Reaksi Kesetimbangan di Industri Kimia
Reaksi Kesetimbangan di Industri Kimia – Reaksi-reaksi yang berkesetimbangan merupakan
masalah bagi industri, mengapa? Industri memerlukan produk yang efektif
dan efisien dengan biaya semurah-murahnya. Dalam reaksi kesetimbangan,
produk yang dihasilkan tidak efektif karena dapat membentuk kembali
pereaksi. Untuk menghasilkan produksi yang maksimal diperlukan
pengetahuan untuk menggeser posisi kesetimbangan ke arah produk.
1. Reaksi Kesetimbangan pada Industri Amonia. Amonia
merupakan bahan dasar untuk pembuatan pupuk, sebagai pelarut,
pembersih, dan banyak lagi produk sintetik yang menggunakan bahan dasar
amonia. Amonia disintesis dari gas N2 dan H2melalui proses Haber seperti ditunjukkan pada Gambar 5.11,
reaksinya membentuk kesetimbangan. Secara termokimia, pembentukan
amonia bersifat eksotermis. Persamaan termokimianya sebagai berikut.
N2(g) + 3H2(g) ⇆ 2NH3(g) ΔH25 = –92,2 kJ
Masalah utama sintesis amonia adalah bagaimana menggeser posisi kesetimbangan
ke arah kanan agar dihasilkan amonia semaksimal mungkin. Apakah Anda
punya gagasan atau saran untuk hal ini? Saran pertama tentu pereaksi
harus dipasok terus menerus agar posisi kesetimbangan bergeser ke arah pembentukan amonia. Saran kedua, suhu dan tekanan sistem harus optimal. Bagaimana caranya?
Gambar 5.11 Diagram sintentis amonia (proses Haber)
a. Optimasi Suhu. Oleh
karena pembentukan amonia bersifat eksoterm maka untuk mengoptimalkan
produksi amonia, suhu reaksi harus tinggi atau rendah? Tentunya harus
rendah karena suhu reaksi yang tinggi akan menggeser kesetimbangan ke
arah reaksi endoterm (penguraian amonia). Jika suhu terlalu rendah,
reaksi berlangsung sangat lambat (hampir tidak bereaksi). Jika suhu
terlalu tinggi, reaksi bergeser ke arah penguraian amonia. Jadi,
bagaimana cara yang efektif dan efisien? Dalam kasus seperti ini, perlu
ditentukan suhu optimum (tidak terlalu tinggi, juga tidak terlalu
rendah). Hasil penyelidikan menunjukkan bahwa suhu optimum pembentukan
amonia sekitar 450oC–500oC (perhatikan Gambar 5.12).
b. Optimasi Tekanan. Selain
optimasi suhu, tekanan juga perlu dioptimasi, mengapa? Ini dikarenakan
sintesis amonia melibatkan fasa gas dan rasio stoikiometri antara
pereaksi dan hasil reaksi tidak sama. Koefisien reaksi pembentukan
amonia lebih kecil dari koefisien pereaksi sehingga tekanan harus
tinggi. Dalam praktiknya, tekanan yang diterapkan sekitar 250 atm
(perhatikan Gambar 5.12a).
Mengapa tekanan yang diterapkan tidak
lebih tinggi lagi? Hal ini berkaitan dengan aspek teknologi. Semakin
tinggi tekanan maka diperlukan peralatan yang sangat kuat agar tidak
terjadi ledakan.
2. Reaksi Kesetimbangan pada Industri Asam Sulfat. Di
Indonesia, asam sulfat merupakan salah satu bahan baku untuk membuat
pupuk, pigmen dan cat, pembuatan besi dan baja, pembuatan pulp dan kertas, pengisi sel accumulator,
pelarut, pengatur pH di dalam proses industri, pendehidrasi, serta
pembuatan produk-produk kimia lainnya, seperti amonium sulfat dan
kalsium hidrofosfat. Pembuatan asam sulfat di industri dikembangkan
melalui proses kontak seperti pada Gambar 5.13, dengan tiga tahap utama sebagai berikut.
1. Pembentukan belerang dioksida, persamaan reaksinya adalahS( l ) + O2(g) → SO2(g)
2. Pembentukan belerang trioksida, persamaan reaksinya adalah
SO2(g) + O2(g) ⇆ SO3(g) ΔH = –190 kJ
3. Pembentukan asam sulfat, melalui zat antara, yaitu asam pirosulfat. Persamaan reaksinya adalah
SO3–(g) + H2SO4(aq) → H2S2O7(aq)
H2S2O7(aq) + ½ O(l) → 2H2SO4(aq)
Gambar 5.13 Diagram proses kontak (sintesis asam sulfat)
Dari ketiga tahapan tersebut, tahap dua
merupakan tahap yang menentukan efisiensi produk asam sulfat sebab
membentuk reaksi kesetimbangan. Jika optimasi sistem reaksi tepat maka
akan diperoleh gas SO3 yang maksimal. Bagaimana cara mengoptimasi pembentukan SO3pada tahap kedua tersebut?
a. Optimasi Suhu
Oleh karena pembentukan SO3 bersifat eksoterm, efektivitas pembentukan SO3
dioperasikan pada suhu rendah. Kendalanya, sama seperti pada kasus
pembuatan amonia. Jika suhu terlalu rendah maka reaksi berlangsung
sangat lambat. Akan tetapi, jika suhu terlalu tinggi, reaksi bergeser ke
arah penguraian SO3. Selain itu, katalis menjadi tidak berfungsi. Berdasarkan hasil penyelidikan, suhu optimum pembentukan SO3 sekitar 450°C – 500°C (perhatikan Gambar 5.14).
b. Optimasi Tekanan
Berdasarkan data koefisien reaksi, Anda
dapat menduga bahwa tekanan yang dioperasikan harus tinggi, agar posisi
kesetimbangan bergeser ke arah produk. Umumnya, tekanan yang
dioperasikan berkisar antara 2–3 atm. Tekanan tinggi tidak dapat
dioperasikan dalam proses ini sebab peralatannya tidak mendukung (SO3 bersifat korosif terhadap logam).
3. Reaksi Kesetimbangan pada Industri Asam Nitrat. Asam
nitrat banyak digunakan dalam pembuatan pupuk, nitrasi senyawa organik
untuk bahan eksplosif, plastik, celupan, dan pernis, juga sebagai bahan
oksidator dan pelarut. Di industri, pembuatan asam nitrat menggunakan
proses Ostwald, yaitu pembuatan asam nitrat dari bahan mentah amonia dan
udara. Proses pembuatan asam nitrat melalui tiga tahapan, yaitu:
a. Tahap pembentukan nitrogen oksida. Campuran amonia dan udara berlebih dialirkan melewati katalis Pt–Rh pada suhu 850°C dan tekanan 5 atm. Persamaan reaksinya:
4NH3(g) + 5O2(g) ⇆ 4NO(g) + 6H2O( l ) ΔH= 907 kJ (pada 25°C)b. Tahap pembentukan nitrogen dioksida. Nitrogen monoksida dioksidasi kembali dengan udara membentuk gas nitrogen dioksida. Persamaan reaksinya:
2NO(g) + O2(g) ⇆ 2NO2(g) ΔH= –114,14 kJ (pada 25°C)
Tahap pembentukan asam nitrat. Nitrogen dioksida bersama-sama dengan udara berlebih dilarutkan dalam air panas 80°C membentuk asam nitrat. Persamaannya:
4NO2(g) + O2(g) + 2H2O( l ) → 4HNO3(aq)
Pada proses Ostwald, ada dua tahap
reaksi yang membentuk kesetimbangan, yaitu tahap satu dan tahap dua.
Kedua tahap itu bersifat eksotermis dan memiliki koefisien reaksi yang
berbeda, yaitu koefisien hasil reaksi lebih kecil dari koefisien
pereaksi. Pada tahap dua, reaksi tidak efisien pada suhu tinggi,
sehingga gas NO panas yang terbentuk pada tahap pertama didinginkan
dengan memasok udara dingin, sekaligus berfungsi untuk mengoksidasi gas
NO menjadi NO2.
No comments:
Post a Comment