Struktur Gugus Fungsi Eter
Struktur Gugus Fungsi Eter (R–O–R’). Eter adalah senyawa yang memiliki dua residu hidrokarbon yang dapat sama atau berbeda, seperti ditunjukkan berikut ini.
CH3 ⎯ O ⎯ CH3
CH3 ⎯ O ⎯ CH2 ⎯ CH3
CH3 ⎯ CH2 ⎯ O ⎯ CH2 ⎯ CH3
Berdasarkan ketiga contoh tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa rumus umum eter adalah R–O–R’.
CH3 ⎯ O ⎯ CH2 ⎯ CH3
CH3 ⎯ CH2 ⎯ O ⎯ CH2 ⎯ CH3
Berdasarkan ketiga contoh tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa rumus umum eter adalah R–O–R’.
a. Tata Nama Eter. Menurut
trivial tata nama eter didasarkan pada nama gugus alkil atau aril yang
terikat pada atom oksigen. Urutan namanya sesuai dengan abjad dan
diakhiri dengan kata –eter. Menurut sistem IUPAC, gugus –OR disebut gugus alkoksi
sehingga penataan nama senyawa eter dimulai dengan nama gugus alkoksi
diikuti oleh nama rantai utamanya. Gugus alkoksi dianggap sebagai cabang
yang terikat pada rantai induk. Beberapa contoh penamaan eter dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 6.5 Penataan Nama Eter Menurut Trivial dan IUPAC
Tabel 6.5 Penataan Nama Eter Menurut Trivial dan IUPAC
Rumus Struktur Eter | Nama Trivial | Nama IUPAC |
CH3 ⎯ O ⎯ CH3 | Dimetil eter | Metoksi metana |
CH3 ⎯ O ⎯ CH2 ⎯ CH3 | Etil metil eter | Metoksi etana |
CH3 ⎯ CH2 ⎯ O ⎯ CH2 ⎯ CH3 | Dietil eter | Etoksi etena |
Isopentil etil eter | 2-etoksi pentana | |
Fenil propil eter | Fenoksi propana |
Senyawa eter dapat juga berbentuk
siklik. Eter siklik yang beranggotakan tiga termasuk golongan epoksida,
dan merupakan hasil oksidasi dari alkena. Contoh yang paling sederhana
adalah, etilen oksida atau lebih dikenal dengan nama oksirana. Oleh
karena itu, nama senyawa epoksida sering diturunkan dari nama alkenanya
sebelum dioksidasi menjadi eter, dan diberi akhiran –oksida atau dengan
nama kedua alkil yang terikat pada oksirana dan diberi akhiran
–oksirana.
Contoh Tata Nama Eter
Sebutkan nama senyawa eter berikut.
Jawab
Gugus sebelah kiri adalah isopropil dan gugus kanan adalah etil. Jadi, penataan nama senyawa itu adalah
IUPAC : 2–etoksi isopropana
Trivial : isopropil etil eter
IUPAC : 2–etoksi isopropana
Trivial : isopropil etil eter
b. Isomeri Fungsional. Seperti
telah diuraikan di atas bahwa eter dan alkohol memiliki kemiripan dalam
strukturnya. Rumus strukturnya adalah R–O–H (alkohol) R–O–R (eter)
Beberapa contoh alkohol dan eter yang memiliki rumus molekul sama ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel 6.6 Isomer Fungsional Eter dan Alkohol
Tabel 6.6 Isomer Fungsional Eter dan Alkohol
Rumus molekul
|
Alkohol
|
Eter
|
||
Nama
|
Rumus struktur
|
Nama
|
Rumus struktur
|
|
C2H6O | etanol | CH3CH2OH | dimetil eter | CH3–O–CH3 |
C3H8O | propanol | CH3CH2CH2OH | etil metil eter | CH3CH2OCH3 |
C4H10O | butanol | CH3CH2CH2CH2OH | dietil eter | CH3CH2OCH2CH3 |
Berdasarkan Tabel 6.6, alkohol dan eter
memiliki rumus molekul sama, tetapi rumus strukturnya berbeda. Jadi,
dapat dikatakan bahwa alkohol dan eter berisomeri struktur satu sama
lain. Di samping isomer struktur, eter dan alkohol juga memiliki gugus
fungsional berbeda. Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa eter
berisomeri fungsional dengan alkohol. Isomer fungsional adalah rumus
molekul sama, tetapi gugus fungsi beda.
c. Sifat dan Kegunaan Eter. Tidak
seperti alkohol, eter tidak memiliki ikatan hidrogen antarmolekul
sehingga titik didih eter di bawah titik didih alkohol untuk jumlah atom
karbon yang sama, misalnya etanol dan dimetil eter. Etanol berisomer
dengan dimetil eter (C2H6O), tetapi wujudnya
berbeda. Pada suhu kamar, dimetil eter berwujud gas, sedangkan etanol
berwujud cair. Eter kurang larut di dalam pelarut air dibandingkan
alkohol. Hal ini disebabkan eter memiliki kepolaran rendah. Walaupun
sesama molekul eter tidak terjadi antaraksi, tetapi eter dapat
berantaraksi dengan air dan alkohol. Makin tinggi rantai alkil dalam
eter makin kurang kelarutannya di dalam air. Eter tidak bereaksi dengan
hampir semua oksidator maupun reduktor. Demikian juga dalam asam dan
basa, eter cenderung stabil, kecuali pada suhu tinggi. Karena itu, eter
sering digunakan sebagai pelarut untuk reaksi-reaksi organik.
Tabel 6.7 Sifat Fisika Eter (Titik Didih dan Kelarutan)
Tabel 6.7 Sifat Fisika Eter (Titik Didih dan Kelarutan)
Nama | Titik Didih (°C) | Kelarutan (g 100mL) |
Dimetil eter | –24,0 | Larut sempurna |
Dietil eter | 34,5 | 8,0 |
Oksirana | 13,5 | Larut sempurna |
Di samping kegunaannya sebagai
anestetik, dietil eter secara luas dipakai sebagai pelarut untuk lemak,
lilin, atau zat-zat lain yang kurang larut dalam air. Divinil eter (CH2=CH–O–CH=CH2)
memiliki kemampuan anastetik tujuh kali lebih besar daripada dietil
eter. Pada umumnya eter bersifat racun, tetapi jauh lebih aman jika
dibandingkan kloroform untuk keperluan obat bius (Gambar 6.6).
Gambar 6.6 Sejak zaman dulu, eter digunakan sebagai zat pembius.
Penggunaan eter harus hati-hati karena
mudah terbakar. Umumnya eter dibuat dari dehidrasi alkohol. Dietil eter
dapat dibuat melalui pemanasan etanol dengan asam sulfat pekat pada suhu
sekitar 140°C hingga reaksi dehidrasi sempurna. Perhatikan Gambar 6.7.
Gambar 6.7 Pembuatan eter dari alkohol CH3CH2OH + HOCH2CH3⎯H2SO4→ CH3CH2–O–CH2CH3 + H2O
Sintesis eter secara besar-besaran
dengan metode illiamson, yaitu reaksi antara alkil halida dengan alkoksi
atau fenoksi, persamaan reaksinya secara umum:
RO + R’X ⎯→ R–O–R’ + X–
Keterangan:
R = Karbon primer; sekunder, dan tersier; atau aril.
R’ = Karbon primer atau metil.
R = Karbon primer; sekunder, dan tersier; atau aril.
R’ = Karbon primer atau metil.
No comments:
Post a Comment