- Konsep Reduksi – Oksidasi (Redoks)
Contoh : Cu à Cu2+ + 2e-
Sedangkan reaksi reduksi adalah peristiwa penangkapan elektron, dimana suatu zat menerima elektron dari zat lain.
Contoh : Cu2+ + 2e- à Cu
Senyawa yang mengalami oksidasi disebut sebagai reduktor, dan senyawa yang mengalami reduksi disebut sebagai oksidator.
- Bilangan Oksidasi
Aturan penentuan biloks adalah :
- `Unsur murni atau senyawa beratom sejenis memiliki biloks nol
- Atom H memiliki biloks +1, kecuali pada senyawa hidrida seperti CH4, NH3, NaH, biloks atom H adalah -1
- Atom O memiliki biloks -2, kecuali pada senyawa
- F2O à biloks O = +2
- Senyawa peroksida (H2O2, Na2O2) à biloks O = -1
- Atom logam memiliki biloks positif (+) sesuai dengan valensi logam tersebut
- Jumlah total biloks seluruh atom dalam senyawa netral = nol
- Jumlah total biloks seluruh atom dalam ion = muatan ion
- Penyetaraan Reaksi Redoks
- Cara Langsung (Bilangan Oksidasi)
- Tulis perubahan biloks yang terjadi
- Samakan jumlah elektron yang dilepas dan diterima dengan menambahkan koefisien
- Hitung jumlah muatan kiri dan kanan
Jika muatan kiri > kanan à tambahkan OH- pada ruas kiri
Jika muatan kiri < kanan à tambahkan H+pada ruas kiri
- Samakan jumlah H dengan menambahkan H2O pada ruas kanan
Contoh :
Fe+2 + MnO4- à Fe3+ + Mn2+
5Fe+2 + MnO4- à 5Fe3+ + Mn2+
Jumlah muatan kiri = +9
Jumlah muatan kanan = +17
Selisih muatan = +8 di ruas kiri (kiri < kanan)
5Fe+2 + MnO4- + 8 H+ à 5Fe3+ + Mn2+
Jumlah H dan O di ruas kanan dan kiri tidak sama
5Fe+2 + MnO4- + 8 H+ à 5Fe3+ + Mn2+ + 4H2O (reaksi total)
- Cara Setengah Reaksi
Reaksi Suasana Asam | Reaksi Suasana Basa |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Setarakan reaksi berikut
H+
- ClO3- + S2O32- à Cl- + S4O62-
ClO3- + S2O32- à Cl- + S4O62-
ClO3- + 6e- à Cl-
{2(S2O32-) à S4O62- + 2e-} x3
ClO3- + 6S2O32- à Cl- + 3S4O62-
Ruas kanan kekurangan 3 atom O
ClO3- + 6S2O32- à Cl- + 3S4O62- + 3H2O
Ruas kiri kekurangan 6 atom H
ClO3- + 6S2O32- + 6H+ +HH à Cl- + 3S4O62- + 3H2O (reaksi total)
OH-
- Cl2 + IO3- à IO4- + Cl-
Cl2 + IO3- à IO4- + Cl-
Cl2 + 2e- à 2Cl-
IO3- à IO4- + 2e-
Ruas kiri kekurangan satu atom O
Cl2 + IO3- + 2OH- à IO4- + Cl-
Jumlah atom H dan O di ruas kiri dan kanan tidak sama
Cl2 + IO3- + 2OH- à IO4- + Cl- + H2O (reaksi total)
ELEKTROKIMIA
Elektrokimia adalah bidang ilmu kimia yang mempelajari perubahan energi kimia menjadi energi listrik atau sebaliknya.- Sel – sel Elektrokimia
1. Sel Volta / Sel Galvani à merubah energi kimia menjadi energi listrik
Contoh : batere (sel kering), accu
2. Sel Elektrolisis à merubah energi listrik menjadi energi kimia
Contoh : penyepuhan, pemurnian logam
Sel Volta / Galvani
Sel Elektrolisis
Gambar 1. Sel volta dan sel elektrolisis
- Potensial Elektroda Standar (Eo)
- Bila Eo > 0 à cenderung mengalami reduksi (bersifat oksidator)
- Bila Eo < 0 à cenderung mengalami oksidasi (bersifat reduktor)
Nilai – nilai Eo untuk berbagai spesi dapat dilihat pada gambar 8.2.
Gambar 2. Potensial reduksi standar berbagai ion
- Potensial Standar Sel (Eosel)
Eosel = Eoreduksi - Eooksidasi
Contoh :
Hitung Eosel untuk reaksi berikut :
- Zn + Cu2+ à Zn2+ + Cu
Zn2+ + 2e‑ = Zn Eo = -0,76 V
Cu2+ + 2e‑ = Cu Eo = 0,34 V
Karena Eo Cu > Eo Zn, maka
Cu à mengalami reduksi
Zn à mengalami oksidasi
Eosel = Eoreduksi - Eooksidasi
= {0,34 - (-0,76)} V
Eosel = 1,1 V
- Persamaan Nernst
Contoh :
Hitung nilai Esel untuk reaksi pada 25oC
Zn + Cu2+ à Zn2+ + Cu
Bila diketahui konsentrasi Zn2+ = 0,4 M dan konsentrasi Cu2+ = 0,2 M !
Jawab :
Esel = Eosel – ln
Dari contoh soal Eosel, diketahui Eosel untuk reaksi di atas adalah 1,1 V.
Esel = Eosel – ln
Esel = 1,1 V – 8,9.10-3 V
Esel = 1,09 V
- Elektrolisis
Untuk menentukan berat zat yang dihasilkan pada proses elektrolisis, digunakan hukum Faraday, yaitu
w = E x F
w = berat zat hasil elektrolisis
E = massa ekivalen zat elektrolisis
F = jumlah arus listrik
E = atau E =
Ar = massa atom relatif
Mr = massa molekul relatif
n = jumlah elektron yang terlibat
F =
i = arus (ampere)
t = waktu (detik)
w = x
- Kespontanan Reaksi
DGo = – n F Eosel
Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa bila suatu sel mempunyai Eosel positif, maka DGo akan negatif dan reaksinya spontan.
Elektrokimia
Keadaan standar didefinisikan sebagai keadaan pada 25o C
(298.15 K), pada keaktifan satu untuk semua zat dalam sel elektrokimia
pada sel dengan arus nol pada tekanan 1 bar (105 Pa). Untuk reaksi yang
melibatkan ion H+, keadaan standar adalah pH = 0 (sekitar konsentrasi asam 1 molar).
Dalam kasus elektrode hidrogen digunakan sebagai potensial elektrode standar, gas hidrogen 1 atm (aH2 = 1) dikontakkan perlahan dengan elektroda platinum-hitam yang dibenamkan dalam larutan asam kuat dengan keaktifan, aH+ = 1. Potentialnya diungkapkan sebagai:
dan menurut definisi E0 = 0 dalam keadaan standar. Elektroda hidrogen dalam keadaan standar disebut sebagai elektrode hidrogen standar atau NHE. Walaupun potensial reduksi biasanya diungkapkan dengan rujukan NHE standar, elektrode hidrogen sukar ditangani. Oleh karena itu elektrode kalomel jenuh atau Ag/AgCl digunakan sebagai elektroda rujukan untuk pengukuran elektrokimia sehari-hari dan potensial percobaan diukur terhadap elektroda ini atau dikonversi pada nilai NHE. Bila nilai NHE diset menjadi 0, nilai SCE 0.242 V, dan Ag/AgCl adalah 0.199 V.
Reaksi redoks terjadi hanya bila pasangan redoks ada dan reaktannya dapat berupa oksidator atau reduktor bergantung pasangan reaksinya. Kemampuan relatif redoksnya dapat diungkapkan secara numerik dengan memberikan potensial reduksi setengah reaksinya, E0 (Tabel 3.1). Perubahan energi bebas reaksi berhubungan dengan E0,
n adalah jumlah elektron yang diserahterimakan dan f adalah konstanta Faraday, 96500 C.mol-1.
Misalnya, untuk dua reaksi
Tidak berlangsung bebas, tetapi bila H+ (aq) dan Zn(s) ada, reaksi redoks akan berlangsung. Persamaan yang menyatakan reaksi yang berlangsung didapat bila reaksi ke-2 dikurangi dengan persamaan reaksi pertama
Perubahan energi bebas reaksi redoks keseluruhan adalah selisih perubahan energi masing-masing setengah reaksi.
Karena setengah sel pada dasarnya hanya imajiner dan umumnya digunakan sebagai pasangan, perubahan energi bebas ∆G01 untuk H+ diset 0. Dalam hal ini karena didapat hasil percobaan ∆G0 sebesar -147 kJ, maka ∆G02 bernilai 147 kJ. Potensial E0 yang berkaitan dengan ∆G0setengah reaksi disebut potensial reduksi standar.
Maka
Potensial standar berbagai setengah reaksi ditentukan dengan menggunakan prosedur yang mirip dengan yang disebutkan tadi (Tabel 3.1). E0 reaksi redoks dapat dihitung dengan mengkombinasikan E0 setengah reaksi ini.
Bila E0 reaksi redoks positif, ∆G0 bernilai negatif dan reaksi berlangsung spontan. Akibatnya selain menggunakan perubahan energi bebas potensial reduksi juga dapat digunakan untuk menentukan kespontanan reaksi. Semakin besar potensial reduksi semakin kuat kemampuan oksidasinya. Nilai positif atau negatif berdasarkan nilai potensial reduksi proton adalah 0, dan harus dipahami bahwa nilai positif tidak harus berarti mengoksidasi, dan nilai negatif bukan berarti mereduksi. Deretan yang disusun berdasarkan kekuatan redoks disebut deret elektrokimia.
Dalam kasus elektrode hidrogen digunakan sebagai potensial elektrode standar, gas hidrogen 1 atm (aH2 = 1) dikontakkan perlahan dengan elektroda platinum-hitam yang dibenamkan dalam larutan asam kuat dengan keaktifan, aH+ = 1. Potentialnya diungkapkan sebagai:
dan menurut definisi E0 = 0 dalam keadaan standar. Elektroda hidrogen dalam keadaan standar disebut sebagai elektrode hidrogen standar atau NHE. Walaupun potensial reduksi biasanya diungkapkan dengan rujukan NHE standar, elektrode hidrogen sukar ditangani. Oleh karena itu elektrode kalomel jenuh atau Ag/AgCl digunakan sebagai elektroda rujukan untuk pengukuran elektrokimia sehari-hari dan potensial percobaan diukur terhadap elektroda ini atau dikonversi pada nilai NHE. Bila nilai NHE diset menjadi 0, nilai SCE 0.242 V, dan Ag/AgCl adalah 0.199 V.
Reaksi redoks terjadi hanya bila pasangan redoks ada dan reaktannya dapat berupa oksidator atau reduktor bergantung pasangan reaksinya. Kemampuan relatif redoksnya dapat diungkapkan secara numerik dengan memberikan potensial reduksi setengah reaksinya, E0 (Tabel 3.1). Perubahan energi bebas reaksi berhubungan dengan E0,
n adalah jumlah elektron yang diserahterimakan dan f adalah konstanta Faraday, 96500 C.mol-1.
Misalnya, untuk dua reaksi
Tidak berlangsung bebas, tetapi bila H+ (aq) dan Zn(s) ada, reaksi redoks akan berlangsung. Persamaan yang menyatakan reaksi yang berlangsung didapat bila reaksi ke-2 dikurangi dengan persamaan reaksi pertama
Perubahan energi bebas reaksi redoks keseluruhan adalah selisih perubahan energi masing-masing setengah reaksi.
Karena setengah sel pada dasarnya hanya imajiner dan umumnya digunakan sebagai pasangan, perubahan energi bebas ∆G01 untuk H+ diset 0. Dalam hal ini karena didapat hasil percobaan ∆G0 sebesar -147 kJ, maka ∆G02 bernilai 147 kJ. Potensial E0 yang berkaitan dengan ∆G0setengah reaksi disebut potensial reduksi standar.
Maka
Potensial standar berbagai setengah reaksi ditentukan dengan menggunakan prosedur yang mirip dengan yang disebutkan tadi (Tabel 3.1). E0 reaksi redoks dapat dihitung dengan mengkombinasikan E0 setengah reaksi ini.
Bila E0 reaksi redoks positif, ∆G0 bernilai negatif dan reaksi berlangsung spontan. Akibatnya selain menggunakan perubahan energi bebas potensial reduksi juga dapat digunakan untuk menentukan kespontanan reaksi. Semakin besar potensial reduksi semakin kuat kemampuan oksidasinya. Nilai positif atau negatif berdasarkan nilai potensial reduksi proton adalah 0, dan harus dipahami bahwa nilai positif tidak harus berarti mengoksidasi, dan nilai negatif bukan berarti mereduksi. Deretan yang disusun berdasarkan kekuatan redoks disebut deret elektrokimia.
DAFTAR PUSTAKA
- Achmad, H., Penuntun Belajar Kimia TPB II; Elektro Kimia, Departemen Kimia FMIPA – ITB, Bandung, 1982
- Brady, J.E., General Chemistry : Principles and Structure, 5th edition, John Wiley and Sons, New York, 1990
- Briggs,J., Chemistry for “0” Level, 2nd edition, Longman, Singapore, 2000
- Syukri, S., Kimia Dasar 1, Penerbit ITB, Bandung, 1999
- Syukri, S., Kimia Dasar 2, Penerbit ITB, Bandung, 1999
- Syukri, S., Kimia Dasar 3, Penerbit ITB, Bandung, 1999
No comments:
Post a Comment