dengan air.
Proses Pengolahan Kayu Ramah Lingkungan
Para
ilmuwan dari Queen’s University (Belfast, UK) telah menemukan suatu
cara ramah lingkungan untuk menguraikan kayu menggunakan larutan-larutan
ion sehingga dapat dihasilkan produk yang bermanfaat dalam bidang
tekstil, industri kertas dan pakaian, serta bahan bakar biologis. Dr
Héctor RodrÃguez dan Professor Robin Rogers dari Sekolah Kimia dan
Teknik Kimia universitas tersebut bekerja sama dengan The University of
Alabama (USA) untuk mengembangkan sistem yang lebih ekonomis dan efisien
untuk mengolah kayu. Solusi yang mereka kembangkan dapat menjadi
petunjuk baru bagi industri-industri yang berbahan baku biomassa.
Pada
saat ini, kayu masih diolah dengan proses Kraft; sebuah sistem
pengolahan kayu yang ditemukan pada abad ke-19. Pada dasarnya, proses
tersebut mengandalkan sodium hidroksida dan sodium sulfida untuk
menguraikan lignin (sel kayu) pada selulosa. Meskipun populer pada
industri pulp dan kertas, proses Kraft masih tergolong boros energi dan
tidak ramah lingkungan. Hal ini terbukti dari banyaknya limbah yang
dihasilkan, baik berupa limbah cair
maupun gas. Alasan mengapa proses kuno ini masih dipakai adalah karena
sulitnya mencari metode yang efektif untuk menguraikan dan memisahkan
komponen-komponen dalam kayu. Bahkan, proses-proses yang belakangan
dikembangkan tetap menunjukkan kelemahan-kelemahan tersendiri dalam
mengatasi hal tersebut.
Peneliti-peneliti
Queen’s University menemukan bahwa bilah-bilah kayu lunak dan keras
dapat larut dalam larutan ion pada kondisi temperatur dan tekanan yang
sedang. Dengan mengontrol penambahan air dan campuran air-aseton pada
sistem, kayu yang terlarut dapat dipisahkan secara parsial menjadi
materi kaya selulosa dan lignin murni. Proses tersebut terbukti jauh
lebih ramah lingkungan dibandingkan proses Kraft karena limbah yang
dihasilkan tingkat toksisitasnya lebih rendah, serta lebih mudah
dibiodegradasi.
Profesor Robin
Rogers menjelaskan pentingnya penemuan ini karena selulosa dan lignin
sendiri digunakan dalam berbagai bidang. Selulosa dapat dipakai untuk
produksi kertas, bioenergi, katun dan linen, serta berbagai komoditas
material dan kimiawi lainnya. Lignin biasa digunakan sebagai aditif yang
memperkuat berbagai konstruksi, misalnya mobil dan pesawat terbang,
tetapi dengan berat yang relatif lebih ringan dibanding materi penguat
lainnya.
Pendekatan lainnya juga
sedang dikembangkan oleh tim ilmuwan tersebut, meliputi penambahan
beberapa zat aditif ramah lingkungan atau penggunaan katalis. Mereka
berharap dapat dicapai tingkat kelarutan yang lebih tinggi pada kondisi
fisik yang lebih halus, juga dengan hasil pemisahan yang lebih baik.
Tidak sampai disitu, misi mereka selanjutnya akan berfokus pada biomasa
yang kaya dengan minyak dan biasa digunakan dalam industri minyak wangi.
Teknologi Pemanfaatan Limbah Sekam Padi dan Gambut Untuk Pembangkit Listrik Dengan Diesel Genset - Gasifikasi
Pendahuluan / Manfaat
Seperti
diketahui bahwa sebagian besar desa-desa di Indonesia merupakan daerah
penghasil padi, dimana limbah sekam padi atau gambut dapat dimanfaatkan
sebagai bahan bakar pembangkit listrik dengan sistem gasifikasi. Selain
berdasarkan ketersediaan sumberdaya energi di suatu daerah, pengembangan
program listrik pedesaan ini harus pula memenuhi kriteria kehandalan
yang tinggi baik dari segi kualitas, kuantitas, dan harga listrik yang
layak.
Dengan program listrik
pedesaan yang menggunakan gasifikasi limbah biomasa atau gambut ini
diharapkan bisa memacu pertumbuhan ekonomi pedesaan serta meningkatkan
kesejahteraan masyarakat melalui pengembangan industri kecil dan rumah
tangga, dimana kaitannya bisa membantu program pemerintah untuk
pengentasan kemiskinan.
Dari
|
Sampai
| |
Penduduk
|
125 jiwa
|
2.000+ jiwa
|
Rumah Tangga
|
25 Rumah Tangga
|
400+ Rumah Tangga
|
Pemakaian Listrik per Rumah
|
150 Watt-jam/hari
|
1000 Watt-jam/hari
|
Penggunaan Listrik
|
Penerangan,Radio,TV
|
Pemakaian produktif
|
Sumber Energi Terbarukan
|
Tidak Ada
| Matahari, Angin, Air, Biomasa, Gambut |
Ekonomi
|
Miskin
|
Swasembada
|
Jarak dengan Jaringan PLN
|
Jauh, Terisolir
|
Dekat
|
Kondisi Lingkungan
|
Hutan Tropis
|
Pantai
|
Daerah
|
Berbukit
|
Datar
|
Jalur Perhubungan
|
Sangat Susah
|
Mudah Dicapai
|
Tabel 1. Tipikal Kondisi Pedesaan di Indonesia
PERALATANBioner
- 1 terdiri dari tiga sistem utama yaitu sistem gasifikasi
(gasifier/reaktor), sistem pembersihan dan pendinginan gas, dan sistem
pembangkit tenaga listrik dan atau penggerak utama (tenaga pompa air,
penggilingan padi, dll).PERSIAPAN1. Isi bak air sampai tanda batas Max
2. Penuhi hopper dengan sekam
3. Isi tungku dengan sekam sampai sebelum lobang tertutup (± 30 cm dari lobang teratas)
4. Buka penuh kran A, B, dan C dengan memutar roda kran kekiri
5. Tutup saluran dari gasifikasi diesel dengan memutar roda kran D kekiri
PENGOPERASIAN1. Set Diesel pada putaran 1500 RPM atau 50 Hz
2. Putarlah kran B kearah menutup (putar kanan) secara perlahan-lahan hingga beda tinggi air pada pipa E menunjuk 2 slip (± 5 cm)
3. Nyalakan sekam dalam tungku merata dengan kain bekas yang telah dibasahi dengan minyak solar.
4. Setelah nyala tekan hampir merata keseluruh permukaan, tambahkan sekam diatasnya setebal ± 5 cm merata dengan jalan membuka pintu hopper F dan menutupnya kembali
5. Tunggu hingga nyala sekam timbul dipermukaan, kemudian penuhi tungku dengan sekam dengan membuka pintu F penuh.
6. Masukkan gas ke Diesel
Pemanfaatan Woodchips dan Bahan Non Sumber Makanan Menjadi Bahan Bakar Hidrogen
Sudah
tahukah anda, bahwa sel bahan bakar kendaraan yang kita gunakan untuk
kebutuhan sehari-hari teryata dapat dihasilkan juga oleh enzim yang
mengkonsumsi selulosa dari rumput atau woodchips (potongan kayu
kecil) dan hembusan hidrogen. Peneliti di Virginia Tech, Oak Ridge
National Laboratory (ORNL), dan University of Georgia telah menghasilkan
gas hidrogen murni dengan daya yang cukup baik untuk sebuah sel bahan
bakar dengan melakukan proses pencampuran 14 enzymes, yaitu antara lain:
satu coenzyme, cellulosic dari bahan bukan makanan, dan air dengan temperature sekitar (32 derajat Celcius).
Dan
hasilnya Grup penelitian ini mengumumkan tiga kemajuan dari “satu
panci” proses: 1) sebuah novel kombinasi enzim, 2) meningkatkan laju
generasi hidrogen - untuk secepat proses fermentasi hidrogen, dan 3) dan
dimana kimia energi output lebih besar dari energi kimia disimpan dalam
gula - hidrogen tertinggi hasil laporan adalah dari material cellulosic.
“Selain konversi energi kimia dari gula, proses juga mengubah suhu
rendah menjadi energi panas berkualitas tinggi energi hidrogen - seperti
Prometheus mencuri api,” kata Percival Zhang, asisten profesor dari
biologi sistem rekayasa di College Pertanian dan Life Sciences di
Virginia Tech.
“Hal ini menarik
karena menggunakan selulosa pati yang dapat diperbaharui memperluas
sumber daya yang ada untuk memproduksi hidrogen disertakan sebagai
biomas,” kata Jonathan Mielenz, pemimpin dari Bioconversion Sains dan
Teknologi di ORNL Group.
Para peneliti menggunakan cellulosic
terisolasi dari bahan kayu chips, potongan rumput bekas dapat juga
digunakan. “Jika pecahan kecil tersebut, 2 atau 3% dari biomas tahunan
yang digunakan untuk produksi gula ke sel bahan bakar hidrogen digunakan
untuk transportasi, maka kita bisa mencapai kebebasan transportasi
untuk bahan bakar,” ujar Zhang. (Dia menambahkan bahwa 3 persen adalah
angka global untuk kebutuhan transportasi. AS akan benar-benar perlu
mengkonversi sekitar 10 persen dari biomassanya - yang akan menjadi 1,3
miliar ton biomassa yang akan bermanfaat).
Penelitian
ini didukung oleh Air Force Office of Scientific Research; Zhang dari
DuPont Profesor Young Award, dan Departemen Energi AS.
Reaktor Microchannel, Reaktor Apa Ini ?
Teknologi proses “microchannel“, apa ya kira-kira istilah ini ?
Dalam skala laboratorium, kita dapat melakukan reaksi kontak misalnya
gas dengan padatan dalam suatu reaktor berbentuk tubular berdiameter
kurang dari satu sentimeter hingga ukuran mikrometer. Atau dalam
teknologi katalis, kita menggunakan material pengemban (monolith),
yang memiliki ratusan saluran-saluran kecil dengan dimensi seragam.
Konsep reaktor microchannel kurang lebih serupa dengan kumpulan puluhan
bahkan ratusan saluran mikro yang dimensi, keteraturan dan keterkaitan
disetiap saluran tadi dirancang sedemikian rupa. Peningkatan proses
menjadi skala pabrik sebenarnya hanyalah sekedar menambah jumlah saluran
mikro.
Jika dinding microchannel dilapisi dengan
katalis maka fluida reaktan yang mengalir akan kontak dengan dinding
microchannel dan terjadilah reaksi. Dimensi mikroskopik saluran bisa
meningkatkan luas permukaan kontak per unit volume dan secara tidak
langsung meningkatkan pula produktifitas per unit volume. Keuntungan
lain adalah berkurangnya waktu tinggal fluida dalam reaktor mikro
tersebut.
Ada perbedaan mendasar antara teknologi proses “microchannel” dengan “microreactor“.
Teknologi microreactor berarti menggunakan reaktor berukuran kecil yang
seringkali dipakai dalam tes laboratorium. Sementara teknologi
microchannel tetaplah dimaksudkan untuk produksi komersial. Termasuk
pula misalnya reaktor, mixer, heat exchanger, yang memanfaatkan saluran
mikro untuk menampung proses aliran dan meningkatkan kinerja. Dimensi
diameter saluran bervariasi dari puluhan hingga seratusan mikrometer dan
panjang bisa beberapa meter. Perbedaan mendasar adalah komponen
microchannel tersebut terintegrasi ke dalam sistem yang mengandung
puluhan hingga ribuan saluran. Mengurangi ukuran peralatan produksi
konvensional dengan sistem yang lebih kompak seperti microchannel
dikenal dengan istilah intensifikasi proses. Keuntungan yang didapat
adalah turunnya biaya investasi dan efisiensi energi.
Menurut
pakar dari R.C. Costello & Associates, sebuah konsultan teknik di
Amerika, dengan peralatan microchannel, kita dapat mengontrol temperatur
hingga 0.1 derajat Celcius, yang berarti reaksi benar-benar terkendali
dan mencegah timbulnya “hot spot“. Demikian juga terjadi
perbaikan mutu dalam distribusi panas dan proses transfer massa. Bahkan
bulan April tahun 2004 ini perusahaan besar semacam Velocys, Dow
Chemical maupun laboratorium ternama, Pacific Northwest National
Laboratory akan menerapkannya dalam produksi etilen maupun senyawa
olefin lain.
Velocys kini sedang mengembangkan
teknologi microchannel untuk produksi hidrogen melalui pembentukan uap
dari gas alam (metan). Reaktor tersebut menghasilkan syngas - suatu
campuran karbon monoksida dan hidrogen. Produksi hidrogen dapat
dimaksimalkan melalui “water gas shift reaction”, yaitu reaksi CO dengan
uap air pada temperatur lebih rendah. Proses pembentukan uap bersifat
endotermik sehingga diperlukan kalor. Velocys memanfaatkan panas yang
terjadi dari pembakaran metan dan hidrogen berlebih yang terbentuk pada
proses pembentukan uap. Proses endotermik maupun eksotermik kemudian
digabungkan. Setiap saluran mikro pembentuk uap dalam reaktor dilewatkan
pada tempat mengalirnya gas pembakaran yang panas. Waktu tinggal dalam
reaktor yang singkat menyebabkan suhu reaksi pada proses pembentukan uap
dan pendinginan produk cepat tercapai. Pemanasan dan pendinginan yang
cepat memang dibutuhkan dalam proses ini demi mencegah terbentuknya
karbon.
Kombinasi yang kompak antara
proses pembentukan uap dan pembakaran dapat segera mencapai
kesetimbangan pada suhu dan tekanan tinggi. Kedua hal tersebut
menunjukkan kedapat-capaian fluks panas dan kinetika yang cepat pada
reaktor microchannel. Waktu tinggal bisa berkurang hingga 10 milidetik -
bandingkan dengan reaktor konvensional yang perlu waktu 10 detik.
Sebagai akibatnya, volume sistem keseluruhan bisa jauh dikurangi demi
efisiensi.
Penelitian lain yang
memanfaatkan reaktor microchannel misalnya proses produksi metanol dari
syngas, proses mengubah gas alam menjadi senyawa hidrokarbon cair,
maupun pembuatan hidrogen peroksida. Semuanya berkaitan dengan proses
yang menghasilkan atau membutuhkan suhu tinggi. Teknologi terkini yang
mungkin dilibatkan adalah penggunaan nano katalis terintegrasi dalam
saluran mikro. Sesungguhnya, yang kecil belum tentu lemah, karena
gerombolan yang kecil-kecil juga akan sekuat bahkan lebih hebat dari
yang besar, tantangan untuk para ahli teknik di Indonesia.
Teknologi Penjernihan Minyak Goreng Kelapa Dengan Bahan Galian (Bentonit)
Bentonit
merupakan salah satu bahan alternatif yang dapat dipergunakan untuk
bahan penjernih (bleaching agent) minyak kelapa, dimana potensi industri
ini sangat besar. Pemanfaatan bentonit ini akan memberikan nilai tambah
yang cukup besar, dibandingkan jika dimanfaatkan hanya sebagai bahan
pengganti batu bata atau batako.
Pengembangan usaha bahan galian industri yang berdaya saing kuat, sudah
saatnya dikembangkan di propinsi-propinsi atau wilayah sesuai dengan
potensi yang ada. Dari hasil pengkajian yang dilakukan oleh Departemen
Perindustrian, jenis-jenis industri yang mengolah atau memanfaatkan
sumber daya mineral non migas, khususnya bahan galian industri,
merupakan jenis industri yang memiliki daya saing tinggi, andal dan
mandiri bila dibina dan dikembangkan secara sungguh-sungguh, optimal dan
terkoordinasi.
MANFAAT1. Meningkatkan nilai tambah dan optimalisasi pemanfaatan sumber daya alam mineral berupa bentonit.2. Meningkatkan kualitas fisik dan kimia minyak goreng kelapa yang dihasilkan oleh masyarakat.
3. Meningkatkan diversifikasi produk yang berasal dari bahan galian industri penjernih minyak goreng.
4. Meningkatkan produktifitas UKMK yang memanfaatkan bahan galian industri sebagai bahan baku dan bahan penunjang kegiatan produksi.
5. Meningkatkan nilai tambah produk yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan masyarakat.
BAHAN1. Minyak Goreng Kresengan
2. Bentonit teraktivasi
3. Soda Api Teknis (NaOh)
4. Air
CARA PENGOLAHAN1. Bahan baku bentonit alam dikeringkan dengan cara dijemur untuk mengurangi kandungan airnya.
2. Proses pemecahan dan penggerusan dimana bentonit dipecah menjadi dua ukuran, masing-masing sebesar biji kacang tanah dan setengah dari ukuran biji kacang tanah. Hasil pecahan bentonit dicuci sampai bersih, lalu dikeringkan (dijemur atau di oven).
3. Bentonit kering masing-masing dimasukkan ke dalam tabung penyaring (1) untuk ukuran besar dan tabung penyaring (2) untuk ukuran kecil, dengan jumlah masing-masing sebanyak ½ kg (dapat digunakan untuk 20 liter minyak goreng).
4. Masukkan minyak goreng ke dalam tabung penyaring (1), tahan beberapa menit, buka kran dan dialirkan ke tabung penyaring(2), tahan beberapa menit, lalu ditampung di ember. Lakukan proses ini 3 kali.
5. Minyak yang sudah disaring, dicampur dengan larutan soda api (1 sendok the soda api ditambah 1 l air) dengan perbandingan 2 :1 ( 2 bagian minyak, 1 bagian larutan soda api). Aduk sampai merata sampai cairan agak mengental berwarna keputih-putihan.
6. Campuran (e) dimasukkan ke dalam tabung pemisah sabun (3), biarkan beberapa menit sampai air berpisah dengan minyak (air di bagian bawah dan minyak di bagian atas). Kemudian bagian air (bawah) di buang.
7. Cuci bagian minyak dengan air panas dengan perbandingan 1: 1 (1 bagian air panas, 1 bagian minyak). Aduk merata dan lakukan pemisahan pada tabung pemisah sabun (3) seperti pada cara (e). Lakukan pencucian 3 kali.
8. Minyak yang sudah dicuci, dipanaskan secara perlahan (api kecil) selama 3 - 4 jam, untuk menghilangkan kadar air dalam minyak.
9. Minyak yang telah dipanaskan disaring dengan kain, dinginkan dan masukkan ke dalam botol atau jerigen. Minyak siap digunakan.
Saatnya membiasakan minum teh?
Nanopartikel
emas yang dibuat dengan menggunakan zat-zat kimia yang ditemukan pada
daun teh bisa digunakan untuk mengobati kanker, menurut ilmuwan di
Amerika Serikat.
Kattesh Katti,
Raghuraman Kannan dan rekan-rekannya di University of Missouri,
Columbia, menggunakan zat-zat fitokimia (senyawa-senyawa bioaktif) dari
teh Darjeeling untuk mereduksi garam-garam emas menjadi nanopartikel
emas. Zat-zat fitokimia juga menstabilkan nanopartikel tersebut dan
menutupinya dengan sebuah lapisan non-toksik yang kuat. Karena hanya
zat-zat kimia alami yagn digunakan dalam reaksi ini, maka tidak ada
produk-produk limbah toksik yang dihasilkan, sehingga menjadikannya
sebagai proses hijau 100 persen, kata Katti.
Reaksi-reaksi
sederhana untuk membentuk nanopartikel emas menggunakan zat-zat kimia
toksik, sehingga tidak cocok dijadikan sebagai obat. Disamping itu, tiol
digunakan untuk menstabilkan dan mencegah bergabungnya
nanopartikel-nanopartikel tersebut, tetapi ini berarti bahwa
partikel-partikel ini tidak bisa terikat ke gugus obat yang mentargetkan
lokasi penyakit. Metode Katti mengatasi masalah ini, karena lapisan
yang terbentuk oleh zat-zat fitokimia menghentikan penggabungan
nanopartikel tetapi masih memungkinkannya untuk berikatan dengan
gugus-gugus obat.
Tim Katti telah
menguji nanopartikel mereka untuk sel-sel kanker prostat dan kanker
payudara. Mereka menemukan bahwa partikel-partikel tersebut memiliki
afinitas yang sangat baik untuk reseptor-reseptor sel-sel kanker, yang
berarti bahwa bisa digunakan dalam obat antikanker.
“Nanoteknologi
hijau merupakan sebuah bidang yang baru muncul, yang menjembatani
nanoteknologi dan ilmu alam,” kata Katti. “Proses kami sangat mungkin
dilakukan dalam skala yagn lebih besar sehingga memungkinkan penemuan
aplikasi medis dan teknologi nanopartikel emas yang lebih luas.”
Sel Tenaga Surya Plastik untuk Peralatan Elektronik Genggam segera hadir
Solarmer
Energy Inc. tengah mengembangkan panel tenaga surya plastik untuk
peralatan elektronik genggam menggunakan teknologi yang dikembangkan di
Universitas Chicago.
Perusahaan ini
tengah menyempurnakan prototype tingkat komersial akhir tahun ini ungkap
Dina Lozofsky, wakil presiden dari pengembangan IP dan penerapan
strategi di Solarmer. Prototype berupa sebuah panel berukuran 8 inchi
persegi (50 sentimeter persegi), diharapkan untuk mencapai efisiense
sebesar 8 % dan waktu penggunaan setidaknya tiga tahun.
“Material
baru dengan efisiensi yang lebih tinggi adalah kunci yang sesungguhnya
dalam industri kami. Sel tenaga surya plastik berada di belakang sel
tenaga surya tradisional dalam hal efisiensi yang dapat dicapai saat
ini,” ujar Lozofsky. “Efisiensi (untuk panel tenaga surya plastik - red)
saat ini di kisaran 5 hingga 6 persen.” Penemuan ini, sebuah semi
konduktor baru yang disebut PTB1, mengubah cahaya matahari menjadi
tenaga listrik. Sang penemu Luping Yu, Profesor Kimia, dan Yongye Liang,
seorang mahasiswa doktoral, keduanya di Universitas Chicago, dan 5
rekan penelitinya menggambarkan detail teknis dari teknologi ini dalam
artikel online yang diterbitkan pada Desember 18, 2008, di Journal of
the American Chemical Society.
“Yongye
adalah seorang yang sangat berpengetahuna dan ahli. Sangat kreatif,”
puji Yu. “Dia memegang andil yang besar untuk kemajuan proyek ini.”
Lapisan aktif dari PTBI1 hanyalah setebal 100 nanometer, lebar dari
sekitar 1000 atom. Usaha menghasilkan bahkan sejumlah kecil dari
material ini memerlukan waktu yang lama dan berbagai langkah. “Anda
perlu memastikan bahwa anda mendapatkan apa yang anda pikir anda
dapatkan,” jelas Yu.
Pihak
universitas mendaftarkan paten atas temuan ini kepada Solarmer September
lalu. Patent ini melingkupi beberapa jenis polimer dalam tahap
pengembangan di laboratorium Yu, kata Matthew Martin, proyek manager di
UChicagoTech, kantor urusan teknologi dan hak atas kekayaan intelektual.
Paten ini sedang menunggu pengesahan.
Kelebihan dari teknologi
ini adalah kesederhanaanya. Beberapa laboratorium di Ameriak Serikat
telah menemukan polimer lain dengan tingkat efisiensi seperti yang Yu
capai, tapi polimer - polimer ini memerlukan proses lebih lanjut untuk
dapat menjadi produk komersial.
“Menurut
kami, system kami memiliki potensi,” ujar Yu. “Sistem terbaik yang
pernah dilaporkan adalah 6.5 persen tapi itu bukanlah sebuah peralatan
tunggal. Itulah adalah dua peralatan.” Dengan menggabungkan keahliah
Solarmer dalam bidang peralatan elektronik dan material semi konduktor
temuan Yu dan Liang, mereka mampu mendorong efisiensi dari material
tersebut bahkan lebih tinggi.
Solarmer
didirikan tahun 2006, berkantor di El Monte, California, untuk
mengkomersialisasi teknologi yang dikembangkan di laboratorium Profesor
Yang Yang dari Universitas California, Los Angeles. Perusahaan ini
mengembangkan panel tenaga surya yang fleksibel dan tembus pandang yang
menghasilkan energi murah dan bersih dari matahari. Yu mulai berkerja
dengan Solarmer atas rekomendasi dari Profesor Yang, professor di bidang
teknologi bahan. Sesialisi penelitian Yu melingkupi pengembangan
polimer baru dan pembuatan rantai atom yang serupa untuk membuat plastik
dan material lainnya.
Program
penelitian Yu termasuk pendanaan dari the National Science Foundation
and a Collaborative Research Seed Grant dari Universitas Chicago dan
Laboratorium Nasional Argonne . Solarmer bergabung kedalam kerjasam
pendanaan dengan pihak universitas untuk menyediakan dukungan bagi
peneliti postdoctoral di laboratorium Yu. Lozofsky berkata bahwa
Solarmer mengharapkan penemuan polimer baru dari hasil kerjasama ini.
Panel surya berbasis silikion mendominasi pasar saat ini. Pengamat
industri melihat potensi dari panel surya yang murah dan fleksibel
ungkap Martin. “Jika panel surya dapat dibuat efisien, panel - panel ini
dapat digunak untuk berbagai hal selain dari panel surya tradisional di
atap rumah,” ujarnya.
Air laut: Bahan bakar alternatif
Suatu
saat nanti, anda mungkin akan melihat banyak anjing laut yang
mengelilingi stasiun pengisian bahan bakar. Itu karena bukan aroma
bensin, melainkan justru aroma pantai yang lebih terasa di SPBU.
John
Kanzius, 63 tahun, telah berhasil menciptakan alternatif bahan bakar
dari air laut. Secara kebetulan, teknisi broadcast ini menemukan sesuatu
yang menakjubkan. Pada kondisi yang tepat, air laut dapat menyala
dengan temperatur yang luar biasa. Dengan sedikit modifikasi, tidak
menutup kemungkinan di masa depan, ini dapat di jadikan sebagai
alternatif bahan bakar untuk kendaraan bermotor.
Perjalanan
Kanzius menjadi inspirasi yang mengejutkan bermula ketika dia di
diagnosis menderita leukimia pada tahun 2003. Dihadapkan dengan
treatment kemoterapi yang melelahkan, dia memilih mencoba untuk
menemukan alternatif yang lebih baik dalam menghancurkan sel-sel kanker.
Kemudian di muncul dengan alat Radio Frequency Generator (RFG),
sebuah mesin yang menghasilkan gelombang radio dan memancarkannya ke
suatu area tertentu. Kanzius menggunakan RFG untuk memanaskan pertikel
metal kecil yang dimasukkan ke dalam tumor, menghancurkan sel tumor
tanpa merusak sel yang normal.
Tetapi, apa hubungannya antara kanker dengan bahan bakar air laut?
Selama
percobaannya dengan RFG, dia menemukan bahwa RFG dapat menyebabkan air
yang berada di sekitar test tube mengembun. Jika RFG dapat menyebabkan
air mengembun, seharusnya ini dapat juga untuk memisahkan garam dari air
laut. Mungkin, ini dapat digunakan untuk men-desalinitasi air laut.
Sebuah peribahasa tua tentang laut, "air, air dimana-mana, dan tidak
satu tetespun dapat diminum".
Beberapa negara mengalami kekeringan dan sebagian besar rakyatnya menderita kehausan, padahal 70% bumi adalah samudera yang notabene
adalah air. Suatu metode yang efektif untuk menghilangkan garam dari
air laut dapat menyelamatkan tak terhitung nyawa. Maka tidaklah heran
jika Kanzius mencoba alat RFG-nya untuk tujuan desalinitasi air laut.
Pada
test pertamanya, dia melihat efek samping yang mengejutkan. Ketika dia
arahkan RFG-nya pada tabung yang berisi air laut, air itupun seperti
mendidih. Kanzius lalu melakukan test kembali. Saat ini dengan kertas
tisue yang terbakar dan menyentuhkannya ke dalam air laut yang sedang di
tembak oleh RFG. Dia sangat terkejut, air laut dalam tabung terbakar
dan tetap menyala sementara RFG dinyalakan.
Awalnya
berita tentang eksperiment ini dianggap suatu kebohongan, tapi setelah
para ahli kimia dari Penn State University melakukan percobaan ini,
ternyata hal ini memang benar. RFG dapat membakar air laut. Nyala api
dapat mencapai 3000 derajat Fanrenheit dan terbakar selama RFG
dinyalakan.
Lalu bagaimanakah air
laut dapat terbakar? Dan kenapa jika puntung rokok di lemparkan ke dalam
laut tidak menyebabkan bumi meledak?
Ini
semua berhubungan dengan hidrogen. Dalam keadaan normal, air laut
mempunyai komposisi Natrium Klorida (garam) dan Hidrogen, oksigen (air)
yang stabil. Gelombang radio dari RFG milik Kanzius mengacaukan
kestabilan itu, memutuskan ikatan kimia yang terdapat dalam air laut.
Hal ini melepaskan molekul hidrogen yang mudah menguap, dan panas yang
keluar dari RFG memicu dan membakarnya dengan cepat.
Jadi akankah di masa depan nanti mobil atau motor memakai air laut daripada bensin?
Kalau teknologi ini benar-benar bisa terealisasi, dunia sudah tidak perlu khawatir lagi dengan krisis energi.
No comments:
Post a Comment